Wajib baca Novel Tawanan Dua Mafia.
Helena harus berjuang saat pria paling dicintainya dinyatakan tewas dalam pertempuran. Satu persatu orang yang disayangi Helena haeus tewas di depan matanya.
Helena harus tetap bertahan di saat situasi dan kondisi tidak lagi menguntungkan baginya.
Akankah Helena berhasil mengalahkan musuh yang tidak lain adalah sepupu suaminya sendiri?
"Strike, kau harus tetap hidup."
"Pergi, Nona. Pergi. Maafkan saya tidak bisa menjaga anda lagi."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sisca Nasty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 15
Helena melajukan mobil sport berwarna hitam milik Aberzio dengan kecepatan tinggi. Pasukan King Tiger tertinggal jauh di belakang sana. Tapi Helena masih tetap melajukan mobil tersebut dengan cepat. Menginjak gasnya lebih dalam lagi.
Sebuah mobil sport berwarna silver muncul di belakang Helena. Hanya mobil itu yang berhasil mengejar laju mobil Helena yang cepat. Helena memandang ke spion dan mengernyitkan dahinya.
Helena kenal mobil itu. Salah satu koleksi mobil sport Aberzio. Siapa yang sudah lancang mengeluarkannya dari garasi. Kecuali satu orang.
"Strike mengikutiku? Gawat. Dia bisa menggagalkan rencanaku malam ini." Helena menggenggam stir mobilnya dan menginjak gas mobilnya lebih dalam lagi. Dia tidak mau sampai tertangkap Strike malam ini.
Sudah puluhan kilometer Helena melaju di tengah malam yang sunyi dan dipenuhi kabut. Akan tetapi Strike juga belum menyerah. Dia terus berusaha untuk menghentikan Helena.
Dua mobil sport kembali muncul. Helena semakin frustasi. Jika dia tahu kalau mobil silver itu dikendalikan oleh Strike. Lalu, mobil merah dan hitam itu siapa? Helena tidak pernah tahu kalau Jason dan Ben tidak akan tinggal diam. Mereka juga akan membantu Strike menangkap Helena agar tidak sampai kabur meninggalkan kota Rio.
Saat Helena terlalu sering melirik ke spion, wanita itu tidak sadar kalau didepannya sudah ada sebuah mobil sedan menghadang jalannya. Karena kaget Helena segera membanting stir mobilnya. Mobil berwarna hitam itu berputar di tengah jalan sampai 360 derajat. Menyisakan jejak ban berbentuk lingkaran. Asap putih mengepul jelas di tengah kabut malam yang dingin.
Helena memejamkan mata saat tiga mobil yang sempat mengejarnya kini sudah mengepungnya. Wanita itu tidak memiliki jalan untuk kabur lagi.
"Shit!" Helena segera turun.
Satu-satunya orang yang ingin dia habisi saat ini adalah pemilik mobil sedan yang sudah berani menghalangi jalannya. Siapa dia? Berani sekali. Helena menggenggam senjata apinya. Melangkah dengan cepat dan pasti.
Strike segera turun dari mobil. Diikuti oleh Jason dan Ben. Tiga pria itu memandang Helena dengan tatapan marah. Mereka protes dan ingin sekali menghukum Helena.
Helena melirik tiga pria itu dengan sejenak sebelum melangkah menuju ke mobil sedan yang masih diam di tengah jalan.
Seorang pria keluar dari mobil. Helena menahan langkah kakinya. Wanita itu memalingkan wajahnya. Memasukkan senjata apinya ke dalam tas.
"Good job, Helena. Good job." Clous tepuk tangan di depan Helena. Bisa dibilang kini hanya pria itu yang berani bersuara untuk memarahi Helena. Sedang Strike dan Jason hanya berani di dalam hati saja.
"Kau mau bunuh diri lagi? Ini percobaan kedua?" Clous menatap Helena dengan tajam. "Nanti yang ketiga seperti apa? Lompat dari tebing?" sindirnya. Pelan tapi cukup menusuk.
"Bisa-bisanya aku dikepung sama empat pria seperti mereka. Sekarang aku harus bagaimana?" protes Helena di dalam hati.
Helena mau masuk lagi ke dalam mobil, tapi dengan cepat Clous mendorong pintu mobil Helena dengan kaki agar kembali tertutup rapat.
"Kau tidak akan mati, Helena. Seberapa kuatnya kau bunuh diri. Aku tidak akan membiarkanmu mati," ancam Clous dengan sorot mata yang tajam. "Gadis kecil! Siapa yang mengizinkanmu mati! Tidak ada."
Jason menatap tajam ke arah Clous. Siapa sebenarnya pria itu? Kini Jason dibuat pusing. Banyak sekali pria yang mengejar-ngejar Helena. Ternyata dia bukan satu-satunya pria yang mendapat penolakan dari seorang Helena. Seperti itulah yang memenuhi pikiran Jason saat ini.
"Aku tidak bunuh diri. Mobilku masuk ke laut karena Clara memanipulasi mobilku!" teriak Helena tidak sabar.
"Lagi. Untuk yang kedua kalinya. Memang hanya itu permainannya. Clara yang sudah membuatku kecelakaan. Membuatku amnesia. Sekarang saat Aberzio nggak ada. Dia kembali melakukan trik yang sama. Tapi kali ini langkahnya salah besar.
Berkat usaha terakhirnya, aku jadi ingat semua memori yang selama ini sulit untuk aku ingat. Termasuk saat Clara menodongkan senjata api itu di hadapanku. Kau mau tahu kalimat seperti apa yang dia ucapkan sebelum menembakku?"
Helena berusaha mengatur napasnya yang berubah sesak.
"Dia bilang. Hanya dia yang pantas mengandung keturunan keluarga Guineno. Dia juga bilang. Matilah bersama anak sialanmu itu. Dia tahu aku hamil, tapi dia tetap membunuhku."
Helena tidak mau memendam rahasia ini dari Clous lagi. Pria itu harus tahu kalau Clara jahat. Tidak pantas juga dicintai. Apa lagi di bela.
"Apa kau bilang?" Clous tidak percaya begitu saja. Dia tahu kalau Helena sudah depresi, segala cara akan dilakukan wanita itu agar bisa segera mati. "Kau bohong, Helena."
Helena berusaha mengatur napasnya. Dia harus tenang agar tidak terlihat seperti orang depresi. "Aku sengaja tidak menceritakannya padamu. Dia calon istrimu, bukan? Kau pasti akan membelanya."
Clous memegang tangan Helena. "Clara sejahat itu?"
"Clara mencintai Aberzio," sahut Helena dengan kedua mata berkaca-kaca. Dia menarik tangannya hingga genggaman Clous terlepas. "Dia ingin menyingkirkanku dan menikah dengan Aberzio. Dia nggak mau keturunan Guineno lahir dari rahimku."
Clous masih diam sambil mencerna apa yang dikatakan Helena. "Itu tidak mungkin. Dia mencintaiku. Mereka sepupu."
Helena mengangguk. "Ini kenapa aku tidak cerita. Kau tidak akan percaya padaku. Bajingan! Kau bukan Clous yang aku kenal lagi. Pergilah." Helena mendorong Clous dengan sekuat tenaganya.
Clous masih diam. Wajahnya juga bingung. Melihat Helena berteriak membuatnya semakin tidak tega. "Helena, dengarkan aku."
"Dengarkan? Kau yang harus mendengarkan aku, Clous!" teriak Helena dengan suara yang lantang.
Clous memejamkan matanya sejenak. "Oke. Maafkan aku. Helena, aku yang akan membunuhnya jika memang dia benar-benar ingin membunuhmu." Clous kembali bersuara.
Helena tertawa. Dia merasa kalau sekarang Clous sedang berakting. "Itu tidak mungkin. Kau sudah cinta mati padanya. Aku tahu seperti apa perasaanmu terhadapnya."
Clous memegang tangan Helena. Menatapnya dengan serius. "Secinta apa? Katakan. Bukankah kau tadi bilang tahu? Siapapun wanitanya, tetap kau yang memiliki tahta tertinggi di hidupku. Kau tahu itu Helena."
"Bullshirt!" umpat Helena. Dia menarik tangannya. Helena berputar. Memandang Strike dan Jason. Wajahnya mengumpat kesal karena harus gagal kabur ke Meksiko.
"Helena." Clous berusaha membujuk.
"Jangan sentuh aku, Clous. Pergi!" usir Helena emosi. "Strike, usir dia. Tembak bila perlu!" perintah Helena.
Strike mengeluarkan senjata apinya. Dia juga tidak terlalu kenal dengan Clous. Jika Helena tidak nyaman, maka Strike akan menembaknya.
Clous kesal dan sakit hati melihat sikap Helena. "Aku lagi yang salah? Pernahkah kau berpikir apa yang sekarang aku rasakan? Wanita yang aku cintai berusaha membunuh wanita yang aku sayangi!" teriak Clous. "Berbulan-bulan aku menahan rindu karena sangat ingin menemuimu. Setelah mendapat kabar kalau kau masih hidup, aku segera pergi ke Rio. Aku ingin menemuimu, Helena. Memang aku yang muncul di beach club.
Bahkan karena terlalu gila dan merindukanmu, aku berusaha berkeliling kota Rio malam harinya. Tapi sialnya aku berhenti di samping mobil suamimu. Kau berteriak memanggilku. Apa kau tahu apa yang aku rasakan?
Aku ingin berhenti Helena. Aku ingin memelukmu. Tapi aku tahu kau akan ribut dengan suamimu yang cemburuan itu setelahnya."
Strike melirik Clous dengan tajam. Tapi dia tidak mau berkomentar apapun. Apa yang dikatakan Clous memang benar adanya. Jika Helena berani memeluk pria lain, maka Aberzio pasti akan ngamuk. Memang seperti itu wataknya sejak dulu. Sesuatu yang sudah menjadi miliknya tidak bisa sembarangan disentuh.
"Aku ingin menjagamu seperti dulu. Tapi aku berusaha menahannya karena aku ingin kau tetap merasa nyaman. Kau bahagia dengan suamimu, Helena. Sekarang saat aku memiliki kesempatan untuk muncul di hadapanmu, kau sudah membenciku? Bagus! Takdir yang sempurna." Clous melampiaskan kekesalannya.
"Please, don't leave me. Ijinkan aku memegang tanganmu seperti dulu. Aku janji akan memperbaiki semuanya. Gadis kecilku. Aku masih Clous yang dulu. Jangan berpaling dariku. Aku mohon." Clous berusaha merayu. Rasanya begitu sakit saat melihat Helena membencinya seperti ini.
Helena masih membelakangi Clous. Dia berusaha tetap tenang. Tapi sulit. Emosi Helena saat ini benar-benar tidak terkendali. Dia cuma butuh suaminya.
Tapi pria itu tidak ada di sini. Helena ingin mengatakan kepada pria tangguh itu kalau Clara wanita yang jahat. Hanya dia yang bisa dipercaya.
"Oke. Silahkan. Tembak saja. Kau pikir aku takut mati?" Clous kembali melayangkan ancaman. Pria itu mengeluarkan rokoknya dan menyematkan api. Menghisapnya hingga asap mengepul ke udara.
Helena memutar tubuhnya. "Kau ada dipihakku?" Helena mulai luluh. Posisi Clous juga serba salah. Helena berusaha memahaminya. Dia merebut rokok di mulut Clous dan memijaknya dengan sepatu.
"Ya." Clous menjawab dengan cepat. Clous memberikan rokok kepada Helena.
"Sejak menikah dengan Aberzio, aku tidak merokok lagi."
Clous mengangkat kedua bahunya. "Kau menjadi good girl sejak menikah. Bagus."
Helena tiba-tiba merebut kembali rokok di tangan Clous. Jason segera maju dan merebutnya. Melemparkan rokok itu ke belakang.
"Sebenarnya aku juga ingin membuangnya," kata Helena tanpa memandang.
Clous memandang ke arah Strike dan Jason bergantian. Dia kenal dua pria itu. "Pulanglah Helena. Strike, bawa Helena kembali ke mansion. Dia akan aman di sana."
"No!" teriak Helena. "Aku mau pergi ke Meksiko sekarang juga. Aku akan membunuh Clara." Sorot mata Helena kembali tajam. Dia tidak mau diam lagi.
"Biar aku yang atasi," sahut Clous.
"Aku tidak percaya padamu, Clous!" bantah Helena. "Satu lagi. Jika kau berani membocorkan rencanaku kepada Clara. Aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai kakakku lagi. Kau mengerti?" Ancaman Helena berhasil membuat Clous berpikir dua kali. Dia harus mengambil tindakan yang tepat.
"Oke, Ayo." Clous berjalan ke arah mobil yang ditumpangi Strike. Dia membuka pintu mobil bagian sisi kanan. "Masuk. Kita ke Meksiko malam ini. Aku dan Strike akan menjagamu. Jika ingin membunuh Clara, serahkan padaku."
"Kau pasti ingin menjebakku. Aku tidak mau pulang. Aku harus membunuhnya. Dia sudah membuatku kehilangan anak pertamaku," lirih Helena.
Kini justru keempat pria itu dibuat sedih melihat Helena menangis. "Dia sudah membuat hidupku menderita."
"Nggak akan. Meskipun harus mati, aku akan tetap melindungimu. Kau nyawaku!" sahut Clous penuh keyakinan. "Masuk, Helena."
Strike memandang ke arah Helena lagi. Dia harus mengeluarkan kata. Tapi harus bicara apa? Semua yang ingin dia katakan sudah diungkapkan oleh Clous.
"Aku tidak bunuh diri. Aku tidak depresi. Kau harus ingat itu. Aku masih waras!" sahut Helena. Wanita itu segera masuk ke dalam mobil yang dikemudikan oleh Strike. Clous segera menutup pintunya. Dia memandang Strike dan Jason bergantian.
"Well. Wanita di dalam mobil ini sedikit keras kepala dan angkuh. Sepertinya kita akan kerepotan menghadapinya. Satu hal lagi. Dia baru saja kehilangan pria yang sangat dicintainya. Helena memiliki segudang rencana untuk mati. Kita harus menjaganya dengan begitu teliti. Sekarang, ayo kita ke Meksiko. Kita lihat apa dia akan sembuh setelah puas membunuh Clara?"
Clous segera berjalan menuju ke mobil Helena. Pria itu masuk dan mengemudikannya. Membawanya menuju bandara tanpa permisi.
Strike memandang ke arah Jason sejenak. Pria itu juga segera masuk ke dalam mobil. Malam ini mereka akan berangkat ke Meksiko. Strike juga tidak mau Helena pergi berdua bersama Clous.
Jason masih berdiri di tempatnya dengan satu tangan di dalam saku. "Ben, kita ke Meksiko sekarang juga."
"Baik, Tuan. Akan saya atur," sahut Ben. Dua pria itu juga segera melajukan mobil mereka menuju ke bandara.
huufft moga aja yah pas sebelum ledakan dia berhasil loncat🙏
kenapa harus dirahasiakan dr helena
klo jason tdk seposesif robert
🫂🫂🫂helena km pasti bisa jgn menyerah dulu...tunggulah aberzio kembali