Bagaimana rasanya jika tiba tiba-tiba kamu harus menikah dengan pria yang 10 tahun lebih tua darimu?
Seharusnya tidak masalah, bukan?
Tapi bagaimana jika pria itu adalah kakak sepupumu sendiri yang tumbuh bersama denganmu?
Seharusnya itu juga tidak masalah.
Tapi, bagaimana jika dia adalah tunangan kakakmu yg telah menjalin kasih dengan kakakmu selama 8 tahun?
Masih mau?
Elnaz Mikayla tidak punya pilihan selain harus menerima pernikahan dengan sepupunya sekilagus tunangan kakaknya sendiri.
Bagaiamana bisa?
Apa yang terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 15 - Bukan Pelarian
Tamparan yg menggambarkan kemarahan dan kecemburuan itu mendarat sangat sempurna di pipi kiri Elnaz, membuat Elnaz seketika meneteskan air mata. Arfan pun tak kalah terkejut nya dan ia langsung menarik kembali tubuh Elnaz dan memeluk nya. Ia menatap tajam Elsa, tatapan begitu tajam menggambarkan kemarahan, kekecewaan dan kebencian.
Sementara Elsa, ia sendiri tampak terkejut dengan apa yg sudah ia lakukan. Ia menatap nanar tangan yg telah menampar adik nya.
"Dek, maafin kakak..." lirih Elsa dan ia melangkah maju namun Arfan seketika membawa Elnaz melangkah mundur.
"Jangan berani mendekati istri ku!" desis Arfan tajam, tatapan nya seolah ingin membunuh Elsa saat ini "Wanita macam apa kamu yg berani masuk ke kamar pria yg sudah bersistri, dimana etika mu sebagai orang asing, huh?" ia masih mendesis tajam. Bahkan Arfan berbicara dengan menyatukan gigi gigi nya, menahan amarah yg membuncah karena apa yg Elsa lakukan pada Elnaz nya.
Sementara Elnaz masih menangis tersedu sedu di pelukan suami nya, tak pernah sekalipun ia mendapatkan tamparan seumur hidup nya.
Elsa sendiri meneteskan air mata, dan ia tampak menyesal "Aku tidak sengaja, Fan. Aku minta maaf..." lirih nya.
"Keluar!!!" titah Arfan namun Elsa menggeleng, ia berusaha menggapai Elnaz namun Arfan menjauhkan nya. Seolah Elsa adalah penyakit yg berbahaya bagi Elnaz "Keluar sebelum aku menyeret mu!!!" Arfan setengah berteriak dan itu mengundang perhatian ibu nya yg di luar.
Ia pun segera menghampiri mereka "Ada apa?" tanya Yuni.
"Seret dia keluar!!" pinta Arfan pada Yuni yg tentu saja membuat Yuni terbelalak kaget.
"Apa apaan kamu, Fan? Elsa datang dengan niat baik, dia cuma mau memberikan kue untuk mu dan Elnaz" seru sang ibu kesal.
"Tapi tamparan yg dia berikan pada Elnaz dan itu tidak akan pernah termaafkan" tegas Arfan yg membuat hati Elsa semakin remuk.
Arfan sangat membenci nya karena Elsa meninggalkan nya dan sekarang Arfan semakin membenci nya karena ia telah menampar Elnaz di depan mata kepala Arfan sendiri.
"Fan, please... Aku tahu kamu marah sama aku, mungkin...Mungkin kamu cuma menjadikan Elnaz pelarian kan? Kamu cuma memanfaatkan Elnaz untuk membalas sakit hati mu sama aku kan? Kamu cuma manfaatin dia untuk membuat ku cemburu kan?"
"Elsa!!!!"
Arfan sudah mengangkat tangan nya ke udara hendak melayangkan tamparan pada Elsa agar membungkam mulut nya yg berbicara sembarangan itu. Namun dengan cepat Elnaz menahan tangan Arfan.
Masih dengan berderai air mata, Elnaz menatap nanar Arfan. Bibir nye bergetar karena tangis yg tak kian mereda.
"Apa itu benar?" lirih Elnaz yg seketika membuat hati Arfan seperti tertusuk pedang. Sakit, perih.
"Sayang, Princess... Itu tidak benar" jawab Arfan dengan suara lirih. Ia menangkup pipi Elnaz dan menghapus air matanya nya dengan lembut "Aku tidak memanfaatkan mu, Sayang. Aku juga tidak menjadikan mu pelarian" Arfan berkata dengan begitu serius sembari menatap Elnaz begitu dalam. Berharap Elnaz percaya pada ucapannya.
Namun Elnaz menggeleng, ia melangkah menjauh dari Arfan dan hal itu malah membuat dada Arfan terasa sesak.
"Kamu cuma menjadikan ku pelarian, memanfaatkan ku untuk membuat Kak Elsa cemburu. Memanfaatkan ku untuk membalas sakit hati mu pada Kak Elsa, iya kan?" tuduh Elnaz dengan suara bergetar dan tangis yg semakin menjadi. Arfan menggeleng, menolak semua tuduhan itu.
"Aku adik mu, bagaimana bisa kamu se tega itu?"
Lirih nya lagi yg membuat hati Arfan semakin dan semakin sakit.
Kamu, Elnaz tak pernah mengucapkan kata kamu pada Arfan dan sekarang dia bahkan enggan mengucapkan kata kakak, Elnaz pasti sedang sangat marah.
"Itu tidak benar, Elnaz, Sayang. Demi tuhan, itu tidak benar" lirih Arfan.
Namun Elnaz enggan mendengarkan jawaban Arfan. Ia berlari keluar dari kamar yg terasa begitu menyesakan itu.
Sementara Arfan, kini ia menatap tajam Elsa yg juga masih menangis.
"Siapa kau berani ikut campur dalam rumah tangga ku, huh?" desis Arfan sembari menunjuk tepat di depan wajah Elsa "Kamu engga lebih dari mantan tunangan ku yg tidak memiliki hak apapun dalam hidupku, kita tidak memiliki hubungan apapun selain hubungan sepupu ini, Elsa. Bahkan seandainya bisa, aku ingin sekali mengakhiri hubungan darah ini dengan mu"
Semakin hancur hati Elsa mendengar ucapan Arfan, sebegitu marahkan Arfan pada nya?
"Pengkhianatan mu pada ku bisa termaafkan, Elsa. Tapi cara mu menyakiti istri ku, tidak akan pernah termaafkan. Sekarang keluar dari kamar kami!"
Elsa hanya bisa membisu dengan wajah yg sudah banjir air mata. Perlahan ia melangkah mundur sebelum akhirnya ia juga berlari pulang.
"Seharusnya kamu tidak boleh berbicara seperti itu pada Elsa, Fan. Maklum dia marah, dia sangat mencintai mu" seru Yuni yg sejak tadi hanya menjadi penonton.
"Mama juga boleh keluar dari kamar ku" ucap Arfan dingin yg membuat Yuni menggeram tertahan dan ia segera keluar dari kamar anak nya itu.
.........
Elnaz berjalan tanpa arah, hati nya sakit, jiwa nya tergoncang dan hidup nya? Mungkin hidupnya sudah hancur.
Air mata terus membanjiri pipi mulus nya dan tak mau berhenti meskipun ia sudah menghapus nya lagi dan lagi.
"Kenapa harus aku, Tuhan? Apa salah ku? Aku sayang sama Kak Elsa, Kak Arfan. Tapi kenapa mereka terus saja menyakiti ku?" lirih nya di tengah isak tangis nya.
Suara klakson motor membuat Elnaz terkejut dan saat mendengar suara Andy memanggil nya, dengan cepat Elnaz menghapus air matanya.
"El..."
"Ya?" Elnaz menoleh dan Andy terlihat terkejut melihat wajah sembab Elnaz.
"Kamu nangis, El? Ada apa?" tanya Andy sembari turun dari motor nya. Elnaz hanya menggeleng dan memaksakan bibir nya tersenyum.
"Aku sudah tahu apa yg terjadi, Mama sudah cerita sama aku. Kamu yg menikah sama Arfan ya?" tanya Andy memastikan dan Elnaz tersenyum kecut sembari mengangguk pelan.
"Mama mu pasti mengira aku merebut Kak Arfan dari Kak Elsa ya? Atau mengira aku selingkuhan Kak Arfan? Para tetangga menganggap ku begitu" ucap Elnaz lirih dan Andy menggeleng.
"Tidak sama sekali, El Justru Mama sangat penasaran sebenarnya apa yg terjadi dengan Elsa dan Arfan. Malah saking penasaran nya, Mama sampai nyuruh aku tanya langsung ke kamu. Biasa lah, jiwa emak emak kopo. Tapi Mama tidak mau berasumsi sendiri. Maka nya aku di suruh tanya langsung"
"Ceritanya singkat tapi menyakitkan" jawab Elnaz sembari berjalan. Andy pun mengikuti nya sembari menuntun sepeda motor nya.
Mereka berjalan pelan pelan dan Elnaz jujur dengan apa yg terjadi. Setidaknya masih ada orang yg ingin tahu kebenaran nya dan bukan menghakimi Elnaz.
Andy yg mendengar nya pun begitu terkejut dan tak percaya.
"Ini gila, El... Bagaimana bisa" komentar nya setelah mendengar semua cerita Elnaz dan Elnaz hanya mengedikan bahu.
"Yg nama nya jodoh memang rahasia Allah dan benar benar kejutan ya, tidak bisa di tebak sama sekali" lanjut nya.
"Jodoh?" tanya Elnaz dan Andy dengan cepat mengangguk "Apa menurut mu aku jodoh Kak Arfan?"
"Bisa jadi, buktinya kalian menikah. Sudah menjadi suami istri, padahal yg pacaran dan tunangan sama Arfan kan Elsa. Eh menikah nya malah sama Elnaz, apa lagi nama nya kalau bukan jodoh"
Elnaz hanya tertawa hambar mendengar ucapan Andy, mereka pun hendak kembali berjalan namun tiba tiba mobil Arfan datang, di susul dengan Arfan yg segera turun dari mobil dan menghampiri Elnaz.
"El, ayo kita pulang" ucap Arfan lembut namun Elnaz menggeleng tegas dan ia enggan menatap Arfan. Arfan menghela nafas berat, dan kemudian ia malah langsung mengangkat tubuh Elnaz seperti sekarung beras membuat Elnaz terpekik kaget, Arfan memasukan nya ke dalam mobil dan bahkan memasangkan seat belt nya.
Ia sendiri segera menyusul masuk dan langsung kembali menjalankan mobil.
Andy yg melihat itu hanya melongo kemudian geleng geleng kepala.
"Sungguh dunia ini adalah panggung sandiwara "
klu sodara sedarah pasti gitu, biar katanya kita benci, tapi tetep aja masih perduli n sayang di lubuk hati yg paling dalam sekalipun 🥹