Liana adalah seorang wanita yang paling berbahagia karena ia bisa menikah dengan lelaki pujaannya, Yudistira. Hidupnya lengkap dengan fasilitas, suami mapan dan sahabat yang selalu ada untuknya, juga orang tua yang selalu mendukung.
Namun, apa yang terjadi kalau pernikahan itu harus terancam bubar saat Liana mengetahui kalau sang suami bermain api dengan sahabat baiknya, Tiara. Lebih menyakitkan lagi dia tahu Tiara ternyata hamil, sama seperti dirinya.
Tapi Yudistira sama sekali tak bergeming dan mengatakan semua adalah kebohongan dan dia lelah berpura-pura mencintai Liana.
Apa yang akan dilakukan oleh Liana ketika terjebak dalam pengkhianatan besar ini?
"Aku gak pernah cinta sama kamu! Orang yang aku cintai adalah Tiara!"
"Kenapa kalian bohong kepadaku?"
"Na, maaf tapi kami takut kamu akan...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poporing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14 : Kehancuran dan pertemuan
Liana tiba kembali di Jakarta pada sore harinya. Ia segera memesan mobil yang diarahkan untuk langsung pergi ke rumahnya Tiara. Hanya menunggu kurang lebih 10 menit mobilnya tiba dan Liana bergegas masuk tanpa berlama-lama.
Semua perjalanan itu dilakukan oleh Liana tanpa jeda atau pun istirahat. Emosinya sudah menggebu. Dia sudah gak peduli lagi apa yang bakal terjadi, dan konsekuensinya juga akan dia hadapi. Saat ini yang sedang dia lakukan adalah perjuangan terakhirnya menyelamatkan rumah-tangga juga suaminya.
Benar saja, akhirnya Liana sampai di rumah Tiara saat sudah menjelang malam. Dia segera turun dari mobil dan koper bawaannya begitu melihat keramaian di rumah itu. Jantungnya berdegup karena ia mengenali mobil yang terparkir di halaman rumah wanita itu.
Liana kenal mobil itu adalah milik Yudis sementara yang lainnya adalah milik dari mertuanya sendiri. Orang tua Yudis, membuat hati Liana semakin geram dan sakit.
Ia pun lekas memasuki halaman rumah itu tanpa permisi.
"Wah, bagus ya! Ternyata kalian melakukan kumpul keluarga di sini tanpa sepengetahuan aku!?" Ujar Liana dengan nada menyindir.
"Liana???" Ibunya Yudis langsung terkaget-kaget saat melihat Liana ada di ambang pintu dan sedang menatap sinis ke arah mereka semua.
Semua orang sontak terkejut dengan kedatangan Liana di rumah itu. Sama sekali gak ada yang menyangka kalau wanita itu bakal datang, karena menurut pengakuan Yudis, Liana seharusnya sedang pergi liburan ke Bali dan baru pulang pada minggu sore harinya.
"Kenapa? Kaget ya??" Liana menatap wajah semua orang yang memandanginya dengan ekspresi tegang di dalam ruangan itu.
"Li, kita bisa bicara soal ini baik-baik...." Ibunya Yudis akhirnya bersuara. Ia bergerak maju ke depan dan hendak membujuk wanita itu dengan ucapan manis.
"Gak, Bu! Apalagi yang mau dibicarakan? Bapak sama Ibu, SEMUA udah bohongin aku!" Emosi Liana kembali meledak untuk keduakalinya. Ia bahkan berteriak.
Hening, tak ada yang berani berbicara saat itu sampai akhirnya Tiara sendiri keluar bersama Yudis....
"Ah, akhirnya keluar juga kalian ya!" Liana memelototi Tiara yang baru saja keluar dari dapur.
"Kamu kenapa bisa di sini??" Tiara pun sama terkejutnya saat melihat kedatangan Liana.
"Puas kamu, Ra?? Puas kamu merebut semua yang aku punya?!" Liana menatap tajam ke arah Tiara.
"An, apa yang kamu lakukan!?" Yudis reflek menjauhkan tubuh Liana dari Tiara.
"Kenapa kalian semua tega sama aku??? Apa salah aku sama kalian?" Rasanya begitu pahit. Liana menatap semua orang dengan mata terluka.
Semua orang tak ada yang bisa menjawab. Mereka terdiam dan saling memandang, seperti masing-masing dari mereka membawa beban tersendiri karena mengetahui permasalahan ini dan menyembunyikannya.
"Aku gak bakalan biarin kalian bahagia!" Liana menunjuk kesal ke arah Yudis dan Tiara.
Setelah mengucapkan itu Liana langsung pergi keluar meninggalkan rumah yang gak bakalan dia mau datangi lagi.
"Liana!!" Yudis meneriaki perempuan itu, tapi Liana sudah terlanjur keluar.
"Mas, kamu kejar dia, aku takut nanti terjadi apa-apa!" Tiara mendorong Yudis untuk mengikuti Liana. Tapi pria itu tampak ragu.
"Tapi, Ra..., biar aja dia pergi!" Yudis ternyata benar-benar enggan bahkan untuk sekedar peduli pada Liana.
"Kamu ngomong apa sih? Paling gak, ingat persahabatan di antara kita, Mas! Sana kejar!" Tiara memaksa dan mendorong tubuh Yudis keluar hingga akhirnya pria itu pun menurut.
...****************...
Di luar Liana yang sudah berjalan keluar area perumahan dan ke arah jalan besar berjalan tanpa melihat ke kiri dan ke kanan. Dia menyebrang jalan sembarangan sampai tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depannya nyaris menabrak.
"Astaga..., hei, kamu tidak apa-apa?" Si pengemudi reflek keluar mobil dan menghampiri Liana yang hanya berdiri dengan kepala tertunduk.
"Apa ada yang terluka?" Pria itu melihat ke arah Liana, mengecek apa ada bagian tubuhnya yang cidera. "Lho?? Dia bukannya cewek yang waktu itu??" Si Pria terkejut saat melihat wajah Liana yang terasa familiar.
Pria itu tampak kebingungan karena Liana tidak berbicara sama sekali dengan raut wajah yang begitu kosong. "Kamu ikut dengan saya ya," ucapnya yang agak khawatir kalau sampai terjadi apa-apa dengan Liana di jalan.
Akhirnya ia mengambil koper Liana dan menuntunnya masuk ke kursi mobil depan. Saat itu Liana hanya mengikuti ucapan pria itu saja, karena pikirannya sendiri sedang kalut. Ia pun masuk ke dalam mobil si pria.
Tak lama setelah Liana masuk, Yudis baru tiba dan sudah melihat Liana pergi dengan mobil bersama orang lain. Mobil itu pun melaju. Yudis mengira Liana sudah memesan mobil dan pulang.
"Sudahlah, aku bakal ngomong sama dia di rumah saja," pikirnya dalam hati dan kemudian berjalan berbalik ke arah rumah Tiara.
.
.
Sementara di dalam mobil, Liana masih diam dan pria itu sesekali melirik ke arah wanita itu dengan cemas. "Maaf, tapi apa yang terjadi denganmu...?" Tanya pria itu mencoba mencari tahu.
"Aku Liana, dan aku ingin mati...," balas Liana dengan nada pahit.
Pria itu langsung diam sesaat karena merasakan adanya tekanan yang begitu berat dari cara Liana berbicara.
"Namaku Dimas, kita pernah bertemu sebelumnya..., mungkin kamu masih ingat?" Balas si pria memperkenalkan dirinya.
Liana yang sedari tadi hanya menunduk akhirnya menoleh ke samping dan melihat wajah pria yang sedang memegang kemudi.
"Dia...." Liana mengingat kejadian saat pria itu memang pernah menolong dirinya di area parkir saat jatuh pingsan.
"Hmm, aku gak bermaksud untuk ikut campur, tapi..., kalau kau memang sedang ada masalah dan butuh bantuan, kamu bisa menghubungi aku...." Dimas menyerahkan sebuah kartu nama kepada Liana.
"Oh, jadi dia seorang psikolog...." Liana membaca kartu nama profesional itu dan merasa agak kagum karena pria itu ternyata seorang psikolog.
"Terimakasih, akan aku pikirkan nanti...," ujar Liana dan memasukkan kartu nama itu ke dalam tas kecilnya..
"Jadi sekarang aku antar ke rumah?" Tanya Dimas kembali melirik ke arah Liana.
"Ya...," balas Liana singkat.
Saat itu Liana memang ingin pulang tapi bukan pulang ke tempatnya dengan Yudis, melainkan ke rumah orangtuanya. Dia berencana untuk tinggal sementara dulu di sana sampai suasana hatinya sedikit membaik.
Dimas mengantar Liana pulang menempuh perjalanan 2 jam lebih sedikit. Mobilnya berhenti di depan sebuah rumah yang sangat mewah dengan taman luas. Pintu gerbangnya bahkan estetik.
"Terimakasih sudah mengantarkan saya," ujar Liana sembari berucap sopan pada pria yang setidaknya mau merasa peduli kepada dirinya.
"Ya, sama-sama, saya permisi dulu...."
Dimas tanpa banyak basa-basi segera melajukan mobilnya meninggalkan bangunan mewah tersebut.
Liana menghela napas sebentar dan kemudian dia bergerak memutar tubuhnya, berjalan ke arah pintu gerbang dan memanggil satpam penjaga untuk membukakan pintu.
"Eh, Non, Liana?" Si satpam reflek terkejut melihat Liana pulang tanpa membawa mobil dan hanya sendiri.
"Buka, Pak," ujar Liana sambil tersenyum. Setidaknya dia gak mau orang rumah tahu kejatuhannya saat ini. Dia ingin terlihat tetap kuat di hadapan orangtuanya nanti.
"Siap, Non!"
Seketika suasana rumah menjadi ramai karena para pekerja di sana mengenal Liana dan menyambutnya.
Lalu bagaimana penjelasan Liana nanti? Apa dia akan memberitahukan semuanya pada orangtuanya? Apa reaksi kedua orang tua Liana??
.
.
.
Bersambung....
dan saat nanti trbukti liana memang hamil.... jgn lgi ada kta mnyesal yg berujung mngusik ketenangan hidup liana dan anknya....🙄🙄
dan untuk liana.... brhenti jdi perempuan bodoh jdi jdi pngemis cinta dri laki" yg g punya hati jga otak...
jgn km sia"kn air matamu untuk mnangisi yudis sialan itu..
sdh tau km tak prnah di anggp.... bhkn km matpun yudis g akn sedih liana....
justru klo yudis km buang.... yg bkalan hidup susah itu dia dan gundiknya...
yudis manusia tak tau diri.... g mau lepasin km krna dia butuh materi untuk kelangsungan hidup gundik dan calon anaknya...
jdi... jgn lm" untuk mmbuang kuman pnyakit...