Kehidupan Zayn berubah dalam semalam karena orang tuanya tega 'Membuangnya' ke Pondok Pesantren As-Syafir.
"Gila gila. Tega banget sih nyokap ama bokap buang gue ke tempat ginian". Gerutu Zayn.
---
Selain itu Zayn menemukan fakta kalau ia akan dijodohkan dengan anak pemilik pondok namanya "Amira".
"Gue yakin elo nggak mau kan kalau di jodohin sama gue?". Tanya Zayn
"Maaf. Aku tidak bisa membantah keputusan orang tuaku."
---
Bagaimana kalau badboy berbisik “Bismillah Hijrah”?
Akankah hati kerasnya luluh di Pondok As-Syafir?
Atau perjodohan ini justru menjerat mereka di antara dosa masa lalu dan mimpi menuju jannah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MayLiinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
ZAYN POV
Setelah motor mereka ngilang di ujung jalan pondok, gue masih duduk di bawah pohon trembesi. Di pangkuan gue, kaos Stardom yang Rafi kasih. Masih ada sobekan dan bau aspalnya. Tapi baunya udah beda. Bukan bau masa lalu yang nyeret gue balik tapi bau luka yang udah dijahit pelan-pelan.
Gue bisik, “Makasih, Bro… lo semua gak tinggalin gue.”
Tangan kanan gue megang tasbih baru, yang Ustadz Zaki kasih pagi tadi. "Saatnya memulai hidup di jalan yang baru tapi bukan berarti melupakan masa lalu,jadikan masa lalu sebagai pelajaran dalam hidup kamu Zayn." katanya waktu nyodorin benda kecil itu.
Dan di dalam kepala gue... ada suara lain yang nyambung. Lembut. Perempuan.
“Kalau capek, istirahat. Tapi jangan pulang ke jalanan. Pulang ke rumah Allah.”
AUTHOR POV
Pagi itu, langit Jogja cerah. Tapi di kota yang sama, lebih ke utara, seorang gadis juga membuka jendela kamarnya. Gamis putihnya ditiup angin, dan di tangannya ada sepucuk surat lama yang warnanya mulai kusam.
Amira.
Matanya menyusuri tulisan tangan yang dikenalnya. Huruf-hurufnya masih berantakan. Tapi isinya... terlalu jujur.
“Kalau lo gak bisa percaya gue sekarang, itu gak papa. Tapi kasih gue waktu. Gue gak akan kabur lagi.”
Sudah beberapa hari sejak dia terakhir ke pondok. Sejak malam itu. Sejak kata-kata Zayn yang terputus karena gemetar. Tapi Amira tahu, perubahan gak selalu harus dimulai dengan hafalan sempurna. Kadang cukup dari satu langkah yang gak mundur lagi.
AMIRA POV
Entah kenapa, pagi ini aku kepikiran Zayn lagi. Bukan karena ingin tahu dia ngaji surat apa. Tapi... karena aku takut dia kehilangan arah kalau gak ada yang ngeliat dia.
Dan aku tahu, meskipun dia dikelilingi banyak teman kadang Zayn paling jago sembunyiin luka.
Aku ambil pulpen dan kertas. Kemudian aku menulis sesuatu disana. Aku membacanya lagi, tapi gak jadi dan berakhir aku buang ke tong sampah dekat meja belajarku.
“Assalamu’alaikum. Kamu masih di pondok, kan? Aku cuma mau bilang: jangan berhenti.”
Aku baca ulang. Terus aku simpan lagi.
Karena mungkin... belum waktunya aku datang lagi.
Tapi aku tetap ingin dia tahu kalau dia gak sendiri.
ZAYN POV
Hari itu, gue setor hafalan lagi. Surat Al-Baqarah, ayat 1–5. Kali ini gue gak gemetar. Mulut gue gak kaku. Nafas gue masih susah, tapi gue bisa.
Ustadz Zaki cuma angguk, “Alhamdulillah. Bagus,Zayn. Jangan berhenti untuk belajar ya.”
Falah tepuk gue pelan. “Lo naik level, Bro.”
Gue nyengir. Tapi di dalam hati, gue tau satu hal...
Hari ini... ada cahaya yang nyentuh gue, dan gue gak takut lagi.
AUTHOR POV
Sore menjelang. Di taman kecil belakang asrama, Zayn duduk sendiri. Di tangannya, jurnal kecil terbuka.
Dia nulis:
“Cahaya gak datang buat ngusir gelap. Tapi buat nemenin gelap yang mau belajar jadi terang. Pelan-pelan. Gak usah buru-buru.”
Setelah menulis di buku jurnalnya ia menikmati semilir angin yang berhembus dan menerpa wajahnya.
'Semoga gue bisa jadi seperti angin yang bisa menerjang segala dosa di masa lalu gue dan bisa menghadapi segala ujian dan cobaan di masa depan gue.' batin Zayn.
AUTHOR POV
Malam turun di Jogja. Tapi lampu-lampu pondok As-Syafir tetap menyala hangat.
Di kamar santri, Zayn tidur berselimut sarung. Jaket dan kaos Stardom tergantung rapi. Tasbih barunya melingkar di pergelangan tangan.
Dan di bawah bantalnya… mushaf kecil.
Di halaman belakangnya, terselip kertas kecil bertuliskan:
"Kalau kamu berubah, kamu nggak perlu sempurna. Tapi jangan setengah-setengah." – A
ZAYN POV
Gue nutup mata. Tapi hati gue gak gelap.
Karena sekarang gue tahu…
Gue gak lagi belajar sendiri.
AUTHOR POV
Dan malam itu, langit Jogja kelihatan lebih bersih.
Karena dua jiwa yang saling terluka… mulai belajar menyembuhkan
bukan dengan pelukan, bukan dengan janji…
Tapi cukup dengan:
saling menunggu…
dan percaya.
To Be Continued...🫶✨️