Gegei gadis ceria yang sedikit bar-bar terkejut saat mengetahui pria yang akan dijodohkan dengannya adalah teman sekolah kakaknya. Arkanza, pria berprofesi pilot yang paling dia hindari selama 10 tahun terakhir, hingga melakukan berbagai tingkah konyol agar dirinya ditolak.
***
Assalamualaikum!" Ucap Arkan menyodorkan setangkai mawar merah.
"Waalaikumsalam!" Balas Gegei tanpa melepaskan pandangannya.
**
"Kita tidak cocok!"
"Kenapa?"
"Kakak lebih tua sementara aku masih muda. Yah.. ku akui kakak cukup tampan tapi kita enggak cocok. Aku enggak pintar, tiap hari keluyuran sama teman, suka pulang malam, suka menghabiskan uang."
"Dan,,,"
"Dan apa?"
Dan kalau kalian tertarik, langsung aja baca ceritanya ya!! 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lady Ev, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sweet Moments
Gegei menyembunyikan rasa gugupnya kala tangan Arkan melingkar sempurna memeluk pinggangnya, ia tidak berani bersuara namun itulah yang diinginkan. Pelukan hangat yang mampu membuatnya tertidur pulas. Iapun perlahan membenamkan pipinya kedalam selimut.
Kurang dari setengah jam adzan subuh Arkan sudah mengenakan seragam pilot lengkap, merapikan dasi lalu menoleh menatap Gegei yang masih tertidur berbungkus kan selimut hingga hanya menampakkan bagian kepala saja. Arkan mendekat pelan menatap wajah mungil yang terlihat lucu, alangkah indahnya wajah Gegei yang begitu tenang.
"Cup!" satu kecupan manis mendarat di dahi sang isteri. Arkan kembali tersenyum lalu melangkah keluar dari kamar.
"Umi Arkan berangkat yah." Pamitnya mencium punggung tangan umi dan abinya.
"Kamu enggak ngasih tau Gegei?"
"Dia masih tidur bi, penerbangan cuma sehari."
"Yasudah hati-hati, ingat kamu punya tanggung jawab nunggu dirumah!"
"Heheheh." Kedua orang tua Arkan tertawa kecil membuat Arkan tersenyum.
**
_International Airport_
Arkan melirik jam tangannya, saat sosok yang sudah ia tunggu sejak setengah jam lalu berjalan menghampiri.
"Hoamm.." Menguap menyedot angin seisi bandara, "Pak Arkan anda benar-benar hebat, bahkan dihari cuti pernikahan pun tetap masuk kerja." Ucap Haidar memuji namun, sebenarnya ia menyindir.
"Ada masalah?" Tanyanya memasang wajah datar khasnya.
"Sebenarnya tidak masalah. Yang masalah itu, ada begitu banyak copilot kenapa kau harus memilihku?" Menunjuk wajahnya sendiri.
"Arkan?"
Keduanya berbalik saat suara yang tiba-tiba memecahkan perdebatan kecil mereka.
"Ayunda?" Haidar melambai dibalas Ayunda.
"Kalian disini? Kupikir kamu masih cuti." Memasang senyum khasnya, sebenarnya bermaksud mencari perhatian.
"Iya kami ada penerbangan ke Malaysia." Arkan memasang wajah biasa saja, membuat Ayunda merasa dirinya tidak begitu disenangi.
"Ayunda kamu bertugas hari ini?" Tanya Haidar dibalas anggukan olehnya.
"Wah kebetulan sekali." Ayunda tersenyum tipis namun Haidar sudah memperlihat barisan gigi depannya.
"Kami masuk dulu!" Pamit Arkan melenggang diikuti Haidar.
Ayunda tidak mengubah posisi, tatapannya dalam bahkan wajahnya memucat seperti kekurangan aliran darah. Begitu besar perubahan Arkan kepadanya, meski dari dulu Arkan bukan orang yang mudah akrab dengan orang lain juga cenderung menjaga jarak tapi, ia tidak pernah menatap Ayunda begitu datar apa lagi mengabaikan dirinya begitu saja. Kali ini Arkan jauh lebih dingin bahkan Ayunda dapat merasakan kehadirannya selalu ditolaknya.
Tak ada lagi obrolan ringan, kumpul bersama sambil berbagi pengalaman satu sama lain. Walau Arkan memang tidak banyak bicara dari dulu, tapi selama Ayunda meminta waktunya maka Arkan akan setuju, seperti menjemputnya dari kampus, membantu mengerjakan tugas. Tapi sekarang, jangankan jalan bersama menatapnya saja Arkan terlihat enggan.
***
Pilot : Jakarta Tower, G***** 7**, with you, request taxi to runway 24 for departure to Kuala lumpur." Ayunda tertegun sebelum menjawab panggilan dari pilot yang tak lain Arkan.
ATC : G***** 7**, Jakarta Tower, taxi to runway 24 via taxiway Alpha, hold short of runway 24." Kini giliran Arkan yang menyimak, kedua kalinya ia dipandu oleh Ayunda. Setelah perpisahan dua tahun lalu mereka dipertemukan untuk saling berkomunikasi jalur udara. Diam-diam Haidar melirik penasaran akan reaksi Arkan. Arkan sendiri mengabaikan pikiran yang sempat mengganggunya lalu memilih fokus.
Pilot : Taxi to runway 24 via Alpha, hold short of runway 24, G***** 7**."
ATC : G***** 7**, Jakarta Tower, cleared for take-off runway 24."
Pilot : "Cleared for take-off runway 24, G***** 7**, thank you."
Setelah mendapat izin lepas landas, Ayunda menarik napas panjang lalu melirik keluar dinding berlapis kaca yang luar nan lebar. Tersenyum tipis saat melihat pesawat yang secara perlahan menjauh. Ingatannya kembali pada masa sekolah dulu dimana ia selalu mengajak Arkan untuk bermain dengannya, memperagakan percakapan seorang ATC dan pilot.
**
_Flashback_
SMA Nusa Bangsa, cuaca cerah pada siang itu, lebih tepatnya pada jam istirahat menerpa salah kota kecil dalam negeri. Beberapa siswa siswi lalu lalang ke kantin, bermain di depan kelas bahkan ada yang bermain basket meski cuaca cukup trik.
Arkan dan Ayunda duduk berdampingan di dekat jendela dalam kelas. Sementara teman sekelasnya memilih bermain diluar, hanya satu dua orang yang duduk dalam ruangan. Wajahnya berbinar berbicara menirukan gaya ATC yang sesekali dibalas oleh Arkan. Ia yang bercita-cita sebagai ATC selalu tertawa bahagia setiap memperagakannya.
Karena sama-sama memiliki ketertarikan didunia penerbangan, itu sebabnya mereka memiliki interaksi lebih banyak dibandingkan dengan teman sekelas lainnya. Meski demikian Arkan tetaplah sosok siswa yang tidak banyak bicara dengan orang lain, namun memiliki prestasi juga wajah tampan hingga dikenal oleh seluruh siswa siswi sekolahnya.
_Flashback End_
***
_Rumah_
Gegei menuruni anak tangga menghampiri mertuanya yang duduk sendirian sambil merajut di ruang tengah.
"Umi?" Sapanya.
"Eh Gegei sini duduk!" Menepuk kecil bagian sofa yang kosong.
"Umi sedang apa?"
"ini lagi bikin syal." Tersenyum.
Gegei melirik seisi ruangan yang terlihat sepi itu, "Abi mana umi?"
"Abi sudah berangkat ke toko." Kebetulan mereka memiliki dua toko usaha mabel yang cukup besar dipusat kota.
"Kalau kak Arkan umi?" Lanjutkan dengan nada pelan.
"Arkan?" Menatap Gegei yang mengangguk menunggu jawaban.
"Saat ini mungkin dia sudah di Malaysia." Kembali tersenyum.
"Malaysia?" Dengan Nada terkejut, mengingat cuti Arkan masih tersisa tiga hari lagi.
"Iya, dia mengganti temannya yang berhalangan terbang pagi ini."
Gegei hanya mengangguk, namun wajahnya terlihat sedang cemas akan menunggu sesuatu. Entah mengapa pagi itu rasanya sedikit sunyi tanpa Arkan.
"Rindu yah?" Goda umi Arkan.
"Umi..." Lirihnya menunduk tersipu membuat Umi Arkan terkekeh.
"Umi boleh Gegei coba?"
"Boleh!"
Gegei pun mulai merajut, perlahan ia kaitkan setiap benang dengan tenang. Wajahnya cantik dan terlihat lucu ketika sedang serius dalam sesuatu. Andai saja setiap saat ia begitu tenang tentu akan menambah kecantikannya.
**
"Ceklek!"
Arkan berjalan pelan memasuki kamar takut akan membangunkan Gegei. Setelah membersihkan tubuh dan mengganti pakaian ia kembali menghampiri Gegei. Arkan melongo melihat isteri kecilnya yang terlelap ditengah kasur dengan posisi melintang. Meski ia tidak tahu Gegei memulai posisi tidurnya dengan gaya seperti apa, yang jelas hanya dengan melihat keadaan saat itu sudah dipastikan jika tubuh kecilnya sudah berputar 360 drajat.
Arkan mengangkat tubuh Gegei se pelan mungkin, tepat saat meletakkan bagian kepala pada bantal, Gegei mulai menggeliat. Arkan tidak bersuara hanya memandang lebih dekat wajah yang lucu kala terlelap.
"Kakak kau datang juga dalam mimpiku? aku menunggumu dari tadi." Gumamnya memicingkan mata sontak membuat Arkan tersenyum merasa lucu sekaligus bahagia, rupanya Gegei telah menunggu kedatangannya.
"Emm?" Mengedipkan mata saat Arkan tersenyum. "Benar-benar seperti nyata." Lanjutnya menyentuh pipi Arkan dengan telunjuk semakin membuat Arkan merasa tergelitik.
"Gegei,, kamu tidak mimpi." Balasnya menggenggam halus tangan Gegei yang masih menyentuh pipinya.
Gegei terdiam, membulatkan mata berusaha mengumpulkan kesadarannya. Melirik weker yang menunjukkan angka 02 sontak membuatnya menahan napas. Rasa gugup, malu juga senang bercampur menjadi satu. Tapi rasa malunya jauh lebih mendominasi hingga rasanya ingin menghilang begitu saja.
Gegei perlahan menarik selimut untuk menutupi wajahnya yang mulai memanas, namun tangan Arkan ikut bergerak menahan hingga jantungnya mulai berdebar.
Bersambung...
,, gadis sekolah kamsudny,, ciwi2 sekolah emang selalu riang dan gembira 🤭🤭
,, marah2 gemas ato giman tuuuhhh /Sneer//Chuckle/
,, salam dari Zara dan Haru ya kak,, jgn lupa mampir di 'lingkaran cinta kita' 🤗