Bukan novel Plagiat! Kalau ditemukan isi(Alur, nama tokoh, seting tempat, waktu, sudut pandang) cerita sama dengan yang lain, silahkan report karya ini, namun kalau tuduhan itu tidak terbukti, saya yang akan balik mereport anda, seperti itu😊
Berdasarkan kisah seorang teman ditambah dengan bumbu-bumbu halu. Nama dan profesi disamarkan. Sebut saja namanya Lia, dia datang ke kota untuk mencari kerja, sampailah dia bertemu dengan Sera, yang menawarkannya untuk bekerja menjadi pengasuh anaknya, dan inilah kisahnya.
Awalnya kupikir rumah tangga yang aku jalani dengan Mas Haris selama tiga tahun ini baik-baik saja. Tapi ternyata aku salah, saat itu aku tidak sengaja membuka pesan mesra yang dikirimkan suamiku untuk wanita lain, aku bertanya-tanya, siapa wanita itu? Mungkinkah Mas Haris cuma bercanda dengan rekan kerjanya?
Tapi ternyata orang ketiga itu adalah orang terdekatku, orang yang tinggal satu atap denganku, orang yang aku perlakukan dengan baik, ternyata dia orang ketiga di dalam rumah tanggaku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon violla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mama mertua
Sebesar apapun aku berusaha untuk tetap tegar, aku tidak akan pernah bisa. Sekeras apapun aku mencoba untuk sabar, aku tidak akan pernah bisa. Sebisa mungkin aku mencoba untuk ikhlas, aku juga tidak akan pernah, aku hanya wanita biasa, yang mencintai dan pernah dicintai, sampai aku memiliki anak dari mas Haris, tapi kenyataannya cinta mas Haris sudah luntur, cinta mas Haris tidak lagi untukku, cinta mas Haris sudah terbagi, dan hari ini aku harus menyaksikan dia menikahi selingkuhannya itu.
Bukan aku tidak mau berjuang untuk cintaku, bukan aku menyerah dan membiarkan Lia menang dengan keberhasilannya merebut suamiku, tapi di sini masalah hati dan perasaan yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain, karena percuma jika aku tetap hidup sebagai istri mas Haris, jika kenyataannya cintanya bukan untukku, aku tidak berhak mengekang perasaannya, karena bukan cuma aku, Lia, atau mas Haris yang akan tersakiti nanti, tapi ada Bima dan juga pihak keluarga.
Jangan ditanya seberapa hancurnya hatiku, semua orang pasti tau apa yang aku rasakan, tapi di sini aku juga bersalah, karena aku sudah lalai dan gagal menjadi seorang istri. Di dalam perjalanan ini aku menangis dalam diam, dengan menatap nanar ke luar jendela, hatiku terus berdo'a, kekuatan hanya kekuatan semoga Tuhan menguatkan hatiku, air mata ini lolos lagi, sesekali aku menyekanya, ya aku masih saja lemah. Aku wanita biasa yang punya impian ingin menikah sekali seumur hidup, tapi saat ini logika sudah bicara,aku tidak bisa terima jika suamiku sudah mendua, aku tidak sebaik itu.
"Kita sudah sampai, Mbak!" supir membuyarkan lamunanku, dari dalam mobil aku melihat dekorasi di luar rumah dihiasi bunga mawar, ya bunga kesukaan Lia.
"Kalau Bu, Sera gak siap, sebaiknya jangan masuk ke dalam," ucap Bu Maya mencegahku saat sudah membuka pintu mobil.
"Jangan khawatir Bu, hatiku sudah sekuat baja," candaku sekaligus menghibur diri, Bu Maya hanya tersenyum meresponku.
"Loh, Bu Sera datang juga?"
"Kenapa ke sini, sih Bu?"
"Mau jadi saksi atau menggagalkan pernikahan ini?" para tetangga sudah membombardir dengan pertanyaan, aku hanya merespon mereka dengan senyum simpul.
"Sera...!"
Belum sempat aku masuk ke dalam rumah, sudah terdengar suara yang sangat femiliar di telingaku, itu suara mama mertuaku.
"Sera ... maafkan Haris anak bodoh itu. Tolong jangan ceraikan dia," mama memeluk aku erat sekali, tidak biasanya seperti ini, karena hubungan kami bisa dibilang kurang baik, mama selalu membandingkan aku dengan menantunya yang lain, mengingat aku tidak sekaya mereka.
"Jangan seperti ini, Ma," aku melepaskan pelukan mama yang sudah menangis, aku tidak menyangka hal ini bisa terjadi.
"Mama yang salah, selama ini tidak pernah perduli sama kamu, sama rumah tangga kamu, mama tidak pernah mendengarkan keluh kesah kamu, bahkan mama tidak pernah menganggap kamu ada, maafkan mama," mama kembali lagi memeluk aku dengan erat, pelukan yang selama ini tidak pernah aku rasakan.
"Laki-laki seperti Haris, gak pantas dimaafkan, Bu. Tapi ya saya kasihan loh sama Haris kok bisanya selingkuh sama Lia, dia itu pelakor kelas kakap, Bu. Suami saya saja pernah menjadi korban Lia," bu Maya menimpali.
"Kalau ngomong jangan sembarangan ya," itu suara Lia, aku melihatnya keluar dari rumah dengan memakai kebaya warna putih, ku akui dia memang cantik, siapapun pasti akan tergoda dengan pesonanya.
"Memang iya, sudah berapa laki-laki yang kamu goda, kamu sudah diusir dari kampung, dan sekarang kamu mencari mangsa yang lebih kaya lagi, mahar apa yang kamu dapat? Rumah mewah? Mobil? Emas permata? Jangan mimpi kamu, Lia!" teriak Bu Maya di tengah kerumunan orang.
"Kamu ya Lia, gara-gara kamu rumah tangga anak saya hancur berantakan, dasar gak tau malu kamu, ya!" mama mertua marah, dan menarik rambut Lia sampai sanggulnya terlepas.
Lia dipermalukan di depan umum, semua orang melihatnya dengan sinis, Lia hanya diam sembari merapikan sanggulnya, di saat itu mama mertua kembali lagi menolak bahu Lia, sampai Lia mundur beberapa langkah, kenapa baru sekarang mama membelaku? Bukankah selama ini aku tidak dianggap? Kenapa di saat aku sudah tidak menjadi menantunya lagi? Apa mama sudah menyesal?
"Ma, sudah ma ... cukup!" Mas Haris datang melerai pertengkaran ini, aku tidak kuasa melihatnya, untuk apa aku mau terlihat cantik di hadapanya? kenyataannya aku yang tidak bisa melihatnya, aku jadi teringat saat hari akad pernikahan kami. Mas Haris menatapku dalam, dia menelisik penampilanku, sampai aku memalingkan muka.
"Oh, ini yang namanya Pak Haris, suaminya Mbak Sera!" Bu Maya mulai lagi, dia berdiri di depan Mas Haris tanpa rasa segan sedikitpun.
"Bu, Maya pergi dari sini, jangan kacaukan pernikahan saya," ucap Lia setengah khawatir.
"Asal Pak, Haris tau saja ya, sampai kapanpun perempuan ini tidak akan pernah berubah, dari dulu dia memang seperti ini, kalau pak Haris menikahi Lia ... saya yakin, besok dia pasti selingkuh lagi dari Pak Haris! Cari mangsa yang lebih kaya," Bu Maya benar-benar sudah membuat Lia malu.
"Aku gak seperti itu, aku tulus mencintai Mas Haris, aku menikah bukan karena harta, kamu percaya sama aku, Mas," Lia merengek dan membaur ke dalam pelukan mas Haris, seperti sengaja mengejek aku.
"Sebaiknya kita masuk saja, kalau masih ada masalah, kita selesaikan di dalam rumah," ucap Pak RT melerai susana.
Kami masuk ke dalam rumah, kakiku gemetaran saat melangkah di atas lantai marmer ini, aku tidak menyangka bisa berada di dalam keadaan ini, bayangan dan kenangan indah kembali datang menghantui.
"Haris, mama gak setuju kalau kamu menikahi perempuan ini, kenapa kamu bisa sebodoh ini? Melepaskan Sera demi Lia ini, Mama cuma mau Sera yang jadi menantu Mama," mama mulai lagi, padahal dulu mama juga tidak setuju mas Haris menikahiku.
"Sera, bisa kita bicara sebentar?" ucap Mas Haris mengabaikan mama, dia menarik tanganku tanpa bisa aku hindari, Mas Haris juga mengabaikan Lia yang terus memanggilnya, dan kami menuju ruang keluarga.
"Sera, tolong maafkan Mas, Dek. Mas masih mencintai kamu, tolong dek jangan buat penyesalan Mas semakin dalam, tolong berikan kesempatan untuk Mas perbaiki semua kesalahan ini, Mas gak akan menikahi Lia jika kamu tidak setuju dengan pernikahan ini," ucap Mas Haris mengiba dan memohon lagi.
Aku tahu, dari matanya aku bisa melihat Mas Haris masih mencintai aku, dia benar-benar sudah menyesali perbuatannya.
"Aku memaafkanmu, Mas ... tapi untuk menerima kamu menjadi suamiku lagi, aku gak bisa, Mas. Kamu harus tanggung jawab atas apa yang sudah kamu lakukan," jawabku.
Mas Haris menyeka air matanya, bahkan hatiku juga sakit melihatnya, ya aku masih mencintai suamiku ini, tapi aku benci dengan kelakuanya.
"Ser---
"Nikahi dia Mas, kamu harus tanggung jawab," ucapku.
"Sera, aku meragukan anak itu, aku yakin itu anak dari laki-laki lain, aku sudah bicara dengan Eko, karena itu lah aku yakin kalau anak itu bukan anakku!"
"Sudah terlambat, Mas. Semua orang sudah tahu hubungan kalian ini, masyarakat pasti semakin membencimu kalau kamu menolak untuk menikahi Lia."
"Selama kamu tidak membenciku, aku tidak perduli dengan mereka."
"Aku membencimu, Mas ... sangat membencimu, aku benci kamu, Mas! Aku benci!" teriakku.
Aku menangis lagi, merelakan tidak semudah mengucapkannya, Mas Haris memelukku, aku menangis di dalam pelukannya.
"Sera ... pikirkan lagi, Mas masihencintai kamu..." ucap Mas Haris lirih.
Aku mendongak dan kami saling menatap dalam, Mas Haris menghapus air mataku.
"Kamu harus tanggung jawab, Mas. Nikahi Lia
... maka aku akan memaafkanmu!"
Raut wajah Mas Haris memerah, aku tahu dia marah dan kecewa.
****
Maafkan kegalauan otor yang kemarin, gais✌ Terima kasih sudah mendukung🤗
*
*
sukses
semangat
mksh