Pencopet Cantik

Tomi sangat emosi dengan semua ucapan Rania. Walaupun sudah dewasa tapi dia masih terlihat muda dan tampan. Dirinya juga sudah mapan. Banyak gadis gadis yang mengejar dirinya. Hanya saja dia malas meladeninya. Karena belum ada yang pas di hatinya.

Tapi ini seorang bocah kecil mengatainya jomblo. Tak pernah ada seorang pun berani membantahnya, apa lagi sampai mengatainya. Dan gadis kecil bar bar ini cukup berani menghinanya dan membangkitkan kan jiwa macan dalam dirinya.

Dia telah berani menghina ku, akan aku pastikan jika dia jatuh dalam pesonaku setelah itu aku akan membuatnya merasakan seperti apa yang aku rasakan sekarang.

Rania merasa sangat bahagia. Bisa membalas Tomi. Dia mengerjakan tugas nya secepatnya takut akan Tomi yang mengancamnya.

"Segera bersiap dan bawa berkas yang kau ketik tadi, kau ikut dengan ku, kita akan menemui klien" ucap Tomi cepat tanpa melirik Rania. Menimbulkan tanda tanya dalam diri Rania.

Apa dia marah dengan ucapan ku tadi, tapi aku benar, mengapa dia mesti marah.

Cepat laksanakan!!" bentak Tomi lagi.

Rania segera bangkit dan merapikan berkas yang akan dia bawa.

Tomi telah berjalan lebih dulu, meninggalkan Rania yang berjalan sambil berlari mengejar Tomi. langkah Tomi cepat dan panjang, Rania terseok Seok mengejarnya.

Tomi telah masuk ke dalam mobil menunggu Rania yang masuk dengan nafas ngos ngosan.

"Jalan pak," ucap Tomi pada supir mereka pak Budi.

Disepanjang perjalanan. Mereka berdua diam tak bersuara. Tenggelam dengan pemikiran masing masing.

Entah mengapa tomi sangat tersinggung dengan kata kata Rania yang mengatainya jomblo akut.

Meeting yang mereka lakukan berjalan dengan lancar. Bahkan Rania dengan berani mengutarakan idenya dan membuat klien merasa puas dan senang. Hingga bersedia menanda tangani kerjasama dengan pihak mereka.

Rania mampu mengerjakan tugasnya dengan baik. ternyata dia pintar juga." puji Tomi di dalam hatinya.

Sore menjelang, sudah waktunya pulang ke rumah. Namun Tomi masih sibuk dengan berkas dan laptop dihadapannya.

Rania menunggu dengan gelisah. Karena angkot menuju rumah kost nya hanya Sampai batas jam enam sore. Jika dia terlambat , maka dia akan berjalan kaki pulang ke rumahnya.

Sebenarnya Tomi tahu jika Rania gelisah, tampak jelas karena tiap waktu Rania menatap jam dan memandang nya. Hanya saja Tomi berpura pura tidak tahu.

Setengah jam setelahnya Tomi bangkit dan menyusun berkas di mejanya. "Sudah selesai dan kau boleh pulang." ucapnya. Membuat Rania tersenyum senang.

Kakinya dengan cepat melangkah keluar dari gedung tinggi tempatnya mencari nafkah saat ini.

Di lobi dia tak sengaja bertemu kembali dengan Dimas.

"Ran,,, Rania...Tunggu!!" panggil Dimas dan berlari ke arahnya.

Rania berbalik melihat siapa yang memanggilnya. "Ada apa kak?" ucap Rania.

"Mau pulang kan?? bareng yuk?" ucap Dimas .

Rania ingin menolak tapi merasa tidak enak karena kemaren dia juga menolaknya. Lagipula ini sudah malam, sudah tidak ada angkot lagi. Lebih baik aku nebeng aja deh, Pikirnya.

"Boleh deh." jawab Rania menimbulkan senyum ceria di wajah Dimas.

Mereka berjalan bersisian sambil mengobrol. Ternyata Dimas orang nya supel dan humoris sehingga dengan cepat dapat akrab dengan Rania. Begitupun dengan Rania dia gadis yang ramah, supel dan ceria.

Tomi yang baru turun dan memasuki parkiran tidak sengaja melihat Dimas dan Rania berjalan berdua dan mengobrol bahkan sesekali mereka berdua tertawa lepas.

Tomi merasa tidak suka dengan pemandangan di hadapannya, Dia kesal tapi dia tidak tahu mengapa dia harus merasa kesal.

Pantas dia mengatai ku jomblo akut, tapi dia kan baru kenal Dimas beberapa hari, apa mungkin mereka berdua pacaran. Mudah sekali dia jatuh cinta. Dasar ABG labil.

Tomi hanya memandangi mobil Dimas yang menjauh dari hadapannya.

Tomi mengambil mobilnya dan melajukannya menuju rumah orangtuanya sesuai janjinya dengan ibunya tadi pagi.

...****************...

"Bagaimana kabarmu sayang?" sapa bu Yanti Mama Tomi. Menyambut putra kesayangannya pulang dan memeluknya dengan sangat erat.

"Tomi baik ma," jawab Tomi. Yang juga memeluk erat mamanya. Jujur sebenarnya Tomi sangat merindukan wanita yang sudah membesarkannya ini, tapi sikap egois dan keras kepalanya membuatnya pergi.

"Masuklah, kita makan malam dulu, kamu sudah lama tidak pulang dan mama sudah memasak makanan kesukaan mu." ucap Bu Yanti dengan bahagia.

Tomi mengikuti mamanya ke ruang makan. Disana sudah ada Papanya menunggu.

"Pa kabar, Pa?" ucap Tomi mencium tangan pria paruh baya yang juga sangat di rindukannya.

"Seperti yang kamu lihat, " jawab Papanya datar.

"Yuk makan dulu, sini mama ambilkan, kamu makan yang banyak ya, semua mama yang masak." ucap Bu Yanti menyendok nasi, lauk dan sayur untuk Tomi.

Meletakkan ya kembali dihadapan tomi. Mengambil nasinya sendiri dan mereka makan dalam diam.

"Papa tunggu di ruang kerja Papa." Ucap Pak Rahmad begitu dia selesai makan malam.

Tomi tidak menjawab hanya diam dan mengikuti langkah Papa nya menuju ruang kerjanya yang terletak di lantai atas.

"Duduklah," ucap pak Rahmad dengan tenang.

Tomi mengambil tempat duduk tepat di hadapan Papa nya.

"Apa yang membuatmu Kembali, apa kau menyerah dan bersedia menikah dengan gadis pilihan Papa?" tanya pak Rahmad to the point.

"Tidak, aku tetap menolak. Aku tidak mau menikah karena terpaksa, apalagi aku belum mengenal seperti apa calon istriku." jawab Tomi dengan tegas.

"Lalu??" tanya pak Rahmad.

"Aku akan menikah dengan gadis pilihanku sendiri." Jawab Tomi.

"Apa kau sudah memiliki pacar atau kekasih?? " tanya pak Rahmad dengan denyum mengejek.

Yang membuat lidah Tomi Kelu dan tak bisa berkata apa apa.

"Papa tahu semuanya tentang mu, Anak buah papa selalu melaporkan semua nya. Dan kau tidak bisa membohongi Papa. Papa tahu jika kau tidak punya pacar. Usia mu sudah cukup dewasa untuk menikah. Tapi hingga saat ini kau tidak memiliki kekasih, oleh karena itu Papa mengambil inisiatif untuk menjodohkan mu. Lagipula gadis yang akan menikah denganmu anak sahabat mama mu, sudah pasti mama dan papa tahu bagaimana bibit bobot dan bebetnya." Ucap pak Rahmat.

Tomi bingung harus menjawab apa. Benar apa yang di ucapkan papanya hingga saat ini dia belum menemukan gadis yang tepat yang membuat hatinya bergetar jika berada di sampingnya.

"Tapi ini hidupku, dan aku berhak menentukan nya." ucap Tomi membela dirinya.

"Baiklah, begini saja Papa akan memberi waktu satu bulan. Jika dalam satu bulan kau menemukan gadis yang tepat dan cocok, maka Papa akan mempertimbangkannya. Tapi jika dalam waktu satu bulan kau belum juga menemukannya. Kau harus mengikuti kemauan Papa. Bagaimana, adil bukan???" ucap Pak Rahmad

"Satu bulan waktu yang panjang hanya untuk mengenal dan mengejar seorang gadis. Papa yakin kau akan mendapatkannya tapi ingat jika Tidak dapat kau harus mau menuruti keinginan Papa." tambah pak Rahmad.

"Ok, aku setuju. Akan aku buktikan jika aku bisa memilih pasangan hidupku sendiri." jawab Tomi.

"Papa tunggu." jawab pak Rahmad.

Tomi kembali ke apartemen nya. Disepanjang jalan dia pusing memikirkan ucapan papanya.

Bagaimana mungkin mencari calon istri dalam tempo satu bulan.

Tomi mengerang Frustasi dan meremas rambutnya.