Azzam Syauqi Atharis pria yang dulunya memilik sifat ceria dan jahil berubah menjadi sosok pria dingin setelah tragedi na'as yang terjadi di dalam keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joelisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Azzam sedang berada di dalam sebuah ruangan di hadapannya ada seorang pria bertubuh besar.
"Bagaimana keadaan di kediaman Stanley?"
"Semua aman terkendali, Tuan. Saya sudah menyebar beberapa orang di titik-titik tertentu,agar bisa langsung bergerak jika ada sesuatu yang mencurigakan."
"Bagus,tetap awasi."titahnya
"Baik,Tuan."
Pria itu keluar setelah selesai melaporkan beberapa hal pada Azzam. Di luar ruangan suasana mendadak tegang, sangat jarang sekali Azzam datang ke tempat itu biasanya ia selalu mengutus Daniel,tapi hari ini Tuan mereka datang secara langsung .
Inilah sisi lain dari seorang Azzam yang tidak di ketahui banyak orang Athariz bukan perusahaan biasa yang bisa di senggol oleh sembarang orang,dari luar Athariz hanya terlihat seperti perusahaan lainnya tapi tiada yang tahu pendukung di belakang Athariz.
Ardenio Athariz ayah dari Azzam tidak hanya mendirikan Athariz grub melainkan dua perusahan,salah satunya adalah City Guard perusahaan yang menyediakan layanan tentara bayaran atau bodyguard dan biasanya yang menyewa mereka orang-orang berpangkat.
Azzam juga baru mengetahuinya setelah iya menduduki kursi kepemimpinan, ia baru mengerti kenapa ayahnya mendidiknya dengan keras mengajarinya bela diri sejak usianya baru menginjak lima tahun, Azzam dan Razzan terlahir kembar tetapi Razzan terlahir dengan imun tubuh yang lemah sedangkan Azzam sebaliknya . Itu sebabnya Azzam di tuntut untuk lebih kuat agar suatu saat bisa melindungi keluarganya.
Setelah kematian sang ayah Azzam beberapa kali di hadang segerombolan orang,yang tidak ia tahu kalau mereka adalah bawahan sang ayah yang sedang mengetes kelayakannya untuk menggantikan kepemimpinan sang ayah.
Tapi bukan Azzam namanya jika tidak bisa mengalahkan mereka semua bahkan dalam waktu sepuluh menit dia dapat menumbangkan dua puluh tentara terlatih,
Azzam itu jenius di usianya lima belas tahun dia sudah memegang sabuk hitam bahkan pria itu menguasai lebih dari tiga ilmu beladiri.Itu pula yang membuat para bawahannya merasa takut melihatnya, Azzam kalau sudah mengamuk sangat mengerikan.
Meskipun begitu para bawahan Azzam tidak di perbolehkan sembarangan membunuh orang,mereka hanya di sewa untuk mengawal kecuali dalam keadaan terdesak mereka baru boleh menodongkan senjata.Itu adalah larangan atau perintah mutlaķ yang di buat sang ayah saat mendirikan perusahaan itu.
City Guard sudah terkenal pelayanannya sampai ke manca negara, bahkan sudah sering di sewa oleh orang-orang kalangan atas,tapi sejak berdirinya City Guard tak ada satu pun yang tahu siapa pemiliknya,orang-orang hanya tahu perusahaan itu di kelola oleh orang bernama Halim orang kepercayaan almarhum ayahnya Azzam yg masih berkerja hingga saat ini di bawah kepemimpinannya.
Azzam masih berada di City Guard di dalam ruangannya,ia tampak menunggu kabar dari seseorang terlihat dari beberapa kali ia mengetuk-ngetuk meja dengan jari telunjuknya.
Azzam menyuruh Daniel menyelidiki siapa dalang dalam kasus penembakan itu. Ia penasaran dengan motifnya. Benarkah rekan bisnis yang sedang mengincarnya?
Azzam tak berani menyimpulkannya.beberapa kali ia menatap ke arah ponselnya yg ia letakkan di atas meja,berharap Daniel segera menghubunginya.
Saat mendengar notifikasi panggilan masuk,buru-buru Azzam mengangkatnya." Gimana?" tanyanya tak sabaran.
"Saya sudah menemukan jejak pemilik mobil itu, Tuan. Bahkan sekarang polisi sudah berhasil melacaknya. Semua berkat Pak Gio beliau sempat melihat plat mobilnya malam itu. Saya akan segera kabari kembali, Tuan."
Azzam mengangguk, tangannya menyugar rambut ke belakang." Baik. Terus up-det berita terbaru."
"Baik,Tuan."
Azzam menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Sudah sedikit tenang karena mulai menemukan titik terang. Ia berharap bajingan itu akan segera ketemu dan ia bisa tahu motif sebenarnya.
Di samping itu, ia terus memantau perkembangan keamanan di rumah Letta. Tidak lupa juga mengirim beberapa orang berjaga di sekitar apartemen Letta. Ia takut kecolongan karena gadis itu lebih sering tidur di apartemennya dari pada di rumah orang tuanya.
Azzam takut apa yang menimpanya lebih serius dari yang ia bayangkan, jika benar mereka dari salah satu musuhnya maka itu bisa membahayakan orang-orang terdekatnya tidak terkecuali Letta yang sekarang berstatus sebagai tunangannya.
*
*
*
Di Athariz grub di jam istirahat makan siang Letta melipir ke kantin perusahaan,cacing-cacing di perutnya sudah pada demo minta di isi.
"Wah, kantinnya penuh."
" Le-Letta, duduk sini aja." kata salah satu cowok berkacamata disana.
Kebetulan dia punya tempat kosong untuk Letta. Masalahnya, Letta tidak nyaman makan di sembarang tempat.
"Duduk sini aja, Ta! Gue bisa berdiri kok."
cowok lain menyahut juga. Bahkan diikuti oleh cowok-cowok yang lainnya. Mereka sibuk membujuk Letta untuk duduk bersama mereka.
Sebagian besar cewek-cewek disana merasa iri dan kesal. Karena kedatangan Letta menarik perhatian semua cowok.
Tak salah Letta di juluki cewek tercantik di devisi periklanan. Ah, tidak. Bahkan nama Letta sudah tersebar hampir ke seluruh penjuru perusahaan.
"Gue mau makan sama temen gue aja." Letta menunjuk ke arah ujung. Dina dan Riska sudah menunggu disana sambil melambaikan tangan.
Barulah Letta memesan makanan. Tak menyadari jika sebagian besar penghuni kantin merasa kecewa karena telah tertolak. Ya mereka juga sadar diri. Sekeren apapun mereka, tidak bisa membuat Letta melirik pada mereka.
"Sok cantik banget, sih." kesal Hana yang duduk di salah satu meja bersama Bima.
"Dia memang cantik." gumam Bima.
"Apa kamu bilang barusan?" tanya Hana yang sedikit mendengar gumaman Bima.
"Nggak, nggak apa-apa." jawab Bima sambil berpura-pura melanjutkan makannya.
"Awas kamu, kalau berani macem-macem."
Nyatanya aku salah dalam mengambil langkah, kamu malah semakin bersinar, Ta!
Bima hanya bisa menatap Letta dari kejauhan, nyatanya penyesalan itu selalu datang di akhir.
" Letta!" panggil Carissa, datang mendekat bersama tiga temannya.
"Lo punya hubungan apa sama Pak Azzam? Apa kalian pacaran? Rahasia lo apa sih sampai buat Pak Azzam kepincut gitu?"
Bukan tanpa alasan carisaa bertanya seperti itu pada Letta, kemarin dia tidak sengaja melihat Letta jalan bareng Pak Azzam di Mall. Saat itu dia tak berani menghampiri Letta karena ada Pak Azzam. Itu sebabnya dia berdiri di hadapan Letta saat ini demi menuntaskan rasa penasarannya.
" Kami nggak pacaran dan nggak ada rahasia apapun. Kami itu____"
"Ngapain juga lo pada kepoin hal yang cuma halu si Letta?! Mereka tuh nggak ada hubungan apa-apa! Paling juga Letta nya aja tuh yang carmuk!" cibir Hana dengan tersenyum licik.
" Si rubah itu mancing gue mau jambakin dia nih," tanggap Riska kesal.
Letta melayangkan tatapan tajam." Gue nggak semurahan lo yang lakuin segala cara buat dapetin sesuatu. Lagian bukan gue yang menyedihkan tapi lo! Mau aja nikah sama bekas gue!"
Letta tertawa sumbang membalas Hana dengan telak. Riska dan Dina ikut tertawa, melayangkan tatapan remeh padanya.
Hana sedikit tertohok, melihat reaksi di sekitarnya yang ikut tertawa mendengar itu. Bahkan ia sangat kesal dengan Bima yang diam saja melihat dia di permalukan.
" Gue nggak ngerebut bekas pacar lo! Bima yang lebih milih gue karena status lo yang miskin dan nggak jelas itu anak siapa."Hana menyeringai, melihat Letta merasa geram dengannya.
Letta mengepalkan tangannya,berusaha menahan emosi yang membuncah di dada. Ia benar-benar geram pada Hana yang selalu mencari masalah dengannya padahal dirinya merasa tak pernah menyenggol wanita itu." Tapi... Sayangnya orang yang lo bilang nggak jelas asal usulnya ini,buat lo iri.Sampai-sampai lo bangga punya suami hasil ngerebut."tukas Letta.
Hana marah dia hendak membalas ucapan Letta tapi Bima lebih dulu menghentikannya." Cukup, Hana! Hentikan kegilaan kamu,belum puas kamu buat aku malu jadi tontonan orang banyak." bentak Bima yang kemudian langsung menyeret paksa Hana pergi darisana.
Carissa hendak melontarkan pertanyaan lagi, tapi Letta lebih dulu membungkam omongannya."Ada atau enggaknya hubungan gue sama Pak Azzam, itu sama sekali bukan urusan lo! Kalau lo nggak suka gue dekat sama Pak Azzam, kenapa nggak lo aja yang gantiin gue jadi sekretarisnya."tantang Letta.
Sangat tidak mungkin dia meminta menggantikan Letta, bisa-bisa dia di pecat saat itu juga. Karena di kira menentang keputusannya. Carisa tidak bisa berkutik apalagi bisik-bisik para karyawan lain mulai terdengar tidak sedikit dari mereka meremehkannya,banyak yang mengatakan kalau dia terlalu bermimpi untuk mendapatkan perhatian Pak Azzam padahal belum tentu Bos mereka mengingat memiliki karyawan seperti dia.
Akhirnya Carissa pergi dengan hati dongkol karena kalah beradu argumen dengan Letta.