NovelToon NovelToon
Pengantin Pengganti

Pengantin Pengganti

Status: tamat
Genre:Romantis / Pengantin Pengganti / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Tamat
Popularitas:346.1k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Nayla mendapatkan kabar dari Tante Ida agar pulang ke Indonesia dimana ia harus menghadiri pernikahan Anita.
Tepat sebelum acara pernikahan berlangsung ia mendapatkan kabar kalau Anita meninggal dunia karena kecelakaan.
Setelah kepergian Anita, orang tua Anita meminta Nayla untuk menikah dengan calon suami Anita yang bernama Rangga.
Apakah pernikahan Rangga dan Nayla akan langgeng atau mereka memutuskan untuk berpisah?
Dan masih banyak lagi kejutan yang disembunyikan oleh Anita dan keluarganya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Nayla berjalan sempoyongan dengan nafasnya yang sesak.

Rangga masih belum menyadari jika Istrinya mengalami alergi mangga dan bisa menyebabkan kematian.

"Nayla, apa yang kamu lakukan? Apakah kamu tidak punya sopan santun?!" Rangga menarik lengan Istrinya.

Nayla berusaha melepaskan genggaman Rangga, tetapi tubuhnya semakin lemas.

Kulitnya mulai memerah, dan bintik-bintik ruam muncul di lehernya.

"Aku... aku makan... mangga di puding." bisiknya nyaris tak terdengar.

Rangga terpaku. Dadanya terasa sesak, tapi bukan karena alergi, melainkan rasa bersalah yang tiba-tiba menghantam.

Ia baru menyadari kalau puding buah yang tadi disodorkannya tanpa pikir panjang ternyata mengandung mangga.

"Nayla! Ya Tuhan... kamu kenapa nggak bilang dari tadi kalau kamu alergi mangga."

Nayla terjatuh ke lantai, tangannya mencengkeram perut, wajahnya pucat pasi.

Rangga langsung membopong tubuh istrinya dan membawanya ke rumah sakit.

Rangga merasa bodoh karena ia tidak tahu jika Istrinya alergi mangga.

"Aku seorang dokter tetapi aku tidak tahu jika istriku mempunyai alergi." gumamnya lirih, menatap wajah Nayla yang semakin lemah.

Rangga tergesa-gesa melaju dengan mobil, napasnya berat dan pikirannya kacau.

Hanya suara mesin yang memenuhi kesunyian di dalam mobil, sementara Nayla terkulai lemah di kursi penumpang, tubuhnya semakin lemas.

Ia mencoba untuk tetap tenang, namun rasa bersalah itu semakin menggigit.

Sesampainya di rumah sakit, petugas medis langsung menyambut mereka.

Rangga, dengan segala pengetahuannya sebagai dokter, merasa begitu tidak berguna saat ini.

Ia hanya bisa mengawasi dengan cemas, menunggu hingga Nayla mendapatkan penanganan yang tepat.

Di ruang tunggu, Rangga berdiri gelisah, berjalan mondar-mandir, matanya tak lepas dari pintu darurat.

Setiap detik terasa begitu lama. Tak berapa lama, seorang perawat keluar dan memberitahunya,

"Istri anda sudah stabil. Kami akan memindahkannya ke ruang rawat inap untuk pemantauan lebih lanjut."

Rangga menghela napas lega, meskipun hatinya masih terhimpit.

Ketika akhirnya ia bisa masuk ke ruang rawat inap, ia mendapati Nayla terbaring lemah dengan infus di tangannya.

Rangga mengambil kursi dan ia langsung duduk disamping tempat tidur istrinya.

"Maafkan aku Nay. Andaikan saja aku tahu kamu alergi mangga pasti aku akan membuang puding itu." gumam Rangga.

Rangga juga tidak menyangka jika Tante Ida akan memberikan puding yang merupakan racun bagi Nayla.

Disaat sedang menatap wajah Nayla yang masih belum sadarkan diri.

Ia kembali mengingat dengan perkataan Nayla yang mengatakan kalau Tante Ida dan Anita tidak pernah memperlakukannya dengan baik

Tangan Rangga terulur, memegang tangan Nayla yang terbaring lemah.

Ia merasakan sedikit kehangatan dari sentuhan itu, meski tubuh Nayla terlihat lemas dan rapuh.

Ia berharap, meski dalam keadaan seperti ini, Nayla bisa mendengarnya.

Rangga ingin meyakinkan Nayla bahwa ia ada di sana, bahwa ia tidak akan membiarkan siapapun menyakitinya lagi.

Namun, pikirannya kembali dipenuhi dengan kegelisahan.

"Aku janji, Nay. Aku akan melindungimu. Aku akan memastikan Tante Ida atau yang lainnya tidak akan pernah bisa membuatmu merasa seperti ini lagi," ujarnya pelan.

Sambil menunggu istrinya yang masih belum sadarkan diri.

Rangga mencoba untuk mencari tahu kebenaran tentang keluarga Om Farhan.

Disaat sedang mengambil ponselnya, Ia melihat Nayla yang sudah membuka matanya.

Nayla melihat tangannya yang sedang diinfus dan ia langsung mengetahui kalau saat ini ia sedang berada di rumah sakit.

"Nay, aku minta maaf. Gara-gara aku kamu harus berada di sakit." ucap Rangga yang menyesal karena telah memaksa Nayla makan puding mangga pemberian Tante Ida.

Nayla perlahan menoleh ke arah Rangga, matanya yang masih agak sayu mencoba fokus.

Ada keheningan sejenak, sebelum akhirnya ia menggerakkan bibirnya, berusaha berbicara meski suaranya terdengar lemah.

"Ini bukan salah kamu, Mas juga tidak pernah bertanya kenapa aku menolak puding itu." ujar Nayla.

Nayla masih kesal dengan suaminya yang tidak pernah mau bertanya tentang apa makanan kesukaannya ataupun apa makanan yang harus dihindari.

Rangga tertunduk saat mendengar kata-kata Nayla yang menamparnya lebih keras dari apapun.

Ia baru menyadari betapa selama ini ia terlalu sibuk mengambil keputusan sepihak, mengira tahu yang terbaik tanpa benar-benar mengenal istrinya sendiri.

"Aku… aku pikir itu cuma soal selera," gumam Rangga, suaranya nyaris tak terdengar.

Nayla menghela napas pelan. "Aku alergi mangga, Mas. Sejak kecil. Tapi kamu nggak pernah nanya dan nggak pernah peduli."

Suasana kamar itu kembali hening, bukan lagi karena ketegangan, melainkan karena rasa bersalah dan kesedihan yang menggantung berat di udara.

Lampu di sudut ruangan memancarkan cahaya redup yang membuat bayangan tampak bergoyang di dinding, seolah ikut merasakan beban yang mengisi ruangan itu.

Nayla duduk diam di ranjang rumah sakit, matanya menerawang kosong ke luar jendela.

Hujan rintik-rintik turun membasahi kaca, menciptakan suara lirih yang mengiringi kesunyian mereka.

Di matanya, terpancar kelelahan yang bukan hanya berasal dari tubuhnya yang sakit, tapi juga dari hati yang remuk oleh kenyataan.

"Aku ingin pulang ke rumah," ucap Nayla tiba-tiba, suaranya pelan tapi penuh tekad.

Dengan gerakan lemah namun yakin, ia mulai melepaskan selang infus dari lengannya.

Darah sedikit mengalir, namun ia tidak mengeluh. Ia bangkit dari tempat tidurnya, tubuhnya limbung tapi langkahnya penuh kehendak.

Rangga, yang sedari tadi duduk dengan tangan terkepal di pangkuan, segera berdiri.

Ia menghampiri Nayla dengan cepat, panik dan takut menyatu di wajahnya.

"Nayla, kamu masih sakit. Tolong, kembali ke tempat tidur," katanya lembut, mencoba menahan lengan istrinya.

Namun Nayla menggeleng pelan, air mata mengalir tanpa suara di pipinya.

"Rumah... aku ingin pulang. Aku tidak tahan di sini. Aku lelah."

Suara Nayla pecah di akhir kalimat. Tangis yang sudah lama ditahan akhirnya meledak.

Rangga hanya bisa terpaku, menatap wanita yang dulu selalu ceria, kini rapuh dan penuh luka.

Langkah Nayla terus berlanjut, meski tubuhnya gemetar hebat.

Baru beberapa langkah dari tempat tidur, lututnya goyah dan ia terjatuh.

Kepalanya hampir membentur lantai jika Rangga tak sigap menangkapnya.

"Nayla!" pekik Rangga panik. Ia segera membopong tubuh istrinya yang tak sadarkan diri, lalu membaringkannya kembali di ranjang.

Tangannya gemetar saat menekan tombol pemanggil perawat.

"Cepat... tolong panggilkan perawat. Bawa obat penenang kalau perlu."

Beberapa detik kemudian, seorang perawat masuk tergesa-gesa.

Rangga menyingkir, memberi ruang bagi tenaga medis itu bekerja, namun pandangannya tak lepas dari wajah Nayla yang pucat.

Dalam hatinya, Rangga merasakan tusukan tajam dari rasa bersalah. Ia tahu ada sesuatu yang belum ia lakukan yang Nayla butuhkan lebih dari obat atau perawatan: pengertian, harapan, dan kejujuran. Tapi semuanya sudah terlalu lama terpendam.

1
Jamayah Tambi
Tq Thor,ceritanya bagus,Cerita penuh limpahan air mata dan emosi.Ceritanya samai ke anak cucu dan cicit/Drool/
my name is pho: terima kasih kak 🥰🥰
total 1 replies
Jamayah Tambi
semoga diberi kesembuhan
Jamayah Tambi
Daripada menangis tak henti 2,baik ambil wuduk solatvtaubatvdan solat hajat.Minta pada Allah agar diberi kesembuhan dan segala urusan dipermudahkan.Hanya Allahbygbpunya kuasa memberi keajaiban kepada hamba-hambaNya.
Jamayah Tambi
Mungkinnibunya Nayara mati akibat sakit jantung ketika melahirkan Nayara.Yg pelik kenapa Aslan tak tau.Nayara kan puterinya
Jamayah Tambi
Degil si Nayara ni.Kau hanya pikir Jati, tp tak mikir anakmu
Jamayah Tambi
Tak kan Dr Aslan ayahnya sendiri tak tau Nayara sakit jantung.Besar sungguh ujian mu Nayara.
Jamayah Tambi
Jarang jumpa wanita muda yg hebat,kuat mcm Nayara.Klu remaja lain masih sibuk kuliah dan hiburan yg entah apa-apa.Dia bergelut menjaga suaminya yg sakit kronik.Dalam keadaan hamil llagi.Masa mudanya habis di hospital./Sob//Sob//Sob//Sob/
Jamayah Tambi
Cam boring jer.
Jamayah Tambi
kenapa tak panggil ambulans jer
Jamayah Tambi
Kamu ini,kenapa anak hanya sorang jer
Jamayah Tambi
Jari sakit tulang
Jamayah Tambi
Rangga tak belajar2 lagi buat silap.Nasib baik Neyla seorang pemaaf
Jamayah Tambi
Rangga tsk guna.Buka sampul surat je pun.zItu pun nak marah.Jati dah mati.
Jamayah Tambi
Bukan Neyla allegik mangga je
Jamayah Tambi
Jata rumah ada guard yg jaga.Kenapa mudah sangar Nando maduk.Guard tidur ni.
Jamayah Tambi
Patungvtak elok disimpan di rumah Neyla.Nanti mslikst Rahmat tak masuk.Takut ug masuk malaikat maut/CoolGuy//Sob/
Jamayah Tambi
Neyla n Rangga with /Heart/
Jamayah Tambi
Apa tujuan Ida membunuh ibu dan bapaknya Neyla
Jamayah Tambi
Susahnya nak capai bahagia.Berkali2 masuk wad hospital
Jamayah Tambi
kalau aku jd Neyla akan ku jawab begini
"Suruh Rangga mengauli puterimu di kuburan sana.Kata cinta.Pergilah bersama tulang2 puterimu dalam kuburan sana/Sob//Sob/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!