NovelToon NovelToon
KEKUATAN 9 BATU BINTANG

KEKUATAN 9 BATU BINTANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Sunardy Pemalang

***

Thantana sangat terkejut. Ketika tiba tiba sembilan batu yang berada di telapak tangan kanannya, satu persatu menerobos masuk ke dalam tubuhnya. Melalui lengannya, seperti cahaya menembus kaca dan terhenti ketika sudah berada di dalam tubuh Thantana.

Proses ini sungguh sangat menyakitkan baginya. Hingga, sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, Thantana mengibas ibaskan lengan kanannya, sembari tangan satunya lagi mencoba menarik sisa sisa batu yang mesih melekat pada telapak tangannya itu. Namun, semakin ia menariknya, rasa sakit itu semakin menjadi jadi. Dan di titik batu ke sembilan yang menerobos masuk, pada akhirnya Thantana jatuh tak sadarkan diri kembali...?

**kita lanjut dari bab satu yuk...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunardy Pemalang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TERBUNUHNYA MAKHLUK HITAM PERTAMA KALI

Siluet senja temaram di ufuk barat, ketika Thantana beserta Kaiya dan Radif meninggalkan sekte cahaya atau Jyotisangha, untuk melanjutkan perjalanannya mencari orang orang dengan kekuatan batu Navavarna.

Kaiya yang sebelumnya menjalani proses pemindahan batu cahaya dari tubuh kakek Ghanes ke dalam tubuhnya, kini terlihat sangat anggun bersahaja. Wajah cantiknya yang sebelumnya seperti tersembunyi oleh aura pemalu gadis kampung, sekarang memancarkan pesona yang luar biasa. Bahkan tubuhnya yang sebelumnya sedikit terbungkuk pun, kini lebih tegak dan memperlihatkan lekuknya yang sexy aduhai.

Thantana dan Radif, sampai sampai melongo saat pertama kali melihat Kaiya keluar dari ruang pemindahan batu tersebut. Bagaimana tidak, saat itu yang berdiri di hadapan mereka bukanlah Kaiya yang sebelumnya. Kaiya yang sekarang, bak seorang dewi dengan cahaya putih nan suci di tubuhnya.

 Dengan Rambut hitam panjang yang di biarkan terurai dan beterbangan tertiup angin, Kaiya dengan anggunya berjalan menghampiri Thantana yang saat itu masih terbengong sembari melongo.

"Kak Thantan... Kak Thantana...!"

Tiba tiba sebuah suara mengagetkannya dan membuat Thantana tersadar dari lamunannya. "Kita ke arah mana sekarang kak?" kata suara itu lagi. Dan itu adalah suara Kaiya yang sekarang berada di sampingnya berjalan.

"Ehhh.. iya.. emmm.. kemana ya?" jawab Thantana sembari gelagapan, karena baru tersadar dari lamunan dan masih bingung.

"Kakak kenapa sih..? Kak Thantana melamun ya..?" ucap Kaiya meledek Thantana yang gelagapan itu.

"Tidak... Kakak tidak melamun?" jawab Thantana ngeles. "Engg.. Kita ke kota raja!" kata Thantana melanjutkan perkataannya.

Mendengar ucapan dari Thantana itu, Kaiya tersenyum manis banget. Seakan mengetahui bahwa yang di lamunkan Thantana adalah dirinya. Sementara Radif hanya cengar cengir melihat tingkah dua orang sahabatnya itu.

Beberapa jam telah berlalu dan hari sudah mulai petang. Kini mereka bertiga memasuki sebuah desa kecil yang bernama Lembah Kemuning atau Ghatikemuni. Mereka, Thantana serta Radif dan Kaiya, berencana untuk singgah dan menginap di desa tersebut, sebelum esok melanjutkan perjalanannya ke kota raja kerajaan Agraanila.

Namun baru saja mereka hendak memasuki desa tersebut, tiba tiba sudut mata Thantana melihat sebuah bayangan seseorang yang memanggul sesuatu di pundaknya berlari ke arah hutan tidak jauh dari desa Ghatikemuni atau lembah kemuning.

Thantana segera mengajak Kaiya dan Radif untuk mengejar bayangan itu, sebab bayangan hitam tersebut sangat mencurigakan. Dan dengan kecepatan lari yang di bantu kekuatan batu di dalam tubuh mereka, pada akhirnya Thantana, Kaiya dan Radif dengan mudah menyusul bayangan hitam tersebut sebelum memasuki hutan.

"Berhenti!" teriak Thantana terhadap bayangan hitam itu, dan membuat bayangan hitam itu menghentikan larinya karena terkejut.

"Sii... siapa kalian?" tanya bayangan hitam itu yang ternyata adalah seseorang dengan memakai baju serta jubah hitam.

"Siapa kami katamu... Seharusnya aku yang bertanya seperti itu terhadapmu?" jawab Thantana dengan nada sedikit sinis terhadap orang berseragam hitam itu.

"Pergi kalian semua sebelum kalian aku bunuh!" kata seseorang dengan jubah hitam itu, mencoba mengancam Thantana, Radif dan Kaiya.

"Hahaha... membunuh kami! Kamu tidak lihat jika kami bertiga, sedang kamu cuma sendiri!" jawab Thantana dengan nada provokasi sembari tertawa.

"Bangsat... Kamu pikir dengan bertiga bisa mengalahkan aku, cuihhh!" jawab orang hitam itu marah. Kemudian sembari meletakkan barang yang ia panggul, orang itu meraung raung seperti orang yang kesurupan dan tiba tiba...?

"Kretekkk... kretekkkk... kretekkkk... "

Seperti bunyi tulang yang beradu, orang berbaju hitam itu tubuhnya membesar dan berubah wujud menjadi sesosok makhluk hitam dengan taring tajam di sudut bibirnya.

Menyaksikan itu, Kaiya dan Radif melompat beberapa langkah ke belakang. Sementara Thantana yang bukan sekali ini melihat makhluk itu, tetap tenang di tempatnya berdiri.

"Geeerrrrhhh... Matilah kalian semua!" kata makhluk hitam itu, sembari menggeram lalu menerjang Thantana, Kaiya dan Radif.

Mendapati pukulan serta cakaran dari makhluk hitam itu yang membabi buta, Thantana, Radif dan Kaiya melompat mundur beberapa langkah dan dengan segera memasang perisai pelindung di tubuh mereka, dengan kekuatan cahaya masing masing.

"Apa kalian berdua berani melawannya?" kata Thantana kemudian, terhadap Radif dan Kaiya.

"Serahkan saja padaku Thantana! Huppp... hyatttt.. srebetttt...?" teriak Radif sembari merangsek maju menyerang makhluk hitam itu.

Melihat sahabatnya itu maju sendirian melawan Monster hitam itu, Thantana hanya tersenyum, kemudian mendekati Kaiya yang masih berdiri waspada.

"Coba kamu lihat Kai...Apa isi kain yang di bawa makhluk itu?" kata Thantana kepada Kaiya, setelah dirinya sudah berada di samping Kaiya.

Tanpa memberi jawaban, Kaiya kemudian melangkah mendekati kain yang sebelumnya makhluk hitam itu letakkan, lalu dengan perlahan membuka kain tersebut yang di ikat ujungnya. Dan alangkah terkejutnya Kaiya begitu melihat isi dalam kain itu, ternyata seorang bocah perempuan yang sedang tidak sadarkan diri.

"Kak Thantan...!" teriak Kaiya dengan seketika.

Mendengar Kaiya berteriak, Thantana segera berkelebat menuju ke arahnya. "Ada apa Kai..?" ucap Thantana.

"Lihat itu kak..?" jawab Kaiya sembari menunjuk ke arah kain yang sudah Kaiya buka.

"Astaga..! Cepat tolong dia Kai?" kata Thantana meminta Kaiya untuk segera menolongnya.

"Bajingannn... Akan ku bunuh makhluk itu! Kamu bawa anak ini menjauh dari sini Kai, kakak akan membantu Radif?" kata Thantana lagi terhadap Kaiya.

Sembari berkata begitu, Thantana melesat menuju arah di mana Radif sedang bertarung dengan makhluk hitam bertaring itu. Kemudian tanpa basa basi Thantana melancarkan pukulan pukulan cahayanya ke arah makhluk itu.

"Wussss.... wussss... wussss... "

"Slappppp... boommmm... "

"Bangsattt... Mati kau makhluk busuk!" teriak Thantana, sembari terus melesatkan cahaya cahaya dari tangannya.

Melihat itu, mau tidak mau Radif melompat mundur dan membiarkan Thantana menggantikan dirinya.

Sementara Makhluk hitam itu, terkejut bukan main atas serangan dari Thantana yang tiba tiba datang bertubi tubi. Ia mencoba memblok serangan serangan yang datang itu dengan perisai cahaya hitamnya yang mengelilingi tubuhnya. Namun ternyata perisai hitam tersebut tembus oleh cahaya cahaya yang Thantana lesatkan. Hingga pada akhirnya....?

"Boomm... boommm.. boommm.. "

Hantaman hantaman cahaya merah, hijau, kuning yang Thantana lesatkan, tepat mengenai bagian dada dari makhluk hitam tersebut.

"Haukkkk... oughhh... Apa ini? Ini tidak mungkin terjadi? Aku tidak mungkin mati?" kata makhluk hitam itu, sembari melihat tubuhnya sendiri yang penuh lobang. Kemudian memuntahkan darah yang sangat banyak dari mulutnya. "Huooeeekkkk...." dan tidak lama kemudian, makhluk itupun ambruk ke tanah dan mati.

Thantana kemudian mendekati makhluk hitam yang sudah mati tersebut, lalu mengambil batu hitam yang bersarang di dalam tubuh makhluk itu. Dan dengan amarah yang memuncak Thantana menghancurkan batu hitam tersebut dengan tangannya, sembari berteriak. "Aaakkkkggggg.. krakkkk... krakkkkk... " Batu hitam itupun hancur di telapak tangan Thantana.

Radif, hanya bisa diam melihat apa yang di lakukan Thantana. Dia tau Thantana sangat marah, setelah dia melihat anak kecil yang sedang bersama Kaiya. "Lagian makhluk itu memang pantas untuk mati?" pikir Radif dalam hatinya.

Setelah itu, mereka bertiga membawa bocah kecil itu ke desa Ghatikemuni atau lembah kemuning guna mengembalikan anak kecil itu kepada keluarganya...

*****Bersambung*****

1
Naomi Leon
Gak bisa berhenti scroll halaman, ceritanya seru banget!
Sunardy Pemalang: Hai naomi, terimakasih atas support dan dukungannya ya di cerita aku..
Sunardy Pemalang: Makasih banyak ya, atas supportnya.. nantikan cerita selanjutnya ya.. 🙏
total 2 replies
Devan Wijaya
Bikin gelisah, tapi enak banget rasanya. Tungguin terus karyanya ya thor.
Sunardy Pemalang: Hai devan, terimakasih atas support dan dukungannya di cerita aku ya..
Sunardy Pemalang: Terimakasih ya.. oke,, saya akan segera menerbitkan bab selanjutnya.. di tunggu ya..
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!