NovelToon NovelToon
Selenophile

Selenophile

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Time Travel / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai / Healing / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:862
Nilai: 5
Nama Author:

Rasanya sangat menyakitkan, menjadi saksi dari insiden tragis yang mencabut nyawa dari orang terkasih. Menyaksikan dengan mata sendiri, bagaimana api itu melahap sosok yang begitu ia cintai. Hingga membuatnya terjebak dalam trauma selama bertahun-tahun. Trauma itu kemudian memunculkan alter ego yang memiliki sifat berkebalikan. Kirana, gadis yang mencoba melawan traumanya, dan Chandra—bukan hanya alter ego biasa—dia adalah jiwa dari dimensi lain yang terjebak di tubuh Kirana karena insiden berdarah yang terjadi di dunia aslinya. Mereka saling Dalam satu raga, mereka saling menguatkan. Hingga takdir membawa mereka pada kebenaran sejati—alasan di balik kondisi mereka saat ini. Takdir itu memang telah lama mengincar mereka

Arkana Respati Yudhistira

"Maaf, saya harus menolak tawaran Anda," tolak Kirana dengan tegas.

Putra Mahkota tampak terkejut dengan penolakan itu, namun dia segera mengerti dan berusaha menenangkan diri. "Tentu saja, saya mengerti. Saya tidak bermaksud menakut-nakutimu. Namun, saya merasa kita perlu berbicara di tempat yang lebih pribadi."

Kirana terdiam sejenak, memikirkan tawaran itu dengan hati-hati. Meskipun rasa penasaran memenuhi pikirannya, dia tidak boleh sembarangan bertindak. "Baiklah, tapi di sini saja. Dan tolong, berikan saya alasan yang masuk akal mengapa saya harus percaya pada Anda."

Putra Mahkota tampak sedikit lega dengan keputusan Kirana. "Saya akan langsung ke intinya saja, apakah Anda memiliki hubungan dengan Putri Chandra dari kerajaan Arutala?"

Kirana tersentak, mendengar nama yang sama yang selalu berkaitan dengan hidupnya selama ini. "Putri Chandra?"

Kebetulan macam apa ini. Kirana segera menepis pikirannya. Bukankah nama Chandra itu bukan nama yang istimewa atau hanya diperuntukan untuk satu orang saja?

Rasa ingin tahu Kirana semakin memuncak, membuat gadis itu akhirnya setuju untuk berbicara dengan pria itu. Tetapi kali ini, Kirana lah yang menawarkan diri untuk pergi ke tempat yang lebih aman, di mana percakapan mereka tidak akan didengar oleh orang lain.

"Saya tidak mengenal siapa itu Putri Chandra, dan mengapa Anda menganggap bahwa saya mempunyai hubungan dengannya?" ucap Kirana setelah mereka akhirnya berhasil mencari tempat diskusi yang jauh dari keramaian.

"Kau pernah mendengar soal kerajaan seberang yang mengalami kudeta? Seluruh keluarganya dihabisi oleh pemberontak?" tanyanya lagi.

"Saya tidak tahu apa pun soal kerajaan tetangga. Selama dua bulan ini, saya sakit dan dirawat di Langgar Suci," jawab Kirana jujur.

Mendengar pernyataan Kirana, hati pria itu berdesir. Jelas sekali, dua bulan kemarin adalah saat pemberontakan terjadi. Sebuah momen tragis yang mengubah kehidupan banyak orang. Ekspresi pria itu berubah menjadi serius.

"Saat pemberontakan itu terjadi, Putri Chandra seharusnya datang padaku, tapi aku tidak mendapat kabar apa pun dari mereka. Mereka hilang begitu saja." Putra mahkota berhenti sejenak. Dia mengamati Kirana dengan lekat, kemudian berkata, "Wajahmu sangat mirip dengan wajah Putri Chandra. Terlebih lagi, kejadian pemberontakan tersebut terjadi dua bulan yang lalu. Kamu benar-benar bukan Chandra?"

"Saya tidak tahu bagaimana bisa ada keterkaitan antara saya dan Putri Chandra. Saya hanya seorang gadis yang tinggal di Langgar Suci. Bagaimana mungkin saya terlibat dalam sesuatu yang begitu besar?"

Kirana mencoba untuk tetap tenang di tengah kekhawatiran yang muncul akibat firasat buruk. Tidak ada gunanya jika Kirana terlibat dalam hal-hal yang merepotkan. Dia hanya ingin bisa menjalani hidup dengan tenang dan damai sampai menemukan bagaimana caranya untuk bisa kembali pulang ke tempat asal.

Pria itu tersenyum pahit. "Saya tahu ini terdengar sulit dipercaya, tapi sejak saat pertama kali melihatmu, saya merasa ada sesuatu yang mengaitkan kita berdua. Wajahmu dan sorot matamu, semuanya terasa akrab. Apakah mungkin ada sesuatu yang selama ini tersembunyi dalam ingatanmu?"

Kirana memandang pria itu dengan perasaan kesal. Entah penjelasan seperti apa lagi yang harus Kirana sampaikan, supaya putra mahkota bisa mengerti dan tidak terus-menerus mencurigainya sebagai sosok Chandra--yang dikatakan mirip dengannya itu.

"Saya tidak tahu apa-apa. Nama saya Kirana, saya mungkin hanya mirip dengan Putri Chandra. Saya bukan Putri Chandra dan saya sedang tidak lupa ingatan. Saya sangat-sangat ingat siapa diri saya. Dan, jika tidak ada hal penting lagi yang ingin dibicarakan, saya izin undur diri."

Tanpa menunggu jawaban lebih lanjut, Kirana memilih untuk meninggalkan Putra Mahkota. Langkahnya mantap, tetapi pikirannya penuh dengan kebingungan dan pertanyaan mengenai keberadaannya di dunia ini dan sosok Putri Chandra itu. Apakah Chandra itu adalah Chandra yang sama dengan yang Kirana kenal?

Entahlah. Kirana menepis pikirannya dan mencoba untuk berpikir positif. Saat ini, Kirana hanya ingin segera sampai di Langgar, dan beristirahat dari isi kepala yang rumit dan tubuh yang telah kehilangan energinya.

Putra Mahkota hanya bisa memandang kepergian Kirana dengan tatapan penuh kekecewaan dan juga rasa khawatir. Kerumunan perayaan di sekitar mereka terus berlangsung, tetapi suasana di antara mereka berdua dipenuhi dengan teka-teki yang harus segera dipecahkan.

***

Sejak pertemuannya dengan Kirana, Putra Mahkota mencoba mencari tahu lebih banyak tentang gadis itu. Dia melakukan segala cara untuk menyelidiki latar belakang Kirana, mulai dari meminta informasi kepada pengikut Langgar Suci hingga mencari jejak di sekitar Langgar Suci. Namun, dia selalu menemui jalan buntu. Seolah-olah, Langgar Suci adalah benteng yang tak terkalahkan. Semua orang yang tinggal di dalamnya saling menjaga rahasia dan privasi antara satu dengan yang lainnya.

Bukan Putra Mahkota namanya jika dia hanya diam menunggu. Dia harus melakukan sesuatu karena ini menyangkut seorang gadis yang dia cintai. Kirana yang memiliki wajah mirip dengan Putri Chandra, sekarang sedang menjadi pusat perhatiannya.

Meskipun begitu, Putra Mahkota harus bersikap lebih hati-hati dan bijak dalam setiap langkah yang akan diambil, karena Langgar Suci bukan hanya merupakan tempat biasa, melainkan tempat ibadah yang dianggap sakral dan dihormati oleh banyak orang. Tindakan terlalu agresif dapat menimbulkan masalah yang tidak diinginkan.

Sama gelisahnya seperti Putra Mahkota, Kirana juga merasakan perasaan yang sama. Pertemuan dan obrolannya dengan Putra Mahkota terakhir kali terus berputar di dalam pikirannya.

Di antara rutinitas kesehariannya di Langgar Suci, pikirannya sering terhanyut jauh, mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang melayang di dalam kepala. Keingintahuannya tentang Putri Chandra, Chandra, dan keberadaannya di dunia ini membuatnya tidak bisa benar-benar merasa tenang.

Kirana juga merasa dilema. Di satu sisi, dia ingin mengetahui lebih banyak tentang dirinya dan menemukan kebenaran takdir yang membawanya ke dunia ini. Namun, di sisi lain, dia khawatir bahwa kebenaran itu mungkin membawa konsekuensi yang sulit dihadapi. Dia tidak ingin membuat Langgar Suci terlibat. Apalagi, Langgar Suci adalah tempat di mana dia merasa aman dan dihargai.

Satu-satunya orang yang terus muncul dalam benak Kirana adalah Empu Agung. Empu Agung mungkin bisa memberikan jawaban atau pendapat yang mampu meredakan kegelisahan hatinya.

Berangkat dengan perasaan gelisah tersebut, Kirana bergegas mencari keberadaan Empu Agung yang sedang memberikan wejangan di Pendopo.

Dalam kediaman Empu Agung yang penuh ketenangan, Kirana duduk di hadapannya.

"Ada apa, Kirana? Empu bisa melihat kegelisahan di wajahmu. Ceritalah, Empu akan mendengarkan," ucap Empu Agung dengan penuh perhatian, matanya yang bijaksana menatap lembut ke arah Kirana.

Kirana menceritakan pertemuannya dengan Putra Mahkota tadi malam, termasuk apa yang mereka perbincangkan dengan begitu lancar. Empu Agung mendengarkan dengan seksama, wajahnya tidak menunjukkan sedikit pun tanda-tanda terkejut, hanya ketenangan yang dalam.

"Empu percaya keberadaanmu di dunia ini adalah takdir dari Sang Hyang. Begitu pula pertemuanmu dengan Putra Mahkota. Percayalah, Sang Hyang Tunggal mengatur jalan kita dengan bijaksana, dan mungkin peranmu telah ditetapkan untuk suatu alasan yang besar. Jika menemui Putra Mahkota merupakan jalan bagimu untuk mencari jawaban, silakan lakukan itu, Nak. Tapi ingatlah, setiap jalan yang engkau pilih, engkau harus menerima setiap konsekuensinya. Entah itu baik atau buruk, tetaplah untuk berdiri dengan keyakinan pada-Nya."

Kirana tertegun sejenak. Ada sedikit keraguan dalam hatinya untuk bertemu dengan Putra Mahkota kembali.

"Sepertinya masih ada keraguan dalam hatimu, Kirana?" tanya Empu Agung lembut.

"Empu benar. Selama ini saya hidup tanpa peduli dengan orang lain. Saya sudah banyak memberikan rasa sakit dan sedih pada saudara saya. Ketika saya membuka mata dan berada di tempat ini, rasanya hati saya sangat hancur, takut, sedih, dan menyesal. Saya terus memikirkan keadaan keluarga saya, dan bagaimana caranya saya kembali. Tetapi kemudian, saya dipertemukan dengan pria yang tidak saya kenali dan mengatakan bahwa saya mirip seseorang, saya bingung apa yang sebenarnya terjadi. Rasa bimbang dan kecemasan telah menyelimuti hati saya." Kirana menceritakan perasaannya dengan raut wajah yang menunjukkan kesedihan.

"Kirana, setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan dan penyesalan dalam hidupnya. Tapi apakah kamu tahu, kesadaran akan kesalahan itu langkah awal untuk menjadi pribadi yang lebih baik," ujar Empu Agung sambil menyampaikan wejangan dengan bijaksana. "Jangan sampai kita terjebak dalam penyesalan yang berkepanjangan. Setiap langkah yang kita ambil sekarang bisa membawa kita ke arah yang lebih baik. Maka dari itu, Empu ingin menyarankan padamu, mari angkat kepala dan lihat ke depan, ada banyak hal yang harus kita hadapi. Untuk sekarang, Empu bisa memberikanmu saran untuk mulai melakukan ritual sembahyang khusus pada Sang Hyang Tunggal. Mungkin dengan melakukan ritual tersebut, kau akan menemukan jawaban dan kedamaian yang engkau cari."

Kirana, dengan rasa penasaran yang tumbuh dalam dirinya, menyambut saran Empu Agung dengan penuh antusias. "Ritual sembahyang Khusus?" Dia mengulang perkataan sang Empu. "Apa yang harus aku lakukan?"

"Empu akan meminta seseorang untuk mengajarkanmu ritual sembahyang khusus. Untuk sekarang, kembalilah ke tempatmu, dan tunggu panggilan dari Empu selanjutnya," pungkas Empu Agung disambut dengan senyum semringah yang terbit di wajah Kirana.

Rasa terima kasih yang tulus tergambar dari mata gadis itu saat ia menundukkan kepala sebagai tanda penghormatan, lalu dengan penuh hormat, Kirana bergegas pergi meninggalkan tempat pertemuan dengan Empu Agung.

Bersambung

Selasa, 30 September 2025

1
Zeepree 1994
bagus ceritanya makin bikin penasaran, semangat ka author semoga rame yang mampir baca
Ismi Muthmainnah: Aamiin. Terima kasihhh💐
total 1 replies
Zeepree 1994
assalamualaikum ka othor semoga sukses ya ceritanya, aku izin baca ya Thor
Ismi Muthmainnah: Wa’alaikumussalaam. Terima kasih sudah tertarik buat baca dan kasih like juga😇 Aamiin, semoga ceritanya menghibur yaa🌹
total 1 replies
MARQUES
lanjutkan terus thor nulis novelnya kalau bisa bikin novel romansa fantasi aja terus tapi bikin nagih dan MC cewenya ga gampang luluh sama cowo🙏😄
Ismi Muthmainnah: Iya nih kak😂😭😭 Makasih banget yaa udah kasih masukan. Lumayan juga menurutku fantasi bangun wordbuldingnya
total 3 replies
Ismi Muthmainnah
Ini cerita pertama aku setelah hiatus lama. Selamat menikmati bagi yang suka cerita fantasi transmigrasi, tapi halal🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!