Aku selalu tersakiti.
Tetapi, aku tidak membencinya.
Tidak. Seditikpun tidak.
Bahkan aku selalu berdoa untuknya.
"BANGSAT!!!, Ngapain kamu disitu? atau biar semua orang tahu kalau kamu adalah orang paling tersakiti? "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juu_30, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15 Terima Kasih
Setelah kejadian itu, Vasca lebih banyak diam. Kiara yang merasakan perubahan sikap Vasca pun bingung.
"Ca... kamu sakit? " Tanya Kiara
"Gk kok Ki, aku baik-baik saja". Vasca menjawab pelan.
"Tapi muka kamu lesuh gitu Ca" Jawab Kiara
"Aku benaran Gk apa-apa" Vasca berusaha senyum.
Ting....
Bunyi pesan masuk, membuat Vasca sadar dari lamunannya.
"Aku mau jelasin sama kamu apa yang terjadi. Sebentar kita ketemu dibelakang taman".
"Bara Aldevaro"
Vasca bingung harus jawab apa. Apakah dia mengiyakan atau tidak. Terlebih khusus apakah ia akan meminta izin kepada Langit atau tidak.
Bel pulang sekolah berbunyi, Vasca telah menyetujui apa yang dikatakan oleh Bara.
"Ck... dasar bodoh. dia berani menyerahkan tubunya". Kata Bara sinis ketika melihat Vasca datang.
"Kenapa Bara? " Kata Vasca begitu sampai ditanam.
"Gk kenapa-kenapa". Kata Bara
"Kamu bilang mau jelaskan" Kata Vasca ketika merasakan ada sesuatu yang Bara rencanakan.
"Jelasin apa? " Tanya Bara, dengan senyum meremehkan.
"Sebenarnya apa mau kamu? " Tanya Vasca dengan suara bergetar.
"Cewek aneh". Bara berkata dengan suara dingin.
"Bara, sebelumnya aku minta maaf, mungkin sikap aku dulu pernah menyinggung kamu" Kata Vasca mencoba untuk berani.
"Sejujurnya, sedikitpun tidak ada sangkutannya dengan dulu. " Kata Bara dingin.
"Terus?... apa masalahnya? " Tanya Vasca.
"Sedikit main-main, gue penasaran saja sama Langit" Bisik Bara dingin, sambil mendekati dirinya.
"Jangan dekat... Bara". Bentak Vasca sambil berjalan mundur.
Bara menarik tangan Vasca dengan kasar, tidak peduli dengan Vasca yang sudah menangis.
"Jangan bergeser Vasca, atau kamu akan habis disini" Bentak Bara.
"Sakit... " Vasca berucap pelan, karena merasakan pergelangan tangannya yang sangat perih.
"Gue ada tantangan, kalau benar Langit mencintaimu, maka dia akan datang menjemputmu disini" Jawab Bara penuh tekanan.
"Bara.. lepasin". Cicit Vasca, namun tidak didengarkan oleh Bara. Vasca bingung, kenapa Bara sangat membencinya.
Bara semakin menekankan tangannya untuk menyakiti tangan Vasca, sampai darah segar keluar dari pergelangan tangannya.
"Lepasan.... ak... " Kata-kata Vasca menggantung karena melihat Langit yang datang dengan napas memburu dan muka yang merah menahan amarah.
"Bangsat" Teriak Langit sambil berlari dan mendaratkan pukulannya kepada Bara dengan membabi buta.
Bugh... bugh... bughh....
Suara pukulan terdengar memekakan telinga. Langit terus memukulnya secara bertubi-tubi tampa ampun.
"Gue udah tekankan kemarin, jangan berani sentuh dia. Tapi kayaknya lo gk bisa kalau diajak pelan-pelan. Bangsat. " Teriak Langit penuh amarah.
Bara mencoba melawan dibawah kukungan Langit, tapi tidak bisa. Darah keluar dari hidung dan mulutnya, sehingga membasahi seragamnya.
"Langit berhenti"... Vasca berteriak sambil memeluk Langit.
"Ingat.... ini yang terakhir". Kata Langit tegas sambil menunjuk tepat didepan wajah Bara.
"Ada apa ini? " Tanya seseorang.
Deg....
Vasca tahu pemilik suara itu.
"Ternyata sudah ada kelas X yang berani main kekerasan disini". Kata orang itu.
Tatapannya jatuh kepada Vasca yang menangis sambil memeluk Langit dari belakang.
"Saya tunggu diruangan OSIS". Kata orang itu.
Vasca menatap Vasco dengan tatapan takut.
Ia yakin bahwa sesuatu yang besar akan terjadi setelah ini.
Langit menarik tangan Vasca lembut, membawanya keluar dari situ, dan berjalan santai menuju keruangan OSIS, seolah-olah tidak terjadi sesuatu.
"Aku tidak akan bertanya kepada kalian berdua, karena saya ingin cewek yang sudah membuat kalian begini. jadi silakan keluar". Kata Vasco datar dan penuh wibawa.
"Kekacauan ini saya yang buat". Jawab Langit datar.
Vasco cukup kaget dengan keberanian Langit, dan dia merasa akan panjang bila berurusan dengannya.
"Saya tidak punya banyak waktu. Kalian berdua silakan keluar" Jawab Vasco tegas.
Langit dan Bara pun keluar dengan sorot kebencian yang membara di mata mereka masing-masing.
Vasca meremas tangannya dengan perasaan takut.
Hufff....Vasco menghembus napasnya pelan.
"Hebat banget lo ya sampai semua orang rebutin lo " Kata Vasco dengan dingin.
Vasca menunduk dan menangis.
"Sebenarnya, lo dibayar berapa si sama
dia? " Tanya Vasco tidak peduli dengan Vasca yang terus terisak.
"Oh... atau gue tahu, lo sengaja bermain dengan keduanya, biar lebih mahal harganya? Biaya sekolah disini mahal. Pasti lo gk mampu bayar ya? "
Demi apapun, Vasca kaget mendengarnya. Dia merasa kalau Vasco salah dalam menilai sesuatu dan menyelesaikan masalah itu.
"Kak... " Lirih Vasca.
Plak...
Satu tamparan keras berhasil mendarat dipipi Vasca membuat telinganya berdengung.
Brakkk.... pintu terbuka dan menampilkan wajah Langit yang penuh emosi. Vasco terkejut dengan kehadiran Langit.
Langit mendorong Vasco kesamping sambil menunjuk tepat didepan Vasco.
"Gue pikir lo pintar, tapi ternyata salah, lo sama aja kaya bajingan itu. Jujur awalnya gue pikir lo itu seorang pemimpin yang berwibawa tapi ternyata salah lo lebih daripada bajingan". Teriak Langit penuh emosi.
"Oke.... gue penasaran apa reaksi lo ketika tahu apa yang terjadi. " Balas Vasco pelan.
Langit tidak menanggapi apa yang dikatakan oleh Vasco, dia menarik tangan Vasca keluar dari ruangan itu.
"Langit.. " Vasca memanggil Langit, dan Langit menghentikan langkahnya.
"Tangannya masih sakit? " Tanya Langit lembut.
"Maaf Langit". Vasca memeluk Langit.
"Mereka berengsek Ca" Jawab Langit menenangkan Vasca.
"Kita pulang ya" Tawar Langit.
"Belum jam pulang Langit". kata Vasca pelan sambil menatap dan merapikan rambut Langit.
"Aku minta izin untuk pulang duluan ya". Tawar Langit.
"Jangan Langit" Kata Vasca
"Aku obatin lukanya ya? " Tawar Langit.
Vasca mengangguk lemah.
Langit membawa Vasca pulang ke kontrakan nya. Sesekali, Langit memandang wajah Vasca yang terlihat diam.
Langit membuka pintu mobil dan membiarkan Vasca turun dari mobil. Langit menuntunnya masuk kedalaman kontrakan kecilnya.
"Sakit ya" Tanya Langit.
"Tidak Langit" Kata Vasca mencoba senyum.
"Makan ya Ca" Kata Langit
"Langit" Panggil Vasca pelan.
"Makan Ca aku suapin " Kata Langit sambil membuka makanan yang ia beli tadi. Vasca menatap setiap pergerakan Langit.
"Langit... kamu tau, bahwa aku hanya ada kamu, semuanya pergi Langit, makasih Langit karena sudah mencintaiku". Batin Vasca.
"Kenapa bisa sama Bara tadi" Tanya Langit dingin, membuat Vasca menunduk takut.
"Jawab sayang. Kenapa bisa sama Bara" Tanya Langit lagi dengan nada yang lebih halus.
Vasca mengangkat kepalanya, berani menatap Langit.
"Maaf Langit" Kata Vasca pelan.
"Ada yang kamu sembuyiin dari aku hmmm? " Tanya Langit menunduk menatap mata Vasca.
Vasca menggeleng. Dia pun menceritakan yang terjadi tadi antara dirinya dan Bara.
"Langit " panggil Vasca
"Kenapa Ca" Tanya Langit lembut
"Langit.. hiks.... hiks... " Vasca menangis pelan. Langit membawanya dalam pelukannya, membiarkan Vasca menangis didalam pelukannya. Langit tau ada banyak hal yang terjadi.
Vasca menangis dalam pelukan Langit. Biarlah sekarang ia lemah. Biarlah semua menertawakan dirinya karena terlihat bodoh.
Dia hanya berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan kuat setelah ini karena pasti ada banyak hal yang terjadi kedepannya.
"Ca... " Panggil Langit.
"Langit, maaf" Kata Vasca sambil membersihkan baju Langit.
"Kenapa Ca... " Tanya Langit lembut.
"Maaf sudah lemah didepanmu" Kata Vasca pelan.
"Udah ah..cantiknya hilang" kata Langit mencairkan suasana.
"Langit... cantik itu tidak akan pernah hilang dimuka orang yang tepat kan? " Kata Vasca dengan senyum.
"I Love you Ca" Kata Langit teduh.
"Langit.... kamu berjanji akan selalu bersamaku apa saja yang akan terjadi? " Tanya Vasca penuh harap.
"Apa aku pernah berbohong Ca? " Tanya Langit dengan senyum.
Langit mengakui bahwa dirinya sudah benar-benar jatuh cinta dengan Vasca. Apapun yang ada pada Vasca, Langit selalu menyukainya.
"Langit... kapan kita mengerjakan tugas biologi? " Tanya Vasca mengingatkan Langit.
"Udah aku kerjakan Ca" Jawab Langit dengan senyum tipis sambil mengacak pelan rambut Vasca.
"Makasih Langit" Ujar Vasca pelan.
"Kamu selalu berkata itu Ca" Kata Langit sambil terkekeh.
"Tangannya masih sakit? " Tanya Langit sambil menarik tangan Vasca kepangkuannya.
"Perih dikit aja" Kata Vasca.
Mereka pun menceritakan banyak hal. sampai sore hari.
"Aku pulang ya Ca" pamit Langit.
"Iya Langit, hati-hati ya " Kata Vasca mengantar Langit ke depan pintu.
"Nanti aku telepon ya Ca" Kata Langit sambil masuk ke mobilnya.
"Iya Langit".
Langit pun melajukan mobilnya meninggalkan kontrakan Vasca.
"Makasih Langit " Kata Vasca dengan senyum.
Ting....
Vasca mengambil Handphonenya dan membaca pesan dari Langit.
"Ca... mulai sekarang, jangan temui Bara tanpa seijin aku ya... bukannya larang Ca, tapi aku takut kamu terluka. Apapun yang berhubungan dengan Bara, beritahu aku saja".
Langit Marcher
Vasca tersenyum membacakan pesan dari Langit. Vasca bersyukur karena Langit begitu mencintainya. Langit itu misterius dan juga penyayang.
🙏