Aira Maulida Bahira, gadis dua puluh satu tahun yang terlihat kalem dan memiliki wajah yang bisa di katakan kurang menarik apalagi cantik. kulit wajahnya sawo matang, ada tahi lalat kecil di pipi kanannya membuat penampilan wajahnya semakin tidak menarik di mata lelaki terlebih lelaki seperti Yusuf Ibrahim seorang CEO kaya raya yang terpaksa harus menikahi gadis yang menurutnya buruk rupa seperti Aira.
Yusuf merahasiakan status pernikahannya dengan Aira karena ia malu memiliki istri yang tidak cantik.
Di tengah masalah pelik rumah tangganya, seseorang dari masalalu muncul di hadapan Aira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nur danovar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 15 Kado
Weekend tiba, Aira libur bekerja ia tinggal di rumah untuk beristirahat. stok belanjaan juga masih cukup ia tidak perlu keluar rumah.
Yusuf terlihat selesai berolah raga. ia memang rajin hampir setiap pagi Yusuf selalu joging keliling kompleks rumah.
"Aku mau pergi kau tinggal di rumah dan bersihkan setiap sudut rumah, jangan sampai ada debu sedikit saja yang tertinggal" kata Yusuf sembari menuang air minum kedalam gelas.
"Kau mengerti tidak?" tanya Yusuf ketus melihat Aira hanya diam saja.
"Iya mas" jawab Aira.
Aira pergi ke belakang untuk mengambil vakum cleaner. ia mulai membersihkan lantai satu dari ruang tamu, ruang tengah hingga ruang makan. tak lupa Aira juga mengelap semua meja, kursi dan perabot di seluruh ruangan.
Yusuf berjalan menuruni anak tangga. ia sudah siap dengan pakaian rapi. stelan olahraga yaitu kaos polo berwarna navy dan celana panjang berwarna putih. tak lupa topi berwarna putih juga ia kenakan. pagi ini Yusuf akan pergi bermain golf dengan teman-temannya dan juga Diandra.
Aira melirik ke arah Yusuf yang berjalan begitu saja tanpa berpamitan padanya. Aira seolah tak nampak di mata Yusuf. dirinya seperti terlihat jika di perlukan untuk membersihkan rumah dan memasak.
Disela membersihkan rumah, ponsel Aira berbunyi. nomor tidak di kenal tertera di layar ponselnya. Aira awalnya tidak ingin menjawab telepon tapi ia cemas jangan-jangan telepon dari santrinya Abi.
"Assalamualaikum" jawab Aira dengan suara lembut seperti biasanya saat Abinya menelpon.
"Waalaikumsalam"
Aira mengerutkan keningnya terkejut karena yang ia dengar bukan suara Abi. ia yakin itu juga bukan suara pengurus pesantren atau salah satu santri. suaranya berat dan terkesan sudah dewasa.
"Siapa ini?" tanya Aira.
"Apa benar ini Aira?" tanya suara di telepon.
"Iya benar"
"Saya Alan"
deg!
Jantung Aira berdebar kencang mengetahui Alan yang menelpon dirinya. Aira mengedarkan pandangan ke sekelilingnya takut Yusuf tiba-tiba datang dan salah paham. entah kenapa Aira begitu takut jika di fitnah mengkhianati Yusuf meski Yusuf tidak menganggap pernikahannya dan Aira serius.
Aira sudahlah ,Yusuf juga tidak akan peduli kau berbicara atau menelpon siapa. Yusuf tidak menganggap mu ada di hidupnya!
"Pak Alan, kenapa menelpon saya?" suara Aira masih tetap terdengar santun.
"Tidak apa-apa, aku meminta nomor ponsel mu dari pimpinan tempat mu bekerja. apa kau ada waktu untuk pergi sebentar?"
"Apa?"
"Maksudku aku perlu bantuan untuk membeli kado buat mama ku yang berulang tahun ke lima puluh enam. mungkin kau bisa memberiku saran atau membantu memilihkan kadonya?"
Aira terdiam sejenak, tadi Yusuf melarangnya pergi.
"Maaf pak, saya sedang sibuk ada pekerjaan di rumah"
"Oke tidak apa-apa Aira, maaf sudah mengganggu mu"
"Assalamualaikum" terdengar Alan akan mengakhiri panggilan telepon.
"Pak Alan mungkin bisa video call saja untuk memilih kadonya?" Aira tidak tega. lagipula hanya membantu memilih kado, ia tidak macam-macam dengan Alan.
"Iya Aira tentu saja, nanti kalau aku sudah sampai di pusat perbelanjaan aku akan menelpon mu lagi, tunggu ya ponsel mu jangan sampai mati" kata Alan antusias.
"Baik pak Alan"
"Terimakasih Aira, Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Aira bergegas pergi ke kamar untuk berganti hijab. ia menatap dirinya di depan cermin. Aira tersenyum, ia merasa tidak cantik seperti biasanya. kulit sawo matang, tahi lalat di pipi meski kecil cukup terlihat dan mengganggu pemandangan menurut Aira.
Astaghfirullah kenapa aku malah mengoreksi pemberian Allah yang sudah pasti ini yang paling baik untuk ku.
Aira segera mengenakan hijabnya sebelum Alan melakukan video call.
jangan kalah ma Malika ,,itu wanita hitam legam kaye kedele item makanya di panggil Malika ehh CEO jatuh cintrong