Area *** "Hanya semalam, kan, Tuan?" "Iya, kau tidak akan kenapa-napa karena aku mandul, Kau butuh uang dan aku butuh dirimu semalam!" "Anda yakin, Tuan?" "Aku jamin semuanya aman!" Malam yang terjadi antara dirinya dan sang Pemilik tempat dimana ia bekerja langsung mengubah hidupnya. Hazel Isabella Sora, seorang gadis cantik berusia 24 tahun terpaksa memberikan sesuatu yang berharga dalam hidupnya pada Sang Big boss karena membutuhkan uang demi membayar hutang milik mending kedua orang tuanya, Rexton Lysander Silas, pria matang dengan segala pesona dan tatapan matanya yang tajam bak predator mematikan. Tersenyum menyeringai saat mendapatkan mangsa yang dirinya incar. Perjanjian itu hanya untuk semalam. Namun, apa jadinya jika itu menjadi kegilaan berbahaya dari sang Boss yang tak mampu dirinya tolak dari seorang Rexton. Bagaimana hubungan keduanya? Benarkah hanya ada Hutang dan sebuah kesalahan? ikuti kisahnya di sini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ham_sya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 GBSDM
"Maaf, apa anda Nona Hazel?" seorang yang menggunakan baju seperti kurir membawa boks di tangannya.
"Iya, maaf, apa ada sesuatu?" Hazel menatap orang itu, dengan wajah serius. walaupun agak malas
"Saya kurir makanan, ini ada pesanan atas nama Anda," kurir itu memberikan boks itu pada Hazel.
"Tapi, saya tidak merasa memesan makanan itu, Pak!" tolak Hazel, tadi dia mendapatkan paperbag yang entah apa isinya. sekarang malah ada kiriman makanan? dia benar-benar merasa aneh.
Hazel dan kurir itu saling pandang, dan akhirnya Hazel memilih untuk menerima makanan itu karena dia merasa kasihan pada kurir itu.
"Pak, Terima kasih, ya!" ucap Hazel.
"Sama-sama, saya permisi, Nona." pamitnya, dan setelah itu berlalu dari sana. Setelah mendapatkan tanda tangan Hazel.
Hazel memutuskan untuk segera masuk kedalam lagi, dan tidak lama pintu gerbang rumah di depannya terbuka, Rexton mengangguk pada Kurir yang kebetulan baru saja dari rumah Hazel mengantarkan makanan sesuai perintah, setelah itu mobil Rexton memasuki gerbang rumah.
"Apa itu kurirnya?" tanya Rexton pada sosok Harry yang masih saja setia ikut dia ke rumah sewa.
"Iya, Tuan." jawab Harry dengan anggukkan tegas.
Rexton tersenyum miring, lalu dia berucap."Dia menerimanya, jika aku kirim melalui tanganku sendiri, sudah dapat di pastikan akan langsung di tolak!" gumamnya, dia memutuskan untuk segera masuk kedalam rumah, karena malam ini dia dan Harry ada meeting Online.
Sedangkan Haz, dia berjalan menuju ruang TV di mana Ava menunggunya.
"Siapa yang datang?" tanya Ava, dia melihat Hazel menenteng boks dan satu Paperbag di tangannya.
"Kurir makanan dan kurir barang!" jawab Hazel.
"Kamu pesan makan?" Ava kembali melontarkan pertanyaan saat melihat boks itu tergeletak di atas meja.
"Tidak, aku saja bingung siapa yang pesan makanan ini?" tunjuk Hazel, dia menatap aneh pada boks makanan di atas meja.
"Lah? Kok bisa? Lalu apa isi Paperbag ini?" tanya Ava lagi.
"Mana aku tahu? Bagaimana kalau kita buka saja?" tawar Hazel.
"Ayo, aku jadi penasaran apa isinya?" Ava begitu antusias.
Hazel dan Ava mendekat, dan Hazel secara perlahan membuka Boks itu dengan agak ragu-ragu, sebenarnya ada rasa takut di hatinya. Namun, untuk memastikan isi di dalamnya, wanita itu mengesampingkan rasa takutnya.
Secara perlahan Boks itu terbuka, Ava sampai mendelik saat melihat isi di dalam boks itu.
"Apa ini? Makanan Restoran bintang lima yang terkenal itu?" Ava benar-benar antusias.
"GR restoran?" gumam Hazel.
Siapa yang tidak tahu tentang GR Restoran, restoran bintang lima dengan fasilitas lengkap dan dengan mengusung tema klasik modern.
"Zel, Kira-kira siapa ya yang kirim makanan dari restoran mewah itu?" tanya Ava, dia mulai menikmati makanan enak itu.
"Aku tidak tahu, apa mungkin salah alamat?" tanya Hazel, dia menatap pada Ava dengan wajah bimbang.
"Mana mungkin, jelas-jelas di sini tertulis nama Hazel Isabella Sora, apa mungkin salah orang?" kata Ava.
"Entahlah, jika benar salah orang aku akan sangat merasa bersalah!" keluh Hazel.
"Zel, nanti kalau memang salah kirim atau salah orang, kita ganti saja! Sudah jangan di fikirkan!" tukas Ava, dia menyemangati Hazel dan akhirnya wanita hamil itu mengangguk setuju.
Hazel dan Ava, memutuskan untuk menikmati makanan malam itu, sebab kalau kata Maminya Ava,"Rezeki apapun tidak boleh di tolak!" jadi Ava dan Hazel harus menerima rezeki ini dengan senang hati.
Pagi hari.
Udara di negara itu cukup dingin untuk bulan Ini, karena semalam salju tiba-tiba turun.
"Pagi ini dingin ya, Zel?" ucap Ava, dia masih di rumah Hazel, karena semalam dia memang ingin menginap.
"Iya, jadi makan apa kita untuk sarapan?" tanya Hazel, dia menggunakan baju hangat walaupun di dalam Apartemen, dan lagi suhu AC dia atur di suhu hangat.
"Kue kering dan Coklat hangat, bagaimana menurut mu?" usul Ava.
"Baiklah, ayo kedapur!" ajak Hazel.
Kedua wanita yang memiliki umur yang sama itu berjalan perlahan menuju dapur, sebenarnya hari ini Ava ada pertemuan penting, hanya saja kabarnya akan ada badai salju. Jadi dia memutuskan untuk memundurkan jadwal pertemuan itu.
Kedua wanita itu menyiapkan sarapan untuk sendiri, dan saat semuanya akan selesai ponsel di meja berdering.
"Zel, aku jawab dulu ya!" kata Ava.
Hazel mengangguk, dia sedang membuat Coklat hangat untuk teman sarapan pagi ini.
"Yes, mam, ada apa?" Ava berdiri di depan jendela kaca rumah milik Hazel.
"Va, apa kamu masih di Rumah, Cleo?" di sebrang sana suara seorang wanita paruh baya terdengar.
"Iya, apa ada masalah, Mam?" tanya Ava, dia mulai agak khawatir.
"Tidak, hanya saja hari ini akan badai salju, jadi bisakah kamu dan Hazel tidak pergi kemanapun hari ini?"
"Iya, aku dan Hazel memang tidak akan keluar rumah hari ini, berita badai salju itu sudah tersebar, jadi hari ini aku akan tenang bersama Hazel di dalam rumah." Ava menjelaskan agar Maminya tenang.
"Baiklah, Mami jadi tenang, kalau begitu Mami tutup ya, dan sampaikan salam Mami pada, Hazel!"
Ava menjawab dengan semangat, dan setelah panggilan berakhir, Ava melihat pada luar jendela rumah dan melihat salju yang masih saja turun dan sekarang terlihat jalanan mulai tertutup salju.
"Va, ayo sarapan!" suara teriakan dari Hazel membuat lamunan Ava buyar.
"Iya, Zel." Ava buru-buru menghampiri Hazel yang ada di ruang makan.
Hazel dan Ava akhirnya menikmati sarapan pagi ini dengan di selingi obrolan ringan antara sahabat yang begitu dekat layaknya saudara itu.
"Kamu sibuk ya?" tanya Hazel, dia menggigit roti kering buatannya tadi.
"Sedikit, hanya saja karena badai salju mungkin aku akan memundurkan pertemuan itu," jawab Ava dengan menikmati segelas coklat hangat di tanganmu itu.
"Apa Aunty khawatir? Kamu semalam bilang kan akan menginap?"
"Tentu saja, kau tahu kan jika aku tak bilang maka akan banyak spam chat dan telpon di ponsel ku," kata Ava dia sedikit mengeluh dengan kelakuan Maminya itu tak sangat-sangat menjaga dia.
"Itu bagus, aunty berarti sayang padamu, Ava!" kata Hazel, dia iri karena teman-temannya masih memiliki orang tua sedangkan dirinya hanya sendiri dan satu-satunya saudara yang ia miliki malah ingin menjerumuskan dia ke dalam kubangan neraka.
"Kamu baik-baik saja, Zel?" tanya Ava dia khawatir sebab mendadak melihat Hazel melamun.
"Iya, ayo makan lagi!" kata Hazel, dia tersenyum tipis dan akhirnya memutuskan untuk melanjutkan makannya sebelum nanti mengecek laba kedai karena bulan ini waktunya Dina untuk gajian.
Sedangkan Ava hanya bisa setuju, dia menarik napas pelan karena melihat Hazel belum ingin mengatakan ketidaknyamanan yang ia rasakan dalam hati.