NovelToon NovelToon
Chaotic Enigma : Leveling Reincarnation

Chaotic Enigma : Leveling Reincarnation

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan / Solo Leveling
Popularitas:473
Nilai: 5
Nama Author: Adam Erlangga

Di dunia lama, ia hanyalah pemuda biasa, terlalu lemah untuk melawan takdir, terlalu rapuh untuk bertahan. Namun kematian tidak mengakhiri segalanya.

Ia terbangun di dunia asing yang dipenuhi aroma darah dan jeritan ketakutan. Langitnya diselimuti awan kelabu, tanahnya penuh jejak perburuan. Di sini, manusia bukanlah pemburu, melainkan mangsa.

Di tengah keputusasaan itu, sebuah suara bergema di kepalanya:
—Sistem telah terhubung. Proses Leveling dimulai.

Dengan kekuatan misterius yang mengalir di setiap napasnya, ia mulai menapaki jalan yang hanya memiliki dua ujung, menjadi pahlawan yang membawa harapan, atau monster yang lebih mengerikan dari iblis itu sendiri.

Namun setiap langkahnya membawanya pada rahasia yang terkubur, rahasia tentang dunia ini, rahasia tentang dirinya, dan rahasia tentang mengapa ia yang terpilih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adam Erlangga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 29

"Di akademi nanti, kau akan belajar banyak hal. Jadi belajarlah dengan giat," kata Emma.

"Aku lebih suka belajar darimu. Tujuanku ke Akademi adalah melihat kehidupan manusia dengan perkembangannya, dan bersosialisasi seperti yang kulakukan di duniaku dulu," jawab Rudy.

"Kau gagal bersosialisasi di duniamu dulu kan,? dan sekarang kau hanya ingin melakukan hal yang sama untuk menutupi kegagalanmu itu," saut Emma sambil tersenyum.

"Aku cukup menderita di sana, dan aku tidak ingin gagal lagi di kehidupanku yang kedua," kata Rudy.

"Apapun yang kau lakukan, aku akan selalu ada untukmu, Rudy," ucap Emma lembut.

"Aku sangat bersyukur kau ada disini, Emma," balas Rudy dengan senyum tulus.

"Akulah yang berterima kasih padamu, Rudy. Tanpamu, mungkin aku masih dalam bentuk jiwa," saut Emma.

"Ehm," jawab Rudy tersenyum.

...

Hari keberangkatan menuju ibu kota akhirnya tiba. Suasana pelabuhan begitu ramai; orang tua mengantar anak-anak mereka dengan penuh harap. Di sana, sebuah kapal ikan terbang raksasa sudah bersiap mengangkut para calon siswa Akademi beserta bangsawan yang ikut serta.

Hampir semua penumpang sudah berada di dalam kapal, sementara Rudy dan Emma masih santai menunggu Marco dan lainnya.

"Sepertinya kita akan berangkat tahun depan," kata Rudy sambil menghela napas.

....

Tak lama kemudian, tiga orang berlari tergesa-gesa menuju pintu masuk kapal sambil berteriak.

"Minggir semua, tolong minggir! Kita akan tertinggal kapal ikan!" teriak Marco panik.

Namun tiba-tiba—

"Berhentiii!" bentak seorang petugas kapal.

"Kami sedang buru-buru, Pak! Biarkan kami masuk!" pinta Marco dengan wajah cemas.

"Huh, tunjukkan tiketmu," kata petugas tegas.

"Eh? Apa perlu benda seperti itu? Kami bertiga sudah diterima masuk ke Akademi!" saut Marco.

"Tanpa tiket, kalian tidak boleh masuk," jawab petugas.

"Haaa!?" teriak Marco kaget.

"Apa Rudy dan Emma sudah di dalam, Marco?" tanya Lilia cemas.

"Aku sendiri tidak tahu," jawab Marco bingung.

"Sebaiknya kita kembali saja Kak. Badanku sudah tidak kuat," keluh Rin yang digendong Marco.

"Kau diam saja, bocah!" bentak Marco.

....

Sementara itu, di sisi lain kapal—

"Ah, mereka sudah di sana, Emma," kata Rudy, melihat Marco yang ribut di pintu masuk.

"Hihi, ternyata mereka datang tepat waktu," saut Emma sambil tersenyum kecil.

"Kita ke sana, cepat!" ajak Rudy berlari.

"Baiklah," jawab Emma sambil ikut berlari di belakangnya.

....

Kembali ke Marco dan rombongannya.

"Tunggu sebentar Pak, aku akan menghubungi keluargaku," kata Marco sambil mengetik pesan.

Tiba-tiba sebuah suara terdengar dari belakang.

"Tidak perlu mengirimkan pesan, kami sudah di sini," ujar Rudy.

"Ah, Rudy! Akhirnya aku bertemu denganmu. Aku sudah ke penginapan, tapi kau dan Emma tidak ada di sana, jadi kami langsung berlari ke sini," saut Marco.

Emma pun mengeluarkan lima tiket dan menyerahkannya pada petugas. Petugas itu pun memeriksanya.

"Apa kalian tidak menerima pesan dari Emma?" tanya Rudy.

"Aku sempat membacanya Rudy, tapi tidak sempat membalas," jawab Marco.

"Apa yang kalian lakukan sampai tidak bisa membalas pesan itu?" tanya Rudy penasaran.

"Kami masuk ke dalam dungeon yang kau temukan kemarin," jelas Lilia.

"Apa!?" saut Rudy kaget.

"Kita bahas nanti di dalam. Sekarang kita masuk dulu," potong Emma cepat.

"Ah, baiklah. Ayo masuk Rudy," kata Marco.

"Lain kali jangan sampai terlambat lagi, Tuan. Silakan masuk," ucap petugas kapal ramah.

"Terima kasih banyak Pak!" saut Marco lega.

Mereka semua pun naik ke dalam kapal ikan terbang itu. Suasananya disana luar biasa mewah: lorong-lorong luas, bar dan tempat duduk tersebar di mana-mana, dan orang-orang berlalu-lalang dengan berbagai gaya.

"Waah, di dalam sini jauh lebih bagus lagi," kata Rudy takjub.

"Tempat ini sangat mewah sekali," timpal Marco.

"Aku sudah memesan tiga kamar di sini. Aku akan bertanya dulu tempatnya," kata Emma sambil berjalan ke arah petugas kapal.

"Kenapa harus tiga? Kita kan berlima," saut Rudy heran.

"Kau diam saja di situ," jawab Emma dengan wajah keibuan.

"Aah," saut Rudy kaget dan menggaruk kepalanya.

"Kita tunggu di sana Rudy," kata Marco menenangkan.

"Baiklah," jawab Rudy.

 

Beberapa menit kemudian, Emma kembali.

"Tempatnya ada di lantai atas. Kita harus berjalan kaki ke sana," katanya.

Mereka pun mengikuti Emma menaiki tangga menuju lantai atas.

"Bagaimana pembagian kamarnya? Apa masih sama dengan di penginapan kemarin.?" tanya Rudy.

"Aku dan Lilia akan memakai kamar terpisah. Kalian bertiga sekamar," jawab Emma.

"Eh!? Yang benar saja!" saut Marco kaget.

"Tenang, kamar kalian punya tiga kasur. Bahkan kamar itu lebih besar dari pada milik kami," jelas Emma.

"Ah, Baiklah kalau begitu," saut Marco akhirnya menerima.

 

Dalam perjalanan menuju kamar, mereka membicarakan soal dungeon yang sempat dimasuki Marco dan lainnya.

"Marco, kau bilang kalian masuk dungeon? Apa maksudmu? Bukankah kalian hanya melatih Rin?" tanya Rudy.

"Kak Marco memaksaku masuk ke sana Kak," saut Rin lemah.

"Aku melatih Rin langsung ke lapangan," jawab Marco santai.

"Huh, kau membahayakan nyawanya!" saut Rudy kesal.

"Kami awalnya tak berniat masuk terlalu jauh, tapi jumlah hewan iblis rank tinggi mulai berkurang di sekitar hutan. Jadi kami memutuskan untuk menelusuri dungeon," jelas Marco.

"Situasinya berbeda saat pertama kali kita masuk Rudy. Hewan iblis sekarang tidak sebanyak dulu," kata Lilia.

"Tentu saja mereka pergi. Mereka tidak akan menemukan pintu masuk menuju neraka," saut Emma.

"Sepertinya masuk akal. Tapi pelatihan macam apa yang kau berikan pada Rin?" tanya Rudy.

"Kau tahu sendiri aku lemah dalam teori, jadi aku membiarkannya berburu sendiri," jawab Marco.

"Ha? Apa itu benar, Rin?" tanya Rudy.

"Kak Marco tidak membantuku sama sekali. Aku bertarung sendirian di sana," jawab Rin lemah.

"Aku mengawasinya dari kejauhan. Tapi lihatlah hasilnya. Bagaimana kekuatannya sekarang?" kata Marco dengan bangga.

"Dia sudah mencapai Level 58, Rank CC. Itu jauh melampaui anak seusianya," saut Emma.

"Hoo. Kau berbahaya sekarang! Jangan gunakan kekuatanmu itu untuk membully teman-temanmu nanti," kata Rudy.

"Ehm, aku tidak akan memukul mereka," saut Rin polos.

"Gunakan kekuatanmu hanya untuk membela diri. Aku akan sangat kerepotan jika kau membuat keributan," kata Rudy mengingatkan.

"Baiklah Kak. Aku tidak akan mengecewakanmu," jawab Rin serius.

"Hahaha, ingat satu hal Rin, aku adalah satu-satunya gurumu!" saut Marco bangga.

"Kau sangat menyebalkan, Kak," saut Rin kesal.

"Apa yang kau bilang!?" teriak Marco sambil menepuk bokong Rin.

"Ah, hentikan Kak! Badanku masih lemas!" saut Rin mengeluh.

"Kenapa dia jadi lemas begitu?" tanya Rudy heran.

"Aku dan Marco menemukannya pingsan di dalam dungeon. Sepertinya dia belum terbiasa berburu sendirian," jelas Lilia.

"Huh, kenapa kalian membiarkannya sendiri!" saut Rudy sambil menghela napas panjang.

"Tentu saja untuk membuatnya lebih kuat," jawab Marco enteng.

"Sampai lantai berapa dia masuk?" tanya Rudy.

"Dia berhasil mencapai lantai 26 dalam dua hari. Itu membuatku terkejut," jawab Lilia.

"Apa di lantai satu ada hewan iblis? Sepertinya aku sudah membasmi semuanya waktu itu," tanya Rudy.

"Ada. Hewan iblis sudah muncul kembali dari lantai satu," jawab Lilia.

"Apa mereka berpindah ke sana, Emma?" tanya Rudy.

"Jika tempat itu kosong, sudah tentu mereka memilih tinggal di sana," jawab Emma.

"Hoo, kalau begitu, Rin sudah membantu mengurangi jumlah hewan iblis di hutan," saut Rudy.

"Ahaha," saut Rin tertawa malu.

Akhirnya mereka sampai di depan kamar.

"Baiklah, ini kamar kalian. Aku dan Lilia ada di pojok sana. Ini kuncinya," kata Emma sambil menyerahkan kunci.

"Apa kau bercanda, Emma? Ini kamar VVIP!" saut Rudy tercengang.

"Hihi, aku menyuap mereka dengan beberapa koin. Nikmati saja, Rudy. Daah," saut Emma dengan senyum menggoda.

....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!