Kisah cinta 3 karakter dari dua insan sejoli berbeda latar belakang sosial antara Kemal dengan Safitri.
Kemal adalah pribadi yang sinis, kejam, acuh dan tak punya hati, tapi sejak kejadian sang Mama, Kemal memiliki trauma akut yang membuat dia selalu dihantui mimpi buruk dan keesokan harinya Kemal berubah menjadi Rico yang memiliki kepribadian hangat, sabar, suka menolong serta romantis 180 derajat berbeda dengan sifat Kemal dalam dirinya.
Safitri yang terjebak pernikahan bohong dengan Kemal demi melunasi hutang mendiang ayahnya di buat bingung dengan kepribadian ganda yang di miliki Kemal.
Mampukah Safitri terus bertahan di samping pribadi Kemal yang kejam juga dingin dan Rico yang hangat penuh cinta untuknya
.
Yuk baca cerita komedi romantis receh kedua ku reader kesayangan. Jan lupa jadiin favorit ya Kaka"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Bukan Pengemis
Memasuki kehidupan baru di keluarga Kemal dengan latar belakang berbeda dan juga segala fasilitas yang bertolak belakang 180 derajat dengan kehidupannya, tidak membuat Safitri merasa seperti mendapat durian runtuh.
Safitri di tempat kan di salah satu kamar yang ada di samping rumah utama, tepatnya di Paviliun, sebuah rumah kecil di sebelah bangunan utama.
Bangunan paviliun ini tidak menyatu dengan rumah utama dan dibangun di area taman dengan diberikan jarak dari rumah utama. Begitu memasuki paviliun suasana romantis langsung terasa dengan beberapa lampu hias bercahaya temaram yang di pasang di beberapa sudut ruangan.
"Nyonya silahkan istirahat di sini, kalau ada apa-apa tinggal pencet bell ini nanti akan ada seseorang yang datang untuk membantu anda." ucap Ismail terdengar formal.
Mendapat perlakuan seperti itu membuat Safitri merasa risih dan juga tidak enak karena melihat usia Ismail yang lebih tua darinya.
"Kang, punten atuh. Bisa nggak ya kalau ngomong jangan terlalu pormal kayak gitu." pinta Safitri sungkan.
Mata Ismail melirik ke beberapa sudut ruangan lalu dia sedikit mendekat ke arah Safitri.
"Maaf Neng nggak bisa, banyak CCTV on," bisik Ismail lalu kembali menjauh dari Safitri.
"Ohh."
"Apa masih ada yang anda butuhkan nyonya?" tanya Ismail memastikan.
Safitri menjawab dengan gelengan kepala.
"Kalau sudah tidak ada saya permisi." pamit Ismail lalu keluar meninggalkan Safitri di paviliun sendiri.
Pandangan Safitri menyapu setiap sudut ruang yang lumayan luas, kakinya mulai melangkah menyusuri tiap jengkal lantai paviliun. Manik matanya memperhatikan satu persatu barang-barang mewah yang ada dan tertata rapi di ruangan itu.
Safitri meletakkan tas pakaian lusuhnya di atas sofa lalu dia mendudukkan bokongnya di situ, menarik tubuhnya bersandar di kursi sambil menatap langit di kamar paviliun.
"Mak, Fitri janji akan mencari uang buat mencukupi semua kebutuhan emak Dan juga adik-adik. Nanti kalau Fitri sudah dapat kerja dan punya gaji pasti akan kirim ke emak biar emak dan adik-adik nggak kekurangan." monolog nya.
"Fitri nggak tau Fitri nanti ke depannya seperti apa dan bagaimana dengan pernikahan ini, tapi yang fitri inginkan cuma satu untuk bisa mendapatkan uang agar Mak dan adik-adik gak kekurangan." kembali Safitri berbicara sendiri menguatkan hatinya.
"Krucukkk" rasa perih sekaligus datang bersamaan bunyi perutnya.
"Laper." gumam nya.
Bagaimana tidak lapar? Sejak perjalanan dari rumah sampai sekarang Safitri tidak menelan apapun bahkan air minum, ibaratnya seperti orang yang sedang berpuasa seharian. Selera makannya tidak ada tapi perutnya seperti menagih untuk diisi sebagai kebutuhan fisiknya.
"Masa tamu minta makan? ulah ahh ...era meren." ucap nya mendebat diri sendiri.
"Krucukkk." kembali perut Safitri berbunyi membuat dia memegangi perutnya untuk menahan lapar.
"Iihh, Ini mah perut minta benar-benar diisi nggak bisa diajak kompromi." keluh Safitri lalu beranjak dari duduknya.
Safitri berjalan menyusuri tiap sudut ruangan yang tidak terlalu luas, langkah kakinya berhenti tepat di depan sebuah dapur mini yang ada di ruangan itu. dan betapa senang manik matanya saat menangkap kran cucian piring yang ada di wastafel.
"Alhamdulillah, ada rezeki." girang Safitri lalu mempercepat langkah kakinya menuju kran air wastafel.
Safitri memutar kran air tapi tidak bisa di putar.
"Lah, kok gak bisa di putar?" wajah Safitri tampak bingung.
Tangan Safitri mengutak-atik keran air sambil berpikir bagaimana cara menjalankan kran air ini. Lalu telapak tangan kanannya memukul pipa kucuran air dan seketika air mengalir.
"Hehehe ternyata ieu cara muka keran( Hehehe ternyata begini cara buka kran)" ucap Safitri sambil terkekeh.
Begitu air mengalir Safitri rapatkan kedua telapak tangannya saling menumpuk membentuk wadah untuk menampung air dan kemudian meminumnya.
"Bismillahirohmanirohim." doanya sebelum meminum air keran untuk mengisi perutnya yang haus dan juga lapar.
Beberapa kali Safitri meneguk air yang dia tampung dari kran hingga dahaga pun hilang dan kini perutnya terasa penuh.
"Alhamdulillah kenyang biarpun cuma sama air." ucap Safitri terdengar miris.
Safitri merebahkan tubuhnya di atas sofa, sorot matanya menerawang kosong menatap langit-langit kamar seperti hati dan pikirannya yang kosong tidak ada satupun saat ini yang dia pikirkan.
Rasa lelah sejak kematian sang ayah secara fisik dan rohaninya membuat Safitri tak terasa dengan mudah tiba-tiba terlelap tidur dalam mimpi panjangnya tanpa sebait doa seperti biasa..
***
Sayup-sayup terdengar suara adzan mengalun lembut menyusupi indra pendengaran Safitri hingga membuatnya terbangun dan membuka kelopak matanya.
"Astagfirullah, ternyata ini bukan mimpi?" ada rasa kecewa saat dia mengucapkan kata-kata itu.
Krucukkk.
Kembali perut Safitri menagih minta diisi kali ini rasa perih itu semakin membuat Safitri tidak kuat menahannya. Begitu beranjak dari sofa tempat dia tertidur semalaman, Safitri melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang ada di paviliun itu yang masih berada dalam satu ruangan.
15 menit kemudian dia keluar dari kamar mandi dalam keadaan segar membalut tubuhnya dengan handuk yang sudah dipersiapkan di kamar mandi.
"Alhamdulillah segeran." ucapnya begitu keluar dari kamar mandi.
Setelah berpakaian rapi dan sholat subuh
Safitri merapikan rambutnya yang panjang dengan mengepang samping. Safitri lalu keluar dari paviliun berjalan di jalan setapak menyusuri taman yang begitu cantik.
"Krucukkk."
Bunyi itu semakin sering terdengar begitu juga rasa perih akibat belum ada asupan makan yang masuk. Mata Safitri menatap bangunan rumah mewah yang ada di depan.
"Kalau aku malu aku harus menahan lapar ini entah sampai kapan, jadi lebih baik aku buang rasa maluku. Aku harus kuat. Mak , Ayu dan Indah mereka membutuhkanku. Jadi buat apa aku harus malu jika nantinya aku mati kelaparan di sini." monolog Safitriq.
Dengan langkah yakin Safitri menyusuri jalan setapak yang menghubungkan ke rumah utama. Tujuannya adalah satu, mencari makanan agar dia bisa bertahan hidup dan kuat menghadapi kenyataan.
"Cari siapa?" suara perempuan judes yang tiba-tiba mengagetkan Safitri saat ia mengintip pintu rumah bagian samping yang tepat berada di sebelah ruang makan.
Safitri langsung berdiri tegak, lalu dengan tenang dan menyungging sedikit senyum tipis dia menjawab.
"Saya bukan mau cari siapa-siapa, saya cuman mau cari makanan karena perut saya lapar." jawab Safitri apa adanya.
Wanita berambut cepak berusia 25 an dengan baju seragam pelayan langsung mendelik ke arah Safitri mendengar jawabannya.
"Kamu maling ya?" tanya pelayan itu ketus menatap Saputri tajam.
Safitri diam tak menjawab, tubuhnya terlalu lemah untuk melayani tuduhan si pelayan.
"Saya bukan maling. Saya hanya lapar. beri saya apa saja yang bisa saya makan mbak." kembali Safitri meminta dengan suara lemah.
"Dasar pengemis gak punya malu, masih terlalu pagi kamu ngemis, mana masih muda lagi. Pergi sana bikin sial aja rumah ini!" hardik pelayan itu sambil melotot dan mencibir.
Safitri menelan ludahnya dengan nafas yang sedikit berat karena tubuhnya yang lemah.
"Saya lapar, saya cuma mau minta makan mbak." keluh Safitri mengiba.
"Heh! Denger nasehat gue. Lo tuh cantik, daripada lu jadi pengemis mendingan lu jadi aja pelacur gue yakin dengan tampang Lo gak sulit kok dapat uang dengan mudah!" ujar si pelayan menghina.
"MIMi! A** KOE!!" teriak suara lantang pria dari belakang si pelayan membuat si pelayan ntar hanya kaget langsung berdiri tegap dengan mata melotot tampak ketakutan.
To be continued........
secara kn Bastian semalam abis makan masakannya Fitri..
hmm.. smoga baik² aja