NovelToon NovelToon
Dia Dan 14 Tahun Lalu

Dia Dan 14 Tahun Lalu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Enemy to Lovers / Cintapertama / Romantis / Romansa / TimeTravel
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Spam Pink

ini adalah perjalanan hidup clara sejak ia berumur 5 tahun membawanya bertemu pada cinta sejatinya sejak ia berada di bangku tk, dan reymon sosok pria yang akan membawa perubahan besar dalam hidup clara. namun perjalanan cinta mereka tidak berjalan dengan mulus, akankah cinta itu mempertemukan mereka kembali.....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Spam Pink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 15

Seminggu berlalu sejak pesan terakhir dari Reymon masuk ke ponsel Clara. Pesan yang singkat namun meninggalkan getaran aneh di dadanya:

“Aku siap berubah, Clara. Tapi kalau kamu gak mau denger aku sekarang… aku akan nunggu.”

Namun setelah itu, tidak ada pesan lanjutan. Tidak ada panggilan. Tidak ada usaha nyata.

Seolah semuanya berhenti tanpa arah.

Clara mencoba fokus pada sekolah barunya di Banyaloka, tapi ia merasa seperti berjalan sambil membawa beban tak terlihat. Setiap sudut sekolah mengingatkannya pada jarak yang semakin besar antara dirinya dan Reymon.

Hingga suatu hari, seorang cowok dari kelas sebelah menghampirinya di lorong.

“Clara, ya?”

Clara menoleh. Seorang cowok tinggi, berkulit sawo matang, dengan rambut sedikit berantakan dan mata ramah sedang berdiri di depannya. Clara mengenalnya dari jauh — anak populer yang aktif di OSIS.

“Iya,” jawab Clara pelan.

Cowok itu tersenyum. “Aku Ares.”

Clara mengangguk sopan. “Iya, aku tahu. Ada apa?”

Ares mengangkat map berisi kertas. “Kamu kepilih buat masuk tim persiapan festival sekolah. Aku ketua tim-nya.”

Clara mengerutkan kening. “Lho? Aku daftar apa? Kayaknya enggak deh.”

Ares tertawa kecil. “Guru seni yang daftarin kamu. Katanya kamu punya nilai estetik bagus.”

Clara membalas dengan senyum tipis. “Oh… oke.”

Ares menatapnya lebih lama, lalu berkata perlahan, “Sebenarnya… aku juga cuma pengen kenalan sama kamu.”

Clara terdiam sejenak, tidak menyangka. “Kenalan? Kenapa?”

Ares memandangi lantai sebentar sebelum menatapnya lagi. “Soalnya kamu kelihatan… sendirian.”

Clara tertegun.

Sederhana, tapi tepat. Karena memang begitu kenyataannya.

Ia menunduk sedikit. “Aku baru pindah… jadi masih suka kikuk.”

Ares mengangguk. “Kalau gitu, boleh dong aku jadi temen pertama kamu yang beneran nyapa kamu langsung?”

Clara tersenyum kecil. “Boleh.”

Sore itu, mereka berpisah dengan perasaan ringan.

Sebuah awal kecil yang kelak membuat segalanya menjadi lebih rumit.

Ares, perlahan masuk

Hari-hari berikutnya dipenuhi aktivitas persiapan festival. Clara sering menghabiskan waktunya bersama Ares dan beberapa anggota tim lain. Mereka membuat dekorasi, mengurus properti, dan merancang konsep acara.

Ares selalu ada.

Menawarkan bantuan.

Membawakan minuman.

Mendengarkan cerita Clara.

“Aku boleh duduk di sini?” tanya Ares suatu hari saat Clara menunggu dijemput di halte sekolah.

“Tentu,” jawab Clara.

Ares duduk, mengayunkan kakinya santai. “Kamu tahu? Temen-temen di kelas kamu bilang kamu pendiam.”

Clara tersenyum tanpa menoleh. “Emang iya. Aku bukan tipe yang gampang dekat sama orang.”

“Tapi sama aku… kok kayaknya udah lumayan dekat?”

Clara menatapnya sekilas. Ares tersenyum, dan itu membuat Clara ikut tersenyum.

“Entahlah,” kata Clara, “kamu bikin suasana jadi gak canggung.”

“Tugas ketua OSIS emang bikin suasana nyaman.” Ares menangis tertawa kecil. “Tapi… khusus buat kamu, aku usahain lebih.”

Clara terdiam sejenak.

Ada sesuatu di hati kecilnya yang bergetar — betapa mudahnya Ares membuat hari-harinya sedikit lebih hangat.

Namun di balik semua itu, ada nama yang selalu muncul di pikirannya.

Reymon.

Pesan yang tak pernah terkirim

Malamnya, Clara menatap layar ponselnya. Ia membuka chat Reymon. Terakhir kali mereka saling mengirim pesan adalah seminggu lalu. Clara ingin mengetik:

“Aku kangen.”

Tapi jarinya berhenti.

Ia menghapus pesan itu.

Ia takut terlihat lemah.

Ia takut terlihat terlalu berharap.

Ia takut ia hanya akan menunggu lagi, menunggu tanpa kepastian.

Ponselnya tetap sunyi.

“Apa kamu beneran nunggu, Rey?” bisiknya.

Namun jawaban itu tidak datang. Yang datang hanyalah rasa sesak yang akhirnya membuat Clara terasa ingin lari.

Ares semakin dekat

Suatu hari ketika mereka sedang menata properti panggung, hujan turun tiba-tiba. Semua berlarian mencari teduh, termasuk Clara. Ia terperangkap di gudang belakang sekolah tanpa payung.

Ares muncul sambil membawa dua jas hujan tipis.

“Clara!” panggilnya, berlari kecil. “Kamu belum pulang?”

Clara menggeleng. “Nunggu hujan reda.”

Tanpa banyak bicara, Ares menyodorkan satu jas hujan. “Ini buat kamu. Aku tadi udah siapin dua, soalnya aku kira kamu belum pulang.”

Clara terkejut. “Kamu nyari aku?”

“Ya… iya.” Ares tersenyum canggung. “Aku khawatir kalau kamu sendirian.”

Jantung Clara mencelos.

Sudah lama rasanya tidak ada yang mengkhawatirkan dirinya seperti itu.

Reymon dulu selalu begitu.

Dulu.

Clara memakai jas hujan itu.

Ares menepuk bahunya lembut. “Ayo aku anter sampai depan.”

Dan Clara membiarkan dirinya ikut.

Rasa yang muncul, rasa yang ditahan

Beberapa hari berlalu. Ares semakin perhatian.

Ia membawakan sarapan ringan.

Ia mengingatkan Clara makan siang.

Ia menemaninya pulang.

Menghiburnya ketika ia lelah.

Namun satu hal yang membuat Clara goyah adalah ini:

Ares memperhatikannya tanpa ia minta.

Dan dari semua hal yang ia rindukan dari Reymon… perhatian berada di urutan pertama.

Clara mencoba tetap berpikir jernih. Ia sering berkata pada dirinya:

“Ares cuma teman.”

“Aku masih sayang sama Reymon.”

“Hubungan ini belum selesai.”

Namun semakin ia melawan, semakin besar rasa yang tumbuh.

Ares menyatakan perasaan

Sore itu, setelah rapat persiapan festival, Ares memanggilnya.

“Clara… bisa sebentar?”

Clara mengangguk. Mereka berjalan menuju taman belakang sekolah — tempat yang sepi.

Ares menatapnya dengan serius. Wajah biasanya ceria itu berubah tegang.

“Aku mau ngomong sesuatu,” katanya.

Clara menelan ludah. “Apa?”

Ares menghela napas sebelum berkata pelan, tapi tegas:

“Aku suka kamu.”

Clara membeku.

Dunia serasa berhenti.

Ares melanjutkan, “Kamu mungkin masih baru di sini, tapi aku suka caramu tersenyum, caramu berusaha kuat, caramu menjalani hari meski kamu kelihatan capek. Aku pengen ada buat kamu, Clara.”

“Are… aku…” Clara panik, tidak tahu harus berkata apa.

Ares mendekat sedikit. “Aku tahu kamu mungkin masih mikirin sesuatu yang berat. Tapi aku siap nunggu. Atau kalau kamu mau… kita bisa coba jalan bareng.”

Clara menunduk… dan di dadanya, rasa bersalah menumpuk seperti batu.

Ia masih mencintai Reymon.

Dan itu nyata.

Namun ia lelah menunggu seseorang yang tidak pernah benar-benar datang.

Clara menutup mata.

Ia membuat keputusan yang bahkan dirinya sendiri tidak yakin.

“Ares… aku… iya. Kita coba.”

Ares terdiam sejenak sebelum tersenyum lega. “Serius?”

Clara mengangguk pelan, meski hatinya tidak ikut mengangguk.

Ares memeluknya singkat, penuh bahagia, sementara Clara balas memeluk dengan rasa dilema yang menusuk.

Ia tahu ini keputusan yang salah.

Tapi ia ingin tahu—

Bagaimana kalau Reymon cemburu dan datang kembali?

Bagaimana kalau ini cara membuatnya sadar?

Kabar yang akhirnya sampai ke Reymon

Dua hari setelah Clara jadian dengan Ares, kabar itu entah bagaimana sampai ke Reymon.

Mungkin lewat seseorang yang masih mengikuti Clara di media sosial.

Mungkin lewat teman lama.

Mungkin lewat postingan kecil yang Clara buat untuk sekadar menghargai Ares.

Malam itu, ponsel Clara bergetar.

Reymon mengirim pesan.

Clara menatap layar tanpa segera membukanya. Ia ingin tahu — apa yang akan Reymon katakan?

Dengan tangan bergetar, ia membuka chat itu.

Reymon:

“Aku dengar kamu udah punya pacar.”

Clara menahan napas.

Ia mengetik: “Iya.”

Tidak ada emoji.

Tidak ada penjelasan.

Hanya satu kata yang mampu ia kirimkan tanpa suara pecah.

Setelah beberapa menit, balasan masuk.

Reymon:

“Selamat ya, Clara.”

Jantung Clara seperti disayat.

Bukan karena kata-katanya kasar.

Justru karena terlalu baik. Terlalu tenang. Terlalu… biasa saja.

Padahal ia berharap Reymon marah.

Cemburu.

Protes.

Atau memintanya kembali.

Apa pun — asal bukan ini.

Clara menatap pesan itu lama sekali. Air matanya jatuh tanpa ia sadari.

Clara:

“Kamu… gak apa-apa?”

Reymon membalas setelah lama.

Reymon:

“Aku seneng kamu udah nemu orang yang bisa jagain kamu. Kamu pantas bahagia.”

Clara menggigit bibir sampai sakit.

Ia hanya mengetik:

“Terima kasih.”

Lalu menutup ponsel.

Menangis dalam diam, tenggelam dalam perasaan yang tak bisa ia jelaskan.

Di tempat lain, Reymon memandang layar ponselnya sambil mengepalkan tangan.

Di balik “selamat” yang terlihat biasa itu, hatinya robek tanpa suara.

Namun ia memilih bertahan.

Karena ia pikir—

“Kalau Clara bahagia… aku harus kuat.”

Namun cerita mereka belum usai

Malam itu, Clara duduk di balkon kamarnya, memandang lampu kota yang berkelip redup. Ares mengirim pesan manis, menanyakan apakah ia sudah makan. Clara membalas seadanya.

Karena kenyataannya, hatinya bukan milik Ares.

Belum.

Atau mungkin tak akan pernah.

Di sisi lain, Reymon memandang langit kamarnya yang gelap, mencoba menenangkan dadanya yang bergemuruh.

Keduanya terpisah oleh jarak, oleh waktu, oleh keputusan yang salah.

Namun benang merah itu masih ada, meski rapuh.

Clara memeluk lututnya dan berbisik pada malam:

“Rey… kenapa kamu gak datang?”

Sementara di kamar lain, Reymon memejamkan mata, menahan perih yang ia sembunyikan dari dunia:

“Clara… kenapa kamu pergi duluan?”

Mereka sama-sama bertanya,

namun tak ada jawaban.

Dan perjalanan mereka masih jauh dari selesai.

— BERSAMBUNG…

1
mindie
lanjut dong author ceritanya, ga sabar part selanjutnya
mindie
AAAAAA saltinggg bacanya😍😍🤭
Caramellmnisss: terimakasih kak☺️
total 1 replies
mindie
layak di rekomendasikan
Charolina Lina
novel ini bagus banget 👍🏻
Caramellmnisss: terimakasih kak😍🙏
total 1 replies
mindie
baguss bngt tidak sabar menenunggu updatetanny author🤩
Caramellmnisss
kami update tiap malam yah kak, jangan ketinggalan setiap eps nya yah☺️
Miu miu
Jangan lupa terus update ya, author!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!