Kau Hancurkan Hatiku, Jangan Salahkan aku kalau aku menghancurkan Keluargamu lewat ayahmu....
Itulah janji yang diucapkan seorang gadis cantik bernama Joana Alexandra saat dirinya diselingkuhi oleh kekasihnya dan adik tirinya sendiri.
Penasaran ceritanya???? Yuk kepo-in.....
Happy reading....😍😍😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 : Ikut Menikmati
"Kamu tidak biasa minum, tapi kamu minum. Liat---kamu terlihat mabuk sekali?" tutur Bram.
Gadis itu memegang wajahnya yang memerah. Lalu tertawa sendiri.
"Nggak kok. Cuman dikit..Beneran dikit aja aku minumnya, Om?"
"Duh, sekarang saya harus bawa kamu ke mana?"
"Hehehe, terserah, Om, aja?" gelaknya bersandar di pundak Bram yang memang tubuhnya sedang tidak baik-baik saja.
"SHITT. Ada yang menaruh obat diminuman ku.....!"
.
.
"Hehehe, Hem, pria tua itu sangat bodoh. Dia sudah dipengaruhi nenek lampir.....! Aku benci dia?" racaunya tidak jelas.
"Gue benci banget sama dia.....? Gue kabur....! Hahahaha kabur.....!"
"Dia..... nikahin nenek lampir. Bawa si jalang juga ..... Dan......!"
Tiba-tiba Joanna mewek.....
"Huuuuuuaaaaaa. Dia rebut calon suami gue?" teriaknya, menceracau tidak jelas.
"Dasar jalang. Dasar jalang. Dasar jalang......!" teriak Joanna.
"Haduh, sebaiknya saya bawa kamu ke hotel saja?" kata si pria tidak ada pilihan lain.
"Hotel?" gumam Joanna, "Hahahaha. Yah, hotel.....?" Joanna menoleh ke arah pria dewasa di sampingnya.
Gadis yang menyetop mobil Bram adalah Joanna. Dia habis mabuk karena putus cinta. Lalu saat pulang dia diganggu laki-laki di klub. Tangannya refleksi memukul kepala si pria dengan botol minuman lantaran karena si pria hendak berbuat kurang ajar. Eh, tak menyangka justru si pria dan kedua temannya membawanya ke tempat sepi. Namun dengan sekuat tenaga Joana berhasil meloloskan diri. Dan sekarang ini dia bersama Bram, karena gadis itu berhasil menyetop mobil Bram yang sedang melaju.
Bram sendiri juga terkejut, karena tanpa izin ada seorang gadis yang langsung masuk ke mobilnya. Ia merasa sedikit tidak nyaman dengan situasi tersebut, tetapi ia juga tidak mungkin mengusir gadis yang sedang mabuk sambil meminta bantuan. Ditambah wajahnya memelas sekali.
Mau tak mau akhirnya Bram membawa gadis yang sedang mabuk itu ke hotel kecil yang terletak di pinggir jalan. Ia memandang hotel itu dengan sedikit skeptis, namun akhirnya ia turun juga seraya membawa si gadis ke dalam gendongannya.
Ketika mereka masuk ke lobby hotel, Bram merasa sedikit tidak nyaman dengan situasinya. Pegawai hotel memberikan tatapan rumit, namun pria itu berusaha cuek dan tidak perduli. Ia hanya perlu membawa gadis yang ada dalam gendongannya ke kamar hotel supaya gadis itu bisa beristirahat.
"Selamat datang di Hotel Kami," kata resepsionis dengan senyum yang ramah. "Ada yang bisa saya bantu?"
"Saya butuh satu kamar,"
"Boleh. Atas nama siapa?"
Bram nampak berpikir, namun beberapa detik kemudian ia menyebutkan namanya pada resepsionis.
"Bram Bramastya," katanya.
"Oke." Sahut resepsionis menganggukan kepala, "Bisa minta ktp-nya?" tanya petugas resepsionis.
"Sebentar," sahut Bram, tangannya merogoh saku celananya. Dengan usaha kecil, akhirnya ia bisa mengeluarkan KTP dari dompetnya.
"Ini ...?"
"Oke. Sudah dicatat. Kamar Anda sudah siap. Silakan kunci kamar Anda." Kata resepsionis begitu hangat.
Bram mengambil kunci kamar dan menatap si gadis, lalu menghembuskan nafasnya pelan.
"Mimpi apa aku semalam bisa bertemu dengan bocah ingusan ini?" gumam Bram mendengus sebal. Tapi akhirnya ia melangkah juga menuju kamar yang resepsionis maksud. Dan gadis itu masih berada dalam gendongannya.
"Siapa nama kamu?" tanya Bram pada Joanna yang masih menceracau tidak jelas. Entah apa yang sedang gadis itu racaukan.
Tiba-tiba terdengar emosi. Tiba-tiba terdengar terkekeh sendiri. Tiba-tiba pula menangis sendiri.
Aneh!!!!
"Nama?" respon Joana menatap manik Bram.
"Ka-mu???" Joana mengerjap. Dia terkejut karena melihat wajah Kevin dihadapannya.
Ah, lebih tepatnya wajah Bram yang mirip Kevin. Eh, Kevin yang mirip Bram karena mereka kan ayah dan anak. Ah, begitulah kira-kira.
"Sayang?" racaunya, memanggil Bram sayang. Jelas saja Bram terkejut bukan main.
"Hey, sadar kamu. Saya ini bukan pacar kamu?" sentak Bram kesal sendiri.
"Sayang . Honey. Sweetie....? Please, jangan tinggalin gue...!"
"Astaga. Apa yang kamu lakukan...?" sentak Bram karena Joanna sudah mendaratkan kecupannya di pipi.
"Saya ini bukan pacarmu....?" kata Bram menjatuhkan Joanna atas tempat tidur begitu pintu kamar sudah dibuka.
"Awww, sakit. Tega kamu, Sayang?" pekik Joanna masih belum sadar bahwa yang tadi dicium dan ia peluk bukanlah kekasihnya.
"Dasar perempuan gila....!" seru Bram mengumpat kesal.
Namun sepertinya memang Joanna benar-benar sudah kehilangan akal dan kesadaran. Gadis itu beranjak dari tempat tidur, lalu kembali memeluk Bram dengan erat. Ia mencium bibir Bram dengan ganas.
"Hey, hentikan! Apa yang kamu lakukan?" seru Bram. Namun Joanna tidak perduli dan tidak mendengarkan. Gadis itu dengan nakal menyentuh dan meremas tubuh Bram. Bram yang juga dipengaruhi obat perangsang, ia pun merespon sentuhan itu.
"Apa yang kamu lakukan....?" pekik Bram merasa panas dingin disentuh diberbagai lekuk tubuhnya. Dia lelaki normal, saat disentuh tentu saja tubuhnya bereaksi.
Bram berusaha menyadarkan dirinya, bahwa ini salah. Namun sepertinya kabut gairah sudah menutupi mata dan hatinya. Karena ia sudah mulai terbuai dengan sentuhan-sentuhan gadis itu. Apalagi semenjak Rosa sakit, dia sama sekali tidak menyentuh wanita. Itu sudah terjadi sejak lama, selama dua tahun lebih.
Hingga akhirnya Bram pun ikut menikmati dan mengikuti keinginan gadis itu.
Di sudut kamar hotel yang remang-remang, atmosfer terasa memabukkan dan merangsang. Setiap desahan dan sentuhan dari gadis cantik itu, seakan melukis malam dengan warna yang lebih berani dan menyesatkan. Kulitnya yang halus bertabrakan dengan kulitnya, mengirimkan gelombang kenikmatan yang tak terelakkan.
Kehilangan kendali, ia melupakan segala sumpah setia yang pernah terucapkan. Nalurinya yang liar kini hanya mengejar pengkhianatan terhadap janji suci kepada istrinya. Gairah yang seharusnya hanya untuk satu, malah terbagi dan tercuri dalam irama yang haram.
Di bawah gemerlap lampu kamar, pertahanan terakhirnya hancur berkeping, terkubur di bawah rayuan maut yang tak terhindarkan. Hatinya tercabik, tahu ia sedang berjalan di jalan dosa, namun tubuhnya tak mampu menolak tawaran syahwat yang merajalela.
*******
Rosa duduk sendirian di ruang tamu rumah mewahnya, merasa tidak nyaman dan khawatir. Pukul 12 malam sudah lewat, tapi suaminya belum pulang juga dari pesta perayaan anniversary perusahaan yang sudah berakhir sejam yang lalu. Rosa sudah menerima pesan singkat dari putranya, Kevin, yang mengatakan bahwa pesta sudah selesai---tapi sang suami tidak kunjung pulang.
Rosa mencoba mengalihkan pikiran dengan menonton TV atau membaca buku, tapi tidak bisa fokus. Ia terus memikirkan Bram, tidak bisa tidak memikirkan skenario terburuk.
Ia mencoba menelepon Bram, tapi nomornya tidak aktif. Rosa merasa panik dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia memutuskan menunggu sedikit lebih lama, berharap suaminya akan segera pulang. Tapi semakin lama, semakin khawatir.
"Pih, kenapa ponselnya tidak aktif? Sebenarnya papi kemana?" Rosa terlihat gusar, gelisah, seperti burung yang terjebak dalam sangkar. Ia terus berjalan mondar-mandir di ruang tamu.
Waktu terus berjalan, dan Rosa semakin merasa lelah. Setelah meminum obat tidur, ia merasa tidak bisa menahan rasa kantuk. Ia mencoba melawan, tapi tidak bisa. Matanya mulai terasa berat, dan kepalanya mulai terasa pusing.
Rosa akhirnya memutuskan untuk tidur, tidak sadar bahwa suaminya masih belum pulang dan ada sesuatu yang tidak beres. Dalam lelapnya, ia seperti melihat suaminya menggenggam tangan seorang perempuan cantik dan masih muda. Wajah Rosa masih terlihat khawatir dan cemas, tidak tahu apa yang akan terjadi besok.
To be continued....
Komen dong sayang .....