cerita ini aku ambil dari kisah aku sendiri
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps# rutinitas sepulangnya aku dari sekolah
Sesampainya aku di rumah, seperti biasa, aku langsung melakukan ritual harian yang sudah tertulis di dalam “buku rutinitas sehari-hari Anak Sekolah”: menaruh tas, beresin buku, ganti baju, dan bersiap menghadapi komando utama rumah tangga yaitu—Mama.
Waktu menunjukkan pukul 04.30 sore, matahari sudah miring ke barat seperti lampu sorot yang lelah bekerja seharian. Aku baru pulang sekolah, dan tubuh rasanya seperti habis maraton tiga babak. Belum sempat aku duduk, suara Mama sudah terdengar dari dapur dengan nada yang tidak bisa ditolak siapa pun di planet ini.
> “Nak Makan dulu, jangan langsung main HP!”
Nah, itu dia—kata sakral yang selalu berhasil membuatku melangkah ke meja makan seperti zombie yang disuguhi otak favoritnya. Aku pun duduk, memandangi sepiring nasi hangat, sambal, dan ayam goreng yang masih mengepul. Rasanya nikmat sekali, apalagi ketika Mama duduk di depanku, memperhatikan setiap sendokan seperti juri Memasak yang menilai rasa perjuangan.sambil ku makan mamah pun bertanya
" bagaimana hari ini sekolahnya lancar??"
" hari ini aku di sekolah lancar-lancar aja mas seperti biasa cuman ya agak kerepotan juga sih soal pelajaran tapi syukurnya aku bisa melewati itu semua " sendok nasi sambil aku masukkan ke dalam mulut
Selesai makan, aku merasa separuh jiwaku sudah kembali ke tubuh. Tapi perjuangan belum selesai. Masih ada dua agenda wajib: mandi dan salat. Aku pun menyeret langkah ke kamar mandi sambil membawa baju bersih. Begitu air dingin menyentuh kulit, sensasinya luar biasa—antara segar dan sedikit menyesal karena airnya seperti berasal dari kutub utara. Namun, setelah itu, tubuh terasa enteng, seakan semua beban PR dan nilai ulangan yang belum diperiksa ikut hanyut ke saluran pembuangan.
Selesai salat, kamar menjadi tempat pelabuhan terakhir. Aku rebahan di kasur kesayangan—tempat yang tahu segala rahasia, mulai dari curhatan tanpa suara sampai mimpi jadi juara kelas (yang sayangnya belum kesampaian). Begitu punggung menyentuh kasur, dunia terasa berhenti sejenak. karena saking nyamannya aku rebahan
Dan seperti biasa, tangan ini otomatis meraih HP di samping bantal. Rasanya aneh kalau tidak membuka layar biru bercahaya itu. Satu detik saja aku lihat jam, lalu berlanjut ke notifikasi grup kelas. Eh, tiba-tiba ada 30 chat belum dibaca! Grup kelas bukan lagi tempat informasi, tapi sudah seperti pasar malam digital—ada yang jualan, ada yang debat nilai, dan ada juga yang kirim meme receh. itulah kebiasaan teman-temanku
Aku terkekeh pelan, membaca obrolan teman-teman yang tidak ada ujungnya. Di antara tawa kecil itu, aku sadar betapa “ramainya” hidupku setiap sore. Walaupun rutinitasnya itu-itu saja—pulang sekolah, makan, mandi, salat, rebahan, buka HP—tetapi setiap hari selalu ada warna baru: suara Mama, rasa makanan yang berbeda, cuaca yang berubah, dan cerita lucu di grup kelas yang membuat lelahku luruh.
Mungkin hidup memang seperti itu—tida yang lain tapi ketahuilah dibalik kehidupanku yang itu-itu aja aku memiliki keluarga yang utuh, seperti mamah yang selalu memperhatikan aku, dan Ayah yang selalu memberi aku support, karena di keluarga aku aku adalah anak satu-satunya, jadi pastinya orang tua aku lebih mengutamakan aku dibanding yang lainnya, jadi aku bisa disebut orang paling beruntung di dunia dari teman-teman aku yang lain kebanyakan ada yang ayahnya sudah meninggal, atau ibunya yang sudah meninggal, dan ada juga yang ditinggal kerja oleh ayah atau ibunya,
