Dilarang Boom Like !!!
Zulaikha Al-Maira. Wanita yang sudah berstatus seorang istri itu harus terpaksa menelan pil pahit kebohongan dan pengkhianatan.
Awalnya, Zulaikha mengira kalau pernikahannya baik-baik saja, tapi semua berubah saat dia mendapati kebenaran tentang pernikahan pertama suaminya.
Zulaikha merasa hancur, dia tidak terima dan memilih untuk pergi dari sisi suaminya.
Zulaikha pergi dan memilih untuk melupakan semua hal tentang suaminya, tapi saat dia ingin memulai. Tiba-tiba, sang suami datang dan kembali mengejar cintanya.
Bagaimanakah kisah Zulaikha selanjutnya ?
Akankah Zulaikha kembali pada suaminya, atau malah membuka lembaran baru dalam hidupnya ?
Ikuti perjalanan cinta Zulaikha yang penuh dengan perjuangan dan air mata.
Follow IG Author ayu.andila 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 15. Bercerailah, Mbak!
Hening, itulah yang terjadi di kamar itu setelah Syifa mengingatkan mereka pada sosok lelaki yang gagah dan baik hati. Dialah Almarhum Hendra Riady, seorang pria yang ramah dan suka menolong orang lain.
"aku mengerti kalau sebenarnya niat kalian sangat baik, tapi bukan berarti apa yang kalian lakukan itu benar. Baik menurut kalian, belum tentu baik untuk orang lain!"
Sekali lagi, Syifa mengucapkan kata-kata yang menohok hati Defin dan kedua orangtuanya, bahkan Zulaikha tidak menyangka kalau sang adik bisa berkata seperti itu pada orang lain.
Syifa kemudian mengusap air mata yang masih membekas diwajahnya sembari melangkah mendekati sang kakak.
"ayo Mbak, kita pulang!" ajaknya sambil menahan tubuh sang kakak yang lemas. Zulaikha menatap sendu pada sang adik, hatinya benar-benar menyesal karna masalah rumah tangganya membuat Syifa menangis seperti itu.
"tunggu, tunggu Nak!" Ayah Rasyid yang sejak tadi diam mulai angkat bicara, dia menahan langkah Zulaikha dan Syifa yang hampir mencapai pintu.
"tunggu sebentar Nak, kami-kami tidak bermaksud untuk menyakiti kalian seperti ini! kami benar-benar tulus menyayangi dan mencintai kalian," ucap Ayah Rasyid, sementara Defin hanya diam seribu bahasa.
Zulaikha menarik napas panjang, dia menepuk tangan sang adik yang sudah akan membuka mulutnya untuk menimpali ucapan Ayah Rasyid.
"Ayah, kami tau kalau selama ini Ayah dan Ibu benar-benar tulus menyayangi kami. Kami sangat berterima kasih atas semuanya. Dan-"
Zulaikha menjeda ucapannya dan melirik ke arah Defin yang juga sedang menatapnya, "Dan juga untuk Mas Defin, terima kasih karna sudah memperlakukanku dengan baik,"
Syifa merasa sangat tidak setuju dengan apa yang Zulaikha katakan, perilaku baik mereka tidak bisa membenarkan perbuatan yang telah mereka lakukan.
"Nak, kami mohon maafkanlah kami. Kami tidak menyangka kalau keputusan kami telah menghancurkan hidupmu, tolong maafkan kami." Ayah Rasyid menangkupkan kedua tangannya di depan dada untuk meminta maaf atas apa yang telah terjadi.
"tidak Ayah! Ayah tidak perlu meminta maaf, semuanya sudah terjadi, dan tidak ada yang bersalah dalam hal ini. Kalian hanya mengabulkan keinginan Ayahku dengan menikahkanku dan Mas Defin,"
"yang salah hanyalah harapanku, harapan yang ku lambungkan dengan tinggi. Harapan yang setiap hari aku pupuk hingga tumbuh berseri, harapan yang selalu aku tunggu dan perjuangkan. Tanpa aku tau, kalau harapan itu ternyata sebuah racun yang berhasil mematikan hatiku,"
Zulaikha berujar dengan sangat lembut, dan berhasil menyentuh hati mereka yang mendengarnya.
Kemudian mereka berdua pamit tanpa dicegah lagi oleh siapa pun, Syifa menuntun tubuh sang kakak yang masih lemah ke dalam mobil.
Sepeninggalan mereka, Ibu Diana semakin mengeraskan tangisannya. Dia benar-benar diselimuti oleh rasa bersalah yang teramat dalam, keegoisannya untuk menikahkan mereka ternyata membawa kehancuran bagi kehidupan orang lain.
Ibu Diana berpikir kalau Defin akan mencintai Zulaikha seiring berjalannya waktu, dan tidak akan lagi berhubungan dengan wanita lain. Namun, semua yang ada dalam pikirannya ternyata salah, yang terjadi malah kehancuran rumah tangga Zulaikha dan putranya.
"puas! puas kau Defin!" teriak Ibu Diana dengan sorot mata tajam pada sang putra.
"Puas kau telah menghancurkan rumah tanggamu? hah!" Ibu Diana memegangi dadanya yang terasa sesak.
"Ibu benar-benar kecewa padamu Defin! kau benar-benar manusia yang tidak punya perasaan!"
"Kenapa Ibu menyalahkanku? bukannya dari awal aku memang tidak mau menikah dengannya! Ibu dan Ayahkan yang memaksa, dan sekarang kenapa aku yang disalahkan!"
Defin meninggalkan kedua orangtuanya dengan perasaan kesal, dia berjalan terus ke tempat mobilnya berada. Sementara Ibu Diana semakin terisak dalam pelukan sang suami, dia benar-benar merasa berdosa karna telah mendzholimi menantunya sendiri.
Zulaikha dan Syifa saat ini sudah berada dirumah, Syifa membuatkan teh hangat untuk sang kakak yang sedang istirahat di dalam kamar.
"kok kau lama banget sih fa? tadi aku kewalahan nglayani pelanggan!" seru Sita yang baru masuk ke dalam dapur.
"cuma sebentar juga, palingan setengah jam," cibir Syifa sembari mengaduk teh agar gulanya mencair.
"setengah jam kepalamu!" dengus Sita sembari mencebikkan bibirnya, kakinya terasa hampir putus karna kewalahan melayani pembeli.
Namun, Syifa merasa tidak peduli. Dia membawa secangkir teh itu menuju kamar sang kakak.
"tunggu!" suara Sita menghentikan langkah kaki Syifa yang saat ini sudah berjarak beberapa meter darinya, Sita kemudian berjalan ke hadapan wanita itu dan melihat mata Syifa yang bengkak seperti biji kenari.
"kenapa matamu? kau habis menangis?" tanya Sita yang langsung memegang wajah Syifa, dia menggoyangkan wajah wanita itu ke kanan dan ke kiri.
"lepas! apa-apaan sih kau ini!" geram Syifa, dia sampai ingin menyiram teh panas itu ke wajah temannya.
"katakan! siapa yang membuatmu menangis?" tanya Sita dengan nada mendesak.
Syifa yang sudah akan membuka mulut terhalang karna ada seseorang yang memanggil untuk membeli bunga, sontak Sita langsung berlari untuk melayani pembeli sedangkan Syifa beralih melanjutkan langkahnya menuju kamar.
Zulaikha yang saat ini sedang tiduran hanya menatap langit-langit kamar, pikirannya kembali teringat tentang kejadian yang baru saja dia alami.
Sungguh tragis, rumah tangga yang dia kira akan berjalan bahagia justru jatuh ke dalam sebuah jurang yang sangat dalam. Di mana dalam jurang tersebut, terkuak sebuah rahasia besar yang berhasil meluluh lantakkan perasaan dan hidupnya.
"Mbak!" suara Syifa mengagetkan Zulaikha yang sedang melamun, dia lalu beralih melihat ke arah sang adik yang sedang memegang secangkir minuman.
"ini Mbak! teh khusus untuk wanita paling istimewa di dunia ini," seru Syifa sembari menyerahkan teh yang dia bawa saat melihat sang kakak sudah duduk.
Zulaikha hanya tersenyum simpul mendengar ucapan adiknya, dia lalu mengambil teh itu dan meminumnya dengan ucapan basmalah.
"eem enak," seru Zulaikha setelah menyeruput teh buatan sang adik.
"jelas dong, siapa dulu yang buat!" ucap Syifa bangga sembari membusungkan dada.
Mereka lalu tertawa bersama karna kelucuan yang terjadi, tapi sejurus kemudian tawa itu lenyap dan berganti dengan kesunyian.
"Mbak, apa aku boleh bertanya sesuatu?" ucap Syifa dengan ragu, dia takut membuat sang kakak kembali bersedih.
"sejak kapan sih, adikku ini pamit dulu kalau mau nanyak?" celetuk Zulaikha, dia mencoba untuk menghangatkan suasana yang tiba-tiba menjadi sendu.
Syifa tersenyum lebar saat mendengar ocehan sang kakak, "apa-apa Mbak masih ingin melanjutkan pernikahan Mbak?" wajah sendu Syifa jelas terlihat dimata Zulaikha.
"kenapa dik? apa kau yang mau melanjutkannya?" goda Zulaikha membuat Syifa langsung mencubit lengan sang kakak yang jahil itu.
"yang benar aja dong kak!" cibirnya dengan bibir yang sudah maju beberapa senti.
"Haha baiklah-baiklah." Zulaikha tertawa melihat wajah kesal sang adik.
"Mbak gak tau dik, Mbak gak tau harus bagaimana sekarang!" lirihnya dengan helaan napas yang terdengar berat.
"Mbak harus bercerai dengannya Mbak! dia tidak pantas untuk wanita seperti Mbak!" ucap Syifa dengan penuh penekanan, dia tidak mau lagi melihat sang kakak menderita.
Helaan napas Zulaikha terdengar semakin berat, memang itulah akhir dari kisah rumah tangganya yang harus berakhir dengan perceraian.
"Mbak akan segera-"
"bisa kita bicara sebentar!" tiba-tiba suara baritone seseorang mengagetkan mereka yang sedang membahas tentang perceraian.
•
•
•
TBC.
Terima kasih buat yang udah baca 😘
intinya goblok.
untung ridwan pria tegas!