NovelToon NovelToon
LINTASAN KEDUA

LINTASAN KEDUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / SPYxFAMILY / Identitas Tersembunyi / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:21.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Warning!
Bagi yang berjantung lemah, tidak disarankan membaca buku penuh aksi laga dan baku tembak ini.

Sejak balapan berdarah itu, dunia mulai mengenal Aylin. Bukan sekadar pembalap jalanan berbakat, tapi sebagai keturunan intel legendaris yg pernah ditakuti di dunia terang & gelap. Lelaki yg menghilang membawa rahasia besar—formula dan bukti kejahatan yg diinginkan dua dunia sekaligus. Dan kini, hanya Aylin yg bisa membuka aksesnya.

Saat identitas Aylin terkuak, hidupnya berubah. Ia jadi target. Diburu oleh mereka yg ingin menguasai atau melenyapkannya. Dan di tengah badai itu, ia hanya bisa bergantung pada satu orang—suaminya, Akay.

Namun, bagaimana jika masa lalu keluarga Akay ternyata berperan dalam hilangnya kakek Aylin? Mampukah cinta mereka bertahan saat masa lalu kelam mulai menyeret mereka ke dlm lintasan berbahaya yg sama?

Aksi penuh adrenalin, intrik dunia bawah, dan cinta yg diuji.

Bersiaplah menembus "LINTASAN KEDUA"—tempat di mana cinta & bahaya berjalan beriringan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Dikuntit

Aylin berhenti di sebuah perumahan penduduk paling ujung. Setelah mengucap terima kasih pada driver ojek, ia berjalan kaki ke arah gudang tua yang tampak ditelan waktu. Catnya mengelupas, pintunya karatan, tapi di sinilah rahasia bertemu rahasia.

Langkahnya berhenti di tengah-tengah ruangan yang hening.

“Senja membakar api.”

Sebuah bayangan muncul dari balik tumpukan peti kayu. Sosok lelaki dengan rambut acak-acakan dan hoodie merah marun menyeringai.

“Malam ini lo tampan banget, Ratu.”

Aylin mendengus, suaranya rendah dan kesal.

“Cepetan. Gue gak punya waktu. Gue gak mau ketangkep laki gue lagi.”

Jek terkekeh. “Oh, Tante seksi udah ketangkep, ya? Aduh… seru banget hidup lo.”

“Jangan banyak bacot! Mana barangnya?”

Jek menahan senyum lalu mengeluarkan sepatu baru.

“Ukuran lo. Di solnya ada pisau. Ujungnya juga bisa nyayat. Cocok buat tendang dan kabur.”

Kemudian ia mengeluarkan sepasang anting kecil.

“Kalau lo banting ini… berdengung. Bikin telinga musuh budeg. Dan bisa ganggu sinyal.”

Ia menepuk kacamata bening di tangannya.

“Ini paling keren. Deteksi senjata tersembunyi, bisa motret, dan terhubung ke Mata Empat. Dia jagain lo dari balik layar.”

Lalu sebuah jam tangan kecil.

“Kompas. Juga alat komunikasi darurat.”

Aylin mengangguk cepat. “Tunjukin cara pakainya.”

Jek menunjukkan cara mengeluarkan pisau dari sepatu, lalu cara kerja jam tangan. Namun saat ia mengenakan kacamata itu dan memindai ke arah Aylin, tubuhnya menegang.

Mata Jek terbelalak.

“SIAL! ADA KAMERA DI BAJU LO!”

Tanpa pikir panjang, Jek mencabut pisau lipat kecil dari saku celananya. Dalam satu gerakan cepat, ia menyayat bagian dada hoodie Aylin. Kain itu sobek, memperlihatkan kamera kecil tersembunyi yang tertanam rapi di balik lapisan dalam.

Aylin membelalak. “GILA! Dari mana itu bisa nyangkut ke gue?!”

Dengan geram, Jek langsung menginjaknya. Retakan plastik dan denting logam menggema saat benda itu hancur jadi serpihan.

Jek menatapnya tajam, masih ngos-ngosan. “Gue gak tau! Tapi biasanya kamera kayak gni dipasang pas lo lagi gak sadar. Bisa jadi waktu lo ditabrak atau disenggol di jalan. Lo udah dikuntit, Ratu.”

Wajah Aylin memucat.

Jek mundur cepat, matanya waspada. Napasnya berat. “Kita harus cabut sekarang. Kalau mereka nemu kita di sini... kita tamat.”

Tapi sebelum Jek bisa bergerak lebih jauh…

“Udah telat.”

Sebuah suara berat bergema di gudang.

Langkah kaki berat bergema di antara kayu lapuk. Sosok pria dengan jas gelap dan wajah dingin muncul dari balik pintu samping.

Akay.

Matanya tajam menatap Aylin, tapi hanya sekilas. Tatapan berikutnya mengarah ke Jek—dingin, menilai, berbahaya.

“Jadi ini orangnya? Yang udah nyuplai perlengkapan buat istri gue diam-diam?”

Jek mundur dua langkah. “Eh, siapa lo? Jangan asal nuduh, ya. Gue cuma–”

“Lo cuma bantu istri gue bohongin gue. Gitu, 'kan?”

Aylin melangkah maju. “Akay, jangan. Dia gak ada urusan sama–”

“Diam, Aylin. Lo pikir gue sebodoh itu gak nyadar lo sering kabur dari pengawasan gue?"

Wajah Aylin memucat. Untuk pertama kalinya, ia merasa penyamarannya tidak lagi bisa menipunya.

"Apa lo tahu bahaya apa yang lo dekati? Apa lo ngerti, gue ngawasi lo bukan buat ngekang lo, tapi buat mastiin lo aman dan baik-baik aja.”

Akay mendekat ke Jek, suaranya serendah desis ular.

“Nama lo siapa?”

“Gue Jek. Tapi sumpah, gue cuma—”

DOR!

Tembakan melesat ke peti di samping Jek. Debu kayu beterbangan.

"AKAY!" Aylin berteriak panik.

Ia berdiri tegap di hadapan Akay, kedua tangannya terentang, tubuhnya menjadi tameng antara suaminya dan Jek.

“Jangan tembak dia.”

Suara Aylin datar, tapi sorot matanya keras. Ia tahu persis: satu gerakan salah, Jek bisa tamat di tempat. Akay bukan tipe pria yang hanya mengancam tanpa maksud.

“Dia nggak salah, Kay. Semua ini… ini keputusan gue. Jangan salahin dia.”

Jek menelan ludah, perlahan mundur menjauhi garis tembak. Akay tidak menurunkan pistolnya.

“Lo lebih milih ngebelain orang asing daripada suami lo sendiri?”

Aylin tak menjawab. Matanya tetap mengawasi Akay, bukan karena tak percaya… tapi karena tahu Akay sedang meledak di dalam.

“Bawa gue pulang,” bisiknya akhirnya. “Gue akan jelasin semuanya. Tapi jangan siksa orang ini karena kesalahan gue.”

Hening.

Beberapa detik kemudian, Akay menyelipkan pistolnya kembali ke pinggang. Rahangnya mengeras. Ia mendekati Aylin, menatapnya tajam. Bibirnya nyaris tak bergerak saat berucap:

“Jangan coba bohongin gue lagi, Ay.”

Aylin menoleh sebentar ke arah Jek. Tatapannya mengisyaratkan: jangan ikut, jangan hubungi gue duluan. Gue akan cari lo kalau perlu.

Kemudian ia berjalan mengikuti Akay keluar dari gudang tua. Angin malam menusuk kulit, tapi bukan itu yang membuat Aylin menggigil. Ia tahu, ini mungkin malam terakhir ia bisa berbohong.

***

Dalam mobil, suasana menegang seperti senar biola yang ditarik terlalu kencang. Tak ada yang bicara.

Aylin menatap jendela, melihat bayangan dirinya yang menyamar. Wig pria, kacamata tebal, hoodie gelap. Ia menekan napas panjang.

“Mulai besok, dia gak akan kasih gue ruang buat kabur…”

Ia tahu. Ini waktunya memutar otak. Waktunya memainkan kartu terakhirnya dengan hati-hati.

Beberapa menit kemudian

Hening menyelimuti lorong apartemen ketika pintu tertutup rapat di belakang mereka. Aylin belum sempat membuka suara, tapi Akay telah berbalik. Tubuhnya tegak, tatapan matanya tajam menusuk seperti pisau yang baru saja diasah.

“Katakan padaku…”

Suara Akay rendah. Dingin. Tapi justru karena itulah, Aylin bisa merasakan badai yang ditahan lelaki itu di balik dada. Hening sejenak menggantung, namun justru keheningan itulah yang membuat napasnya tercekat.

“Apa saja yang sudah kamu sembunyikan dariku, Ay? Apa yang terjadi di rumah nenekmu… sampai kau berubah seperti ini?”

Aylin menunduk. Jemarinya menggenggam ujung hoodie seerat mungkin, berusaha menahan getar tubuhnya. Tapi jemarinya tak bisa berbohong. Ia gemetar. Hatinya pun begitu.

“Dan liontin itu…” suara Akay mulai bergetar. “Itu liontin dari kakekmu, bukan? Kenapa kamu tak pernah cerita? Kenapa kamu terus berbohong? Jangan… jangan bohongi aku lagi, Ay.”

Aylin seketika menegang.

"Dia tahu..."

Suhu tubuhnya turun drastis. Seolah rahasia yang dikuburnya rapat-rapat kini menganga di hadapannya.

Langkah Akay mendekat. Tapi tidak seperti biasanya. Sorot matanya bukan sekadar curiga. Ia nyaris putus asa.

“Aku suamimu, Ay... Aku bertanggung jawab atas dirimu. Aku sudah bersumpah di hadapan Tuhan dan berjanji pada Nenek Ros, akan menjagamu sampai akhir napasku. Dan itu juga sumpahku pada diriku sendiri.”

Kata-katanya menembus pertahanan Aylin yang selama ini ia bangun dengan susah payah. Ada sesuatu di dadanya yang runtuh—suara itu terlalu jujur, terlalu penuh luka, terlalu nyata.

Akay menghela napas, berat dan tersendat, seolah menyimpan air mata yang tak bisa jatuh.

“Jangan buat aku tak bisa memaafkan diriku sendiri… karena aku gagal menjagamu… karena kau menyembunyikan rahasia yang bisa membahayakan nyawamu.”

Tangannya mengepal. Getarannya nyaris terasa di udara.

“Kau tahu betapa takutnya aku di lintasan waktu itu? Saat kau bertaruh nyawa dan hampir tak kembali?”

Aylin menutup mulutnya dengan tangan. Matanya mulai buram oleh air mata. "Dia benar-benar takut... karena aku."

Akay menatapnya—bukan sebagai pria yang marah, tapi sebagai seseorang yang telah menyaksikan separuh jiwanya hampir menghilang.

“Aku hampir kehilanganmu, Ay. Aku hampir gila karenamu.”

“Aku tak tahu seberapa besar kau mencintaiku… tapi aku mencintaimu dengan segenap napas dan nyawaku.”

Aylin berdiri membatu. Napasnya terputus-putus. Ada begitu banyak kata yang ingin ia ucapkan, tapi tak satu pun bisa lolos dari tenggorokannya.

Air mata menetes satu per satu, diam-diam, lalu jatuh begitu saja. Ia menatap Akay seolah baru menyadari luka yang telah ia gores di hati lelaki itu.

“Aku… bukan sengaja menyembunyikannya…”

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
abimasta
waaauuu kereenn thor
Fadillah Ahmad
Mudah-Mudahan Bisa Lolos 80 Bab Terbaik Ya Kak Nana. 🙏🙏🙏 Aku Sangat Berharap Loh Kak. 😁😁😁 Dan Kalau Rezeki Syukur-Syukur Msnang Lomba Juga Kak Nana. Aminn.
🌠Naπa Kiarra🍁: Aamiin.🤗🙏🙏🙏
total 1 replies
Mrs.Riozelino Fernandez
tak bersisa...
Mrs.Riozelino Fernandez
o'ow... 😳😳😳😳
Puji Hastuti
Aylin and the genk /Good//Good/
asih
👍👍👍👍👍 bacanya sampi tegang
Puji Hastuti
Kerreeeennn
syisya
👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼 gak bisa berkata" lagi thor
Anonim
Akay keren juga ya punya anak buah yang siap melindungi Bos nya.
Jantung masih aman niihhh..... bacanya sambil nahan nafas wkwkwk
Lilik Aulia
seru banget semangat thor
Mrs.Riozelino Fernandez
itu ternyata 😅😅😅
Mrs.Riozelino Fernandez
😳😳😳😳😳😳
Anonim
waduuuuuhhhh peluru Akay habis jadi semakin m e n e g a ng kan
Hanima
👍👍
Linda Setyo
👍👍👍
Linda Setyo: 🤲amin...
🌠Naπa Kiarra🍁: Aku ikut prihatin, Kak. Semoga cepat pulih dan jaga kesehatan, ya!"
total 4 replies
Anonim
waaahhh Akay cara boncengnya benar-benar membahayakan jiwa ragamu ya.....
Anonim
keren nih othor....
benar-benar mencekam membaca serasa ikut menghindar dari kejaran musuh wkwkwk...dan ikut mensupport Aylin dan Akay untuk menggeber motornya semakin kencang namun tetap waspada demi formula untuk keselamatan banyak orang
Fadillah Ahmad
Sudah Aku Duga,kak Nana Lebih Hebat Membuat Cerita Mafia,ketgangannya dapat Sekali. Semangat Kak Nana...
sum mia
dag dig dug... dag dig dug ... dan tiba-tiba harus berhenti karena to be continued .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Fadillah Ahmad
Lanjutkan Kak Nana, Ceritanya Seru Kak Nana, Semangat Kak Nana. Ayo Aylin Akay,maju Terus Pantang Mundur. Sekali Maju Jangan Pernah Menoleh Lagi Ke Belakang Aylin Akay. Selesaikan Apa Yang Telah Menjadi Keputusan Kalian. Semoga Setelah Misi Ini Dunia akan Damai Kembali. 🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!