Antara cinta dan peluru, yang manakah yang akan dipilih Arabella maupun Marcello? Akankah mereka berpisah dan saling membenci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Hari semakin gelap, kabut bahkan terlihat semakin tebal. Pohon pohon tinggi menari-nari menyaksikan pertempuran mereka karena tiupan angin kencang.
Arabella berlari sembari menembak, Ia tidak peduli dengan darah yang menetes dari luka goresan di pipinya. Sementara Jacob sudah tidak sanggup lagi melanjutkan pertempuran, karena anggota Nyx yang dikirim William benar-benar terlatih.
Jacob mengeluarkan granat kecil dan melemparkannya kearah anggota Nyx. Ia menarik Arabella pergi dari sana.
Saat mereka berlari menjauh dari anggota Nyx, terdengar suara ledakan dari kejauhan. Kali ini bukan hanya anggota Nyx yang akan menangkap mereka. Tapi musuh yang lain juga sudah tiba.
"Marcello..."gumam Arabella menghentikan langkahnya dan menoleh kearah gelapnya malam.
Dari gelapnya malam, dan tebalnya kabut, Marcello muncul dengan pakaian hitam, dan menggenggam dua pistol peredam.
Marcello menatap dingin kearah Arabella. Tak ada kelembutan dan kehangatan di kedua bola matanya.
Dor
Dor
Dor
Marcello menembak salah satu anggota Nyx, tepat di dadanya.
Anggota Nyx yang tersisa tidak senang melihat kedua rekannya tewas begitu saja. Ia tiba-tiba melompat, dan menyerang Marcello dengan pisau beracun.
Jacob ingin membantu Marcello, namun pria itu dengan gesit menembak bahu anggota Nyx dua kali.
Dari arah belakang, Arabella berlari dengan kecepatan tinggi dan menusuk tengkuk leher anggota Nyx.
BUG
Ia lalu menendang tubuh pria itu kearah Marcello.
"Kau tidak seharusnya ada disini!" kata Arabella menatap Marcello.
"Aku datang bukan membantu mu, tapi aku datang untuk menghancurkan musuhku!" jawab Marcello dengan tatapan dingin.
Arabella bisa melihat dan merasakan tatapan dingin pria itu.
Tatapan Marcello beralih ke Jacob.
"Ternyata kau lebih suka kabur dan bersembunyi di belakang mantanmu dari pada mempertimbangkan tawaran ku." tambahnya menyindir keduanya.
Arabella menggeretakkan giginya mendengar sindiran Marcello.
"Pelarian ini bukan tentang cinta Marcello! Tapi William! Aku tidak ingin nasib anak yang tak berdosa berakhir sama seperti ku! Karena dia--"
"Semua ini bukan hanya tenang William Bella! Tapi tentang kita! Tentang siapa kau dan aku belum menemukan jawaban yang spesifik."
Jacob maju selangkah dengan tubuh yang dipenuhi darah.
"Jika kau ingin menjadikan Arabella menjadi tawanan lagi, maka kau harus melangkah mayat ku!"
Cuaca di tengah hutan semakin dingin, kabut makin tebal. Tegangan udara di dalam hutan lebih mematikan dari pada pisau dan peluru kesayangan mereka.
Marcello menatap keduanya dengan mata gelap, pistol di tangannya masih terangkat lurus kearah Arabella. Jika Marcello menarik pelatuk pistolnya, maka tembakan itu akan menembus dadanya.
Arabella berada diantara kedua pria yang pernah singgah di hatinya dengan tangan yang berlumuran darah.
Sementara Jacob berdiri di belakang Arabella dengan siap siaga jika saja Marcello tiba-tiba menyerang Arabella.
Hening, hanya terdengar suara dedaunan yang menari-nari di atas pohon.
"Apa kau pikir aku tidak tahu, kalau kalau bersekongkol dengan William? Aku tahu kalau kau adalah bagian dari permainan kotornya."
"Aku dipaksa melakukannya! Sama seperti aku terpaksa meninggalkan mu!" teriak Arabella menggeretakkan giginya.
"Dipaksa atau tidak, tapi darah di tangan mu adalah bentuk nyata dari tindakan mu!"balas Marcello dengan tatapan dingin.
"Bahkan kau melakukan hal yang sama! Apa bedanya kau dan kami!" sela Jacob tidak tinggal diam melihat perdebatan keduanya.
Marcello menatap Jacob dengan tajam, tatapan seperti pisau yang siap menancap di tubuh targetnya.
Arabella tiba-tiba berteriak melihat ketegangan diantar mereka berdua.
"Cukup! Kalian pikir aku bahagia menjalani hidup seperti ini! Kalian pikir aku bahagia hidup seperti boneka? Aku tidak bahagia! Aku sama sekali tidak bahagia dengan kehidupan seperti itu!"
"Aku ingin hidup bebas. Aku ingin hidup tenang dan jauh dari masalah."
"Jacob, berhenti bertindak seperti seorang pelindung atau penyelamat. Aku butuh sekutu untuk menghancurkan William!"
Bulan masih menampakkan sinarnya, kabut perlahan mulai menipis.
"Kita harus pergi dari sini secepatnya, William pasti sudah mengirim anggota Nyx yang lain. Kita hanya akan membuang-buang waktu dalam pertikaian yang tidak berujung ini." kata Jacob menghela nafas.
"Aku tidak percaya dengan perkataan mu." kata Marcello tanpa mengalihkan tatapannya dari Arabella.
"Tapi jika mereka berani menyentuh mu, aku orang pertama yang akan menghentikannya." tambahnya.
Arabella tidak bisa menghentikan air matanya untuk tidak jatuh.
"Aku tidak akan mati di tangannya. Karena aku yang akan menghancurkan mereka dengan tangan ku sendiri."
Tangannya mengepal kuat dengan penuh keyakinan.
BOOM
Tiba tiba terdengar suara bom dari kejauhan, burung-burung berterbangan ke atas langit yang masih gelap.
Tak berselang lama, sinar berwarna orange mulai membakar kabut. Anggota Nyx sudah membakar hutan mengiring langkah mereka semakin masuk ke dalam hutan.
"Kita sudah tidak punya waktu diam dalam keheningan disini." kata Jacob mengingatkan Arabella maupun Marcello.
Sekali lagi Marcello menatap wajah Arabella dengan tatapan sulit diartikan. Ia tiba-tiba mengokang senjatanya.
"Aku melawan mereka bukan karena aku sudah memaafkan mu." kata Marcello.
Mereka perlahan berlari menjauh dari sana kearah yang sama.
\#
\#
\#
Sebagian dari hutan berubah menjadi neraka, bahkan angin bertiup semakin kencang. Api menjalar dengan begitu cepat. Suara patahan kayu, teriakan anggota Nyx bercampur menjadi satu.
Beberapa anggota Nyx terlihat turun menggunakan tali dari atas 3 helikopter. Arabella, Marcello dan Jacob mengambil kesempatan menembak mereka dari jarak jauh.
Tubuh anggota Nyx jatuh satu persatu ke tanah.
"William sengaja memerintahkan mereka membakar hutan. Mereka ingin kita keluar dari hutan dan bertarung di dataran terbuka." kata Marcello tetap fokus mengamati sekitarnya.
"Kalau begitu, mereka harus lenyap." jawab Jacob dengan tekad yang sudah bulat.
"Tidak semudah itu menghancurkan mereka." sahut Arabella dengan nafas terengah-engah.
Tubuh Arabella tiba-tiba terlempar 1 meter, tanpa Ia sadari sebuah granat asap dilempar kearahnya.
Lengan kirinya robek dan darah segar mengalir deras.
Marcello spontan berlutut di sisinya dan menarik tubuhnya ke balik pohon yang masih berdiri.
"Marcello..." lirih Arabella dengan mata berkaca-kaca.
"Diam!" tegas Marcello dengan tangan gemetar halus.
Ia merobek bagian bawah pakaian yang dikenakannya, lalu membalut luka Arabella dengan cepat.
Arabella berusaha menahan rasa perih dan sakit saat Marcello membalut lukanya.
"Kau masih peduli padaku." lirihnya dengan pelan.
Marcello menatapnya dengan dingin dan berkata. "Jangan salah paham. Aku hanya tidak ingin kau mati di tangan orang lain."
Arabella mengigit bibirnya. Ia tahu perkataan Marcello terdengar dingin dan kasar. Tapi tangan pria itu begitu lembut saat membalut lukanya.
Pasukan Nyx semakin mendekat. Jacob dengan cepat melempar pisau ke arah salah satu anggota Nyx yang muncul dari balik asap tebal.
"Kita harus keluar dari sini secepatnya sebelum mereka mengepung kita." kata Jacob dengan raut wajah cemas.
Marcello mengangguk dan membantu Arabella berdiri. Tubuh mereka begitu dekat, bahkan napas Arabella menyentuh kulit lehernya.
Di tengah api dan pertempuran, mereka merasa sedang berdua di tengah kesunyian. Arabella menatap Marcello dengan tatapan sulit diartikan.
"Marcello..., kau boleh membenci ku karena tindakan ku beberapa tahun yang lalu. Tapi jangan pernah membohongi perasaan mu."
Marcello tertegun mendengar perkataan Arabella.
"Masalahnya adalah...," Marcello menatap wajah Arabella dengan tatapan penuh luka.
"Hatiku tidak pernah mati untukmu."
Arabella merasa waktu seakan terhenti saat Marcello mengucapkan kata itu. Marcello masih mencintainya. Hatinya tidak pernah mati untuknya. Itu artinya mereka masih punya harapan untuk bersama.
Saat Arabella ingin membalas perkataan Marcello. Tiba-tiba sebuah mecha muncul dari balik pohon tinggi. Senjata otomatis yang berputar menembaki setiap area yang dilewatinya.
Tanah bergetar, peluru menghujani batang pohon. Jacob mengangkat dua granat asap dan memberikan kode kepada keduanya.
Marcello menarik Arabella ke belakang punggungnya dan wajahnya berubah dingin.
"Sekarang bukan waktunya untuk bernostalgia dengan perasaan pribadi kalian." kata Jacob menyadarkan keduanya.
"Apa kau sudah mendengar ucapan mantanmu barusan? Kita harus fokus. Kini bukan saatnya untuk bernostalgia."
Ditunggu judul barunya dan lanjutannya ya🙏👍