NovelToon NovelToon
Ibu Susu Untuk Reina

Ibu Susu Untuk Reina

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Single Mom / Janda / Hamil di luar nikah / Romansa / Ibu susu
Popularitas:11.9k
Nilai: 5
Nama Author: Chika Ssi

Gendis baru saja melahirkan, tetapi bayinya tak kunjung diberikan usai lelahnya mempertaruhkan nyawa. Jangankan melihat wajahnya, bahkan dia tidak tahu jenis kelamin bayi yang sudah dilahirkan. Tim medis justru mengatakan bahwa bayinya tidak selamat.

Di tengah rasa frustrasinya, Gendis kembali bertemu dengan Hiro. Seorang kolega bisnis di masa lalu. Dia meminta bantuan Gendis untuk menjadi ibu susu putrinya.

Awalnya Gendis menolak, tetapi naluri seorang ibu mendorongnya untuk menyusui Reina, putri Hiro. Berawal dari menyusui, mulai timbul rasa nyaman dan bergantung pada kehadiran Hiro. Akankah rasa cinta itu terus berkembang, ataukah harus berganti kecewa karena rahasia Hiro yang terungkap seiring berjalannya waktu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika Ssi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15. Rasa yang Tak Berubah

Hiro memutar tubuhnya, menatap mata Gendis. Jemarinya menggenggam erat tangan perempuan yang kini tengah ada di puncak emosi itu. Tatapan mata Gendis seakan menyimpan amarah dan kebimbangan yang membaur jadi satu.

“Aku ada di sini. Kalau kamu mau keluar setelah lima menit, kita pulang.”

Gendis diam selama beberapa detik. Lalu, dengan langkah berat, Gendis membuka pintu mobil. Suara ketukan hak sepatunya di lantai parkiran terdengar seperti gema yang menggema di telinganya sendiri.

Saat mereka melewati pintu kaca, hawa ruangan beraroma antiseptik dan wangi lavender menyapa indra penciuman. Gendis menunduk, merasa tatapan semua orang menusuk punggungnya meski ruang tunggu itu hanya berisi dua orang pasien.

Di kursi tunggu, Gendis duduk kaku, jari-jarinya menggenggam erat ujung rok. Hiro duduk di sampingnya, diam, tetapi kehadirannya terasa seperti jangkar yang menahan Gendis agar tidak berlari keluar.

Dalam kepala Gendis, suara-suara saling bertabrakan, ketakutan akan dihakimi, kemarahan karena merasa dipaksa, dan bisikan kecil yang menanyakan, apa benar aku butuh ini? Saat namanya dipanggil, Gendis merasakan jantungnya meloncat ke tenggorokan.

“Aku … tidak gila!” Gendis berdiri tegak dengan tubuh menegang.

"Ssst, Ndis. Kamu salah sangka. Kamu ada di sini bukan karena gila." Hiro berusaha membisikkan kalimat itu dengan suara yang lembut.

"Aku nggak gila, Hiro. Aku mau pulang?" Gendis menatap lelaki di sampingnya itu dengan air mata meleleh, sehingga membuat tatapan berkabut.

"Kamu memang nggak gila. Bukan berarti semua yang datang karena gila, Ndis. Kamu hanya butuh konseling agar lebih tenang dan Reina semakin nyaman ketika berada di sisimu." Hiro mencoba untuk meyakinkan Gendis dengan menyebut nama Reina.

Napas Gendis putus-putus seakan ada beban berat yang mengimpit dadanya. Dia kembali menggeleng. Gendis tak lagi histeris seperti awal, tetapi air mata masih terus meleleh membanjiri wajahnya.

"Aku tidak butuh psikiater, Hiro. Aku akan bicarakan semuanya denganmu. Kita pulang aja, ya?" Gendis kini meremas jemari Hiro.

Tatapan Gendis penuh rasa putus asa. Hiro melirik lagi ke arah perawat. Lelaki itu mengembuskan napas kasar sebelum akhirnya mengangguk.

"Baiklah kalau begitu kita pulang. Tapi, janji, ya? Kamu harus bicarakan semuanya. Apa yang terjadi di rumah sakit. Semuanya, ceritakan padaku. Aku tidak mau emosimu yang mudah berubah bisa menghambat produksi ASI. Ingat, itu akan berimbas kepada Reina." Hiro menyelipkan anak rambut yang menutupi wajah Gendis ke belakang telinganya.

Gendis pun mengangguk cepat. Dia menarik lengan kemeja Hiro sebagai tanda agar segera meninggalkan tempat itu. Hiro akhirnya mendekati sang perawat sambil menggandeng lengan Gendis.

"Kami batal mengajukan sesi konseling. Tolong katakan kepada dokter Tirta." Hiro memaksakan senyum sehingga membuat rahangnya terasa kaku.

Setelah membatalkan sesi konsultasi, Hiro memapah Gendis keluar dari ruangan itu. Gendis menatap sekeliling dengan bola mata yang tak bisa tenang. Dalam tatapannya orang-orang yang ada di sana terasa menghakimi dan mengancam.

Namun, semua pikiran itu mendadak sirna ketika Hiro menguatkan pelukannya. Gendis mendongak. Lelaki itu tetap menatap lurus ke depan, sesekali membetulan letak kacamatanya.

Seketika rasa aman dan nyaman membuat Gendis menjadi lebih tenang. Wajah Hiro meneduhkan meski tampak dingin dari luar. Langkah keduanya berhenti saat sudah sampai di depan mobil.

"Ayo, masuklah." Hiro membukakan pintu untuk Gendis.

Perempuan tersebut melepaskan tangan dari pinggang Hiro. Detik itu juga Gendis merasa ada yang hilang. Ketenangannya perlahan menipis.

Hiro hendak menutup lagi pintu mobil, berniat untuk duduk di depan bersama Ren. Namun, ketika pintu hampir tertutup Gendis menahannya. Hiro mengerutkan dahi seketika.

"Hiro ...." Suara Gendis hampir tak terdengar oleh telinganya sendiri.

"Ya?"

"Bisa nggak kamu duduk di belakang saja?" Gendis menunduk dengan tangan yang masih menempel pada tuas pintu mobil.

Hiro awalnya mengerutkan dahi. Selama dia tertarik kepada gendis sejak pertama kali bertemu, perempuan tersebut seakan membangun dinding tinggi. Gendis terkesan tak ingin tersentuh dan hanya mengejar Noah.

Ya, Hiro menyadari hal itu. Tekadnya untuk mendekati Gendis terhalang karena banyaknya hal yang harus dikerjakan. Namun, kali ini takdir kembali mempertemukan mereka dalam situasi yang rumit dengan kondisi Gendis yang tak sekuat dulu.

Hiro akhirnya memutuskan untuk mengabulkan permintaan Gendis. Dia masuk ke mobil dan duduk di samping perempuan tersebut. Tanpa diduga Gendis melingkarkan tangan pada lengannya, lalu bersandar pada bahu Hiro.

"Bolehkan aku bersandar sebentar saja? Apakah Yumi akan marah jika aku begini?"

"Sepertinya kamu salah paham, Ndis. Yumi itu ...." Ucapan Hiro menggantung di udara karena Gendis memotongnya.

"Aku tahu dia bisa jadi masa lalumu. Kalian bercerai dan dia masih mencintaimu. Dari sorot matanya aku lihat dia sama seperti aku. Seperti sedang kehilangan sesuatu yang sangat penting dan berharga. Sama seperti aku yang kehilangan anakku." Tatapan Gendis menerawang, tetapi dalam sekejap dia memejamkan mata.

Hiro masih diam kali ini. Dia memilih untuk membiarkan Gendis liar dalam pikiran tentangnya dan Yumi. Lelaki itu perlahan mengangkat lengan.

Hiro melirik ke arah Gendis, menatapnya lembut. Perlahan jemarinya mendekat pada puncak kepala. Namun, gerakannya menggantung di udara ketika kalimat lain keluar dari bibir Gendis.

"Aku melepaskan semuanya. Ibu kandungku, warisan, bahkan kehormatanku. Tapi bukan berarti aku nggak berhak memiliki seorang pun di sisiku, bukan? Aku hanya punya bayiku. Tapi ...." Perlahan suara Gendis semakin pelan dan tenggelam.

"Kenapa Tuhan juga mengambilnya dariku?"

"Mungkin karena Tuhan ingin mengganti semuanya dengan banyak hal yang lebih baik, Ndis. Jadi bertahanlah, kamu ...." Hiro menggantung ucapan di udara karena mendadak terdengar dengkur halus keluar dari bibir Gendis.

Lelaki tersebut melirik Gendis yang masih bersandar pada bahunya. Ya, ternyata perempuan itu terlelap. Hiro tersenyum simpul, merapikan rambut Gendis yang berantakan.

"Kamu hebat, Ndis. Kamu pasti bisa melewati ini semua," gumam Hiro.

Lelaki tersebut menoleh ke arah kepala Gendis dan mendaratkan kecupan di sana. Rasa itu masih sama. Rasa yang tidak bisa diungkapkan dengan kalimat apa pun.

Meski Hiro baru bertemu lagi dengan Gendis setelah setahun lebih, hal itu tak serta merta mengubah perasaan lamanya. Rasa berdebar saat mendengar namanya, dan jantung yang berdentum semakin kencang ketika ada di sisi Gendis. Semua sama, tak ada yang berubah.

Mobil Hiro melaju pelan memasuki halaman rumah. Ren membukakan pintu untuk sang majikan. Alih-alih membangunkan Gendis, Hiro lebih memilih untuk menggendong Gendis dan membawanya ke kamar.

"Apa Reina rewel?" tanya Hiro kepada Nana yang kebetulan juga sedang menidurkan Reina ke dalam boksnya.

"Sedikit, Pak. Tapi masih bisa saya tenangkan," ucap Nana lembut sebelum akhirnya keluar dari kamar sang majikan.

Setelah menidurkan Gendis ke atas Ranjang, Hiro berniat untuk langsung keluar. Namun, dering ponsel dalam tas Gendis menahannya. Lelaki tersebut berniat untuk melihat panggilan yang masuk, apakah penting atau tidak sebelum membangunkan Gendis.

"Rumah sakit?" Hiro mengerutkan dahi saat mengetahui panggilan masuk berasal dari tempat Reina biasa menjalani imunisasi.

1
Dini Anggraini
Bunda author bikin saya dag dig dug tak kira tempat kerja Gendis ataupun kontrakan yang kebakaran ternyata Hiro cemburu ada yang perhatian sama Gendis. Hiro bila kamu gak cepat2 menikahi Gendis ada aksara yang suka sama Gendis. 🙏🙏😍😍😍
Bisa Pesan Cover di Saya: Taunya terbakar cemburu yaaa Bun 🤣🤣🤣
total 1 replies
tiara
jangan salah sangka dulu Hiro teruskan kejutanmu untuk Gendis.barulah tanya siapa orang itu yang bersama Gendis
Esther Lestari
jangan diam Hiro....ayo berjuang untuk cintamu ke Gendis
ovi eliani
ayo hiro perjuangkan cinta mu untuk gendis dan reina kamu sdh tetlalu banyak ikut campur dalqm kehidupan mereka , semoga kalian bersatu , semangat thor
Bisa Pesan Cover di Saya: awawaw

makasih udah disemangati 😍😍😍
total 1 replies
Tutuk Isnawati
hiro saingan mu dah muncul klo g gercep kduluan ntar🤣
Bisa Pesan Cover di Saya: Wkwkwk aku mau bikin tim HiroGen oleng 🤣🤣🤣
total 1 replies
AlikaSyahrani
semanģat gendis🦾🦾🦾 tunjukkan bahwa kamu mampu
AlikaSyahrani
kamu harus kuat gendis iklaskan anakmu mungkin alloh sangat sayang ama anakmu hinggah dia kembalidipangkuannya
tiara
apakah Aksara orang yang pernah menykai Gendis dimasa lalu ya.tapi mengapa Gendis seolah ridak mengenalnya
Esther Lestari
lho Aksara kenal Gendis sebelumnya....siapa Aksara kenapa Gendis tdk mengenalinya
tiara
semangat Gendis semoga semua berjalan lancar💪
Esther Lestari
semangat Gendis
𝗣𝗲𝗻𝗮𝗽𝗶𝗮𝗻𝗼𝗵📝: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya😌
total 1 replies
Esther Lestari
Gendis semangat menata masa depan yang baru dengan Reina😍
tiara
semangat Gendis kamu pasti bisa membesarkan Reina walau sendirian
Tutuk Isnawati
bagus ceritanya
Esther Lestari
terharu....akhirnya Reina bisa kamu peluk kembali Gendis
Bisa Pesan Cover di Saya: awawaw makasih udah ngikutin sampai sejauh ini kakk
total 1 replies
Esther Lestari
Yumi gila....demi tetap mempertahankan Reina anak yg diadopsi secara ilegal, malah menyuruh orang untuk membunuh Ayaka justru yg tertembak Reiki suaminya sendiri
Bisa Pesan Cover di Saya: Udah nggak waras emang Yumi ini🤣
total 1 replies
Esther Lestari
siapa lelaki berjas hitam itu. jangan sampai Ayaka bersaksi yg memberatkan Gendis
Esther Lestari
Ayaka kah yang datang menemui Gendis ?
Semua bersumber dari otak jahat Reiki
Dini Anggraini
Bunda author sudah di kasih berapa milyar polisinya kok malah memihak pada orang yang salah. Reiki dan Yumi adopsi anak dengan surat palsu dan perkosa, ambil paksa anak orang lain gak di penjara malah Hiro dan Gendis yang di penjara? Ayaka suatu saat karma menantimu entah itu kamu apa keturunanmu akan merasakan bagaimana rasanya jadi Gendis sakit banget. 🙏🙏🙏😆😆
Dini Anggraini: ya bunda 👍👍👍😍😍😍😍
total 3 replies
ovi eliani
jadi sebel bacanya, ayo gencatan senjata kita indonesia jepang. jgn mau kalah hubungi dubes indonesia minta pertolongan dong. ngaak ada perdamaian
Bisa Pesan Cover di Saya: Sabar kakkk, pelan-pelaaaan🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!