Sebuah masa lalu terkadang tidak ingin berhenti mengejar, membuat kehidupan seseorang berhenti sejenak dan tenggelam dalam sebuah luka.
Lituhayu terjebak dalam masa lalu itu. Masa lalu yang dibawa oleh Dewangga Aryasatya, hingga membuat gadis itu tenggelam dalam sebuah luka yang cukup dalam.
Waktu terus bergulir, tapi masa lalu itu tidak pernah hilang, bayangnya terus saja mengiringi setiap langkah hidupnya.
Tapi, hanya waktu juga bisa menyadarkan seseorang jika semua sudah berakhir dan harus ada bagian baru yang harus di tulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirana Putri761, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa Lalu
Alana tersenyum cemeh, tapi air matanya terus menetes tanpa bisa dihentikan. Dia menertawakan dirinya sendiri hingga dia merasa hambar.
" Al, ada apa?" tanya Hera dengan menggenggam tangan temannya di bangku belakang taxi yang membawa mereka ke apartemennya.
"Nanti aku ceritain." Alana bergumam dan kemudian memeluk Hera dengan begitu erat.
Mobil berhenti, Alana dan Hera pun segera keluar dari taxi. Hera menggenggam tangan Alana. Melihat wajah Alana yang nampak pucat, Hera takut temannya itu akan ambruk dengan tiba-tiba.
Lift terbuka di lantai 17. Alana keluar dengan Hera, berjalan ke arah unit apartment Hera. Tapi Langkah mereka terhenti saat melihat seseorang menyeret keluar seorang pemuda dari dalam salah satu unit apartment.
"Berhenti menganggapku anak kecil!" bentak pemuda seusia mereka kepada pria bertubuh tinggi dan berwajah tegas itu.
" Abang tidak berhak mengatur hidupku! Abang kira aku tidak tahu kelakuan bejat Abang!" Pemuda itu masih berbicara menggebu-gebu meneriaki pria yang berdiri dengan menatapnya nyalang.
Alana dan Hera pun hanya terdiam. Selain situasinya sangat mencekam, Alana juga mengenali pria itu. Dunia ini memang sempit, pikir Alana saat melihat Big bos itu berada di tempat yang sama dengannya.
"Abang tak perlu membawa cecunguk seperti mereka untuk membawaku pulang!" lanjut pemuda itu dengan menunjuk dua orang yang dibawa Kalandra.
Kalandra masih terdiam, meskipun bisa terlihat dari wajah pria itu rahangnya yang sudah mengeras, jelas sekali pria itu sedang menahan amarahnya. Bahkan, kedua tangannya secara bergantian menarik lengan kemejanya hingga ke-siku.
"Apa itu yang bisa Abang lakukan? Membayar orang untuk memaksaku pulang?" Pemuda itu terus mengoceh.
"Bisa diam kamu bajingan kecil!" bentak Kalandra dengan mencengkeram kuat rahang pemuda itu.
"Aku sendiri yang akan menyeretmu pulang atau sekalian memasukkan kamu ke kantor polisi ." Kalandra menarik baju pemuda itu. Tapi pemuda itu melakukan perlawanan hingga satu pukulan mengenai perut pria itu.
" Bajingan kamu!" pekik Kalandra, awalnya dia yang tidak ingin memukul adiknya itu pun lepas kendali.
Pria itu menghajar habis-habisan pemuda yang sudah nampak kewalahan menahan pukulan abangnya.
Alana dan Hera menutup mulut mereka ketika spontan memekik. Rasanya ngeri sekali melihat pria dewasa itu sedang kalap menyerang pemuda yang memanggilnya Abang. Tapi Alana sudah tidak ingin ikut campur dengan urusan orang lain, padahal rasanya sudah tidak tahan melihat hal yang tidak baik berada di depannya.
Tanpa banyak bicara, Kalandra langsung menyeret pemuda itu untuk ngikuti langkahnya tanpa peduli ada orang yang melihat kejadian itu. Saat melewati Alana dan dan Hera Kalandra hanya melirik gadis itu dengan tajam.
Alana dan Hera menyingkir, hingga tubuh keduanya menyandar di tembok. Alana menatap Kalandra dengan wajah tegang. Jangan ditanya jantungnya berdetak tak karuan bukan karena jatuh hati, tapi karena rasa ngeri saat melihat kemarahan di wajah pria itu. Selain cabul, Alana juga melihat betapa kasarnya pria itu.
Setelah mereka lewat, Alana dan Hera segera masuk ke dalam apartemen. Keduanya mendesah hampir bersamaan melepas ketegangan yang sempat menyergap keduanya.
" Ini pertama kalinya aku melihat orang semarah itu, hingga lepas kendali." ujar Alana, sesaat kemudian dia merasa lebih sehat karena jantungnya berdetak lebih cepat.
" Untung sempat dipisah oleh dua orang bodyguardnya. Jika tidak, bisa mati itu cowok." sambut Hera. Dia pun menjatuhkan bobotnya di sofa.
Sesaat keduanya terdiam, melakukan rileksasi masing-masing. Hingga akhirnya Hera mengajak Alana untuk makan dan segera meminum obatnya.
"Al, apa yang terjadi antar kamu dan Pak Dewa?" tanya Hera saat mereka sama-sama sudah bersiap untuk tidur. Mereka kini berada dalam satu selimut tebal.
Alana kembali mengingat kejadian tadi. Dia yang salah, karena sempat berharap Dewa masih memperjuangkan hubungan mereka. Tapi ternyata dia salah.
" Tadi siang, Pak Dewa menanyakan dirimu. Dan aku mengatakan jika malam ini kamu akan menginap di tempatku." ucap Hera. Sebenarnya dari tadi Hera menunggu kedatangan Dewa untuk menemui Alana tapi sampai jam sepuluh malam pria itu tidak kunjung datang juga.
Alana tersenyum getir. Kenyataannya Dewa memilih bersama mantan kekasihnya itu. Semua memang salahnya. Dia terlalu mencintai Dewa dan berharap banyak pada hubungan mereka.
"Aku putus dengan Mas Dewa." ucap Alana.
"Aku yang memutuskan hubungan itu. Aku pikir ,itu akan lebih baik. Tapi aku terlalu mencintainya, Her." kalimat Alana diiringi tangis gadis itu. Dia masih belum bisa menerima keadaan ini.
" Apa karena gadis tadi?" tanya Hera dengan curiga.
" Dia mantan Mas Dewa tapi mereka masih dekat. Aku hanya merasa menjadi orang ketiga diantar mereka." jelas Alana. Hera tak bisa berkomentar jika soal perasaan.
" Ya sudah, kamu istirahat dulu! Jangan sampai kamu di rawat dirumah sakit!" Hera mengajak Alana untuk tidur. Dia tidak tahu bagaimana menghibur sahabatnya itu.
Selama ini, Alana sangat mencintai Dewa. Hera jug tahu, jika Dewa adalah cinta pertama Alana dan bagian dari mimpinya selama ini.
####
Alana POV
Ternyata semua loncatan peristiwa itu sudah menjadi kenangan sejak dua tahun yang lalu. Setelah itu, aku seperti terbuang.Takdir membawaku pada tempat yang jauh dari semua orang yang aku kenal.
Aku Alana Lituhayu adalah orang yang gagal. Jika mengingat semuanya hatiku menjadi sakit dan kecewa. Bukan karena orang lain, tapi karena diriku sendiri.
Aku gagal mendapatkan gelar sarjana. Padahal seharusnya aku tinggal mengerjakan skripsi. Aku juga gagal dalam percintaan.
Setelah kejadian di rumah sakit itu, aku tidak tahu lagi kabar mereka. Mungkin, Mas Dewa sudah menikah dengan Bell dan sekarang sudah hidup bahagia.
Hera. Sahabat terbaikku, mungkin dia pun sudah mendapatkan pekerjaan seperti yang sudah dia cita-citakan.
Berbeda denganku yang terdampar di daerah terpencil ini. Aku hanya menjadi penjual bunga dan penjual kopi. Setiap mengingat semua kegagalan itu, aku semakin terpuruk. Tapi aku harus pura-pura bahagia di hadapan Mama, karena saat ini aku hanya memiliki Mama.
Sejak Papa meninggal karena serangan jantung, duniaku seakan dijungkir balikkan sampai aku tidak punya mimpi ke depan. Pikiranku hanya di fokuskan untuk menyelesaikan satu masalah ke masalah yang lain.
Semua aset keluarga terjual karena operasi ring jantung yang harus dilakukan oleh Papa. Tapi tetap saja, semua itu tidak membuat papa bertahan.
Dan setelah kepergiannya Papa, Mama juga sering sakit-sakitan dan sampai saat ini mama juga harus terapi karena adanya masalah pada saraf dan ototnya yang ada di pinggul.
Hanya tanah peninggalan dari eyang inilah yang kini menjadi tempat aku dan Mama berteduh dan melanjutkan hidup dengan seadanya.
Aku sebenarnya lelah menjalani ini. Tapi aku harus kuat demi Mama. Wanita yang paling aku cintai itu masih membutuhkan perawatan dan terapi agar penyakitnya tidak semakin parah.
lnjt kak..