NovelToon NovelToon
Penguasa Sekte Chaos: Dari Abu Menuju Takhta

Penguasa Sekte Chaos: Dari Abu Menuju Takhta

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Balas Dendam / Sistem / Iblis / Kelahiran kembali menjadi kuat / Fantasi Isekai
Popularitas:900
Nilai: 5
Nama Author: febri_yeee

nre: Fantasi, Aksi, Sekte-Building, Antihero, Overpowered

Sinopsis:

Di benua Elvaria, kehormatan dan kesetiaan adalah dua mata uang paling berharga. Namun, bagi Kael Arvane, seorang jenderal muda yang pernah menyelamatkan kerajaannya dari kehancuran, keduanya hanyalah ilusi yang bisa dibakar oleh kekuasaan.

Dikhianati oleh rajanya sendiri dan difitnah sebagai pengkhianat, Kael diburu, disiksa, lalu dilempar ke lembah kematian yang dikenal sebagai "Jurang Sunyi"—tempat para monster, penjahat, dan kutukan abadi bermuara. Tapi justru di tempat itulah "Sistem Chaos Sovereign" bangkit dari sisa jiwanya yang penuh dendam.

Dengan sistem itu, Kael mampu menciptakan sekte dari nol: Sekte Chaos, sekte tanpa aturan moral, tanpa dogma suci—hanya kekuatan, kebebasan, dan ambisi pribadi. Ia mulai merekrut orang-orang yang dibuang oleh dunia: budak, pembunuh, monster setengah manusia, penyihir terkutuk, bahkan mantan bangsawan pengkhianat.

Dari mereka, ia membentuk Dua Belas Pilar Chaos

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon febri_yeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15: Rapat Para Dewa

Di pusat dunia lama, berdiri Menara Elysion—bangunan raksasa yang melubangi langit, dikelilingi lautan awan dan pusaran sihir abadi. Di sanalah Ordo Keabadian bermarkas, organisasi tertua dan terkuat yang dipercaya sebagai penjaga keseimbangan dunia.

Delapan kursi raksasa dari kristal abadi melingkari lingkaran sihir utama di lantai atas menara.

Hari itu, semuanya terisi.

Delapan tokoh berjubah beraneka warna duduk diam, masing-masing menyembunyikan wajah mereka di balik topeng sakral. Mereka bukan manusia biasa. Mereka adalah para "Dewa Hidup", pemilik teknik abadi, sihir transenden, dan usia ribuan tahun.

Salah satunya, berwajah topeng emas berbentuk bulan sabit, berbicara pertama.

"Fraksi Besi telah tumbang."

Yang lain menyahut, suaranya seperti angin dan besi bergesekan. “Tiga ratus tahun tak tergoyahkan, dihancurkan hanya dalam semalam.”

“Dan pelakunya...” ujar pemilik topeng api, “adalah dia. Kael, sang pengkhianat dari Benua Barat.”

Topeng berlambang mata ketiga—pemimpin Ordo—mengangguk pelan. “Ia tak hanya menghancurkan struktur militer. Ia juga membangunkan artefak-artefak tua, mengganggu garis ley dunia.”

“Tindakan seperti itu harus dihentikan sekarang, sebelum Chaos menjalar ke seluruh benua.”

Tapi seseorang mengangkat tangan. Pemilik topeng ungu, sosok yang duduk diam sejak awal, bersuara tenang. “Atau… kita biarkan dia memusnahkan para fraksi lama yang mulai membusuk. Bukankah kita sendiri tahu, dunia ini butuh guncangan?”

Yang lain menatapnya tajam.

Pemimpin menunduk. “Kau selalu menyukai kekacauan, Veynar.”

“Aku hanya menyukai pergerakan. Stagnasi adalah kematian.”

Namun perdebatan berakhir saat layar sihir di tengah lingkaran memperlihatkan gambar dari salah satu mata-mata mereka—potret Kael yang berdiri di atas reruntuhan benteng Fraksi Besi, dikelilingi dua belas Pilar yang baru setengah lengkap.

Pemimpin Ordo mengetuk tongkatnya.

“Kirimkan utusan. Jika ia menolak bergabung dengan kami, maka mulai Operasi Pemurnian.”

---

Sementara itu, di Benteng Bara Gelap, Kael duduk di ruang pertemuan bawah tanah bersama lima dari dua belas Pilar: Zareth, Reina, Velra, Ryza, dan Arwin si Ahli Sihir Mekanik.

Peta dunia terbuka lebar di atas meja batu.

“Kita belum cukup kuat untuk menyerang Ordo Keabadian langsung,” ucap Arwin. “Tapi kita bisa merusak jaringan informasi mereka.”

Velra mengangguk. “Aku sudah menginfeksi beberapa menara komunikasi sihir mereka dengan Kabut Hitam. Dalam waktu dua pekan, mereka akan buta sebagian.”

Zareth mengarahkan jarinya ke wilayah timur laut.

“Fraksi Penjaga Angin, Fraksi Bayangan Hitam, dan Fraksi Cahaya Suci adalah target selanjutnya. Tapi kita butuh Pilar keenam sebelum menyerang.”

Kael mengangguk. “Aku tahu di mana menemukannya.”

---

Di puncak Pegunungan Kembar, tersembunyi dalam biara tua yang kini ditinggalkan, terdapat seorang pendekar yang telah memisahkan diri dari dunia. Namanya adalah Shinzo, ahli pedang yang konon telah memotong naga langit hanya dengan satu tebasan.

Kael mendaki puncak itu sendirian.

Angin dingin menerpa tubuhnya. Jalan sempit penuh jebakan dan roh pelindung, namun Kael tak gentar. Ia melangkah hingga ke ruang doa utama, di mana seorang lelaki berambut perak duduk bersila di atas batu.

“Aku sudah mendengar langkahmu sejak puncak bukit,” ucap lelaki itu tanpa membuka mata.

Kael berhenti tiga langkah di depannya. “Aku datang bukan untuk menantangmu, Shinzo. Aku datang untuk memintamu bergabung sebagai Pilar Keenam Sekte Chaos.”

Mata lelaki itu terbuka—bercahaya seperti bintang.

“Chaos tak punya kehormatan. Tak punya arah.”

Kael tersenyum tipis. “Kau salah. Chaos membebaskan orang-orang dari sistem yang rusak. Chaos adalah kehormatan bagi mereka yang ditolak dunia.”

Shinzo bangkit, menghunus pedang kayu.

“Maka tunjukkan kehormatanmu. Jika aku jatuh, aku milikmu. Jika kau jatuh, lupakan aku.”

Pertarungan pun terjadi.

---

Tebasan pertama membelah udara, menciptakan tekanan luar biasa. Kael menepisnya dengan perisai Chaos, tapi tubuhnya terpental lima langkah. Shinzo bergerak seperti angin, langkahnya tak terdeteksi, serangannya seperti petir.

Kael menyerang balik—ledakan energi ungu membentuk tombak panjang dari ketiadaan. Shinzo menghindar, dan tombak itu menancap di gunung hingga membuat tebing retak.

Keduanya bergerak seperti dewa dan iblis yang menari.

Akhirnya, Kael menciptakan ribuan ilusi dari dirinya sendiri, dan dalam kebingungan itu, menempatkan segel Chaos di tanah.

Shinzo terpaku sepersekian detik—cukup untuk Kael menusukkan energi Chaos tepat ke jantung spiritualnya.

Shinzo terhuyung. Tapi ia... tertawa.

“Lima puluh tahun aku menanti seseorang yang mampu membuatku bergerak setengah kekuatanku. Baiklah, Chaos. Kau menang.”

Ia berlutut.

“Mulai sekarang, aku adalah Pilar Keenammu.”

Kael membantu pria itu berdiri.

“Selamat datang, Shinzo.”

---

Ketika Kael dan Shinzo kembali ke markas, mereka disambut oleh kabar buruk.

Reina membawa surat.

“Utusan dari Ordo Keabadian datang... bersama pasukan.”

Kael membuka surat itu. Hanya ada satu kalimat tertulis:

> “Bergabunglah dengan kami, atau dilenyapkan seperti lainnya.”

Zareth mencabut pedangnya. “Jadi, sudah dimulai.”

Velra menyeringai. “Akhirnya mereka menganggap kita ancaman.”

Kael melipat surat itu.

“Persiapkan semuanya. Kita akan menjawab ancaman... dengan pertempuran.”

---

Sementara itu, di sisi lain dunia, seorang pemuda berjubah putih menatap langit.

Ia adalah Arsenio, Ksatria Agung Ordo Keabadian. Muda, kuat, dan dikenal sebagai calon pemimpin selanjutnya.

“Kael…” gumamnya. “Kau akhirnya kembali dari bayang-bayang. Tapi aku takkan membiarkanmu menghancurkan dunia yang kubangun dengan darah.”

Tangannya menggenggam pedang cahaya.

Dan langit mulai berubah.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!