BERAWAL DARI SALAH KIRIM NOMOR, BERAKHIR DI PELAMINAN?!
Demi tes kesetiaan pacar sahabatnya, Dara (22) nekat kirim foto seksi sambil ngajak "kawin". Sayangnya, nomor yang dia goda itu BUKAN nomor pacar sahabatnya, tapi Antonio (32), Oom-nya Acha yang dingin, mapan, tapi... diam-diam sudah lama suka sama Dara!
Dara kabur ke pelosok desa, tapi Nio justru mengejar. Dara mencoba membatalkan, tapi Nio justru malah semakin serius.
Mampukah Dara menolak Om-om yang terlalu tampan, terlalu dewasa, dan terlalu bucin karena salah chat darinya ini?
Novel komedi tentang cinta yang beda usia 10 tahun. Yuk, gas dibaca. Biar tahu keseruan hidup Dara-Nio yang serba gedabak-gedebuk ini 🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ame_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Memilih Baju Pengantin
Jantung Nio rasanya hampir lepas saat melihat sang pujaan hati yang terbatuk dengan mengerikan. Dalam langkah panjang yang panjang, dia berhasil mencapai posisinya dengan cepat.
"Dara, astaga..."
Nio mengambil sebotol air mineral, membantu Dara membukanya. Lalu, dia berikan botol air mineral itu pada tunangannya.
"Minumnya pelan-pelan saja." katanya.
Nio mengusap pelan punggung Dara saat gadis itu menenggak perlahan air mineral yang Nio berikan.
Acha yang melihat adegan itu langsung cengo. Baru kali ini dia melihat Oomnya se perhatian ini pada seseorang. Dan lagi, gadis itu adalah sahabatnya!
Tapi, yah... memang Dara dan Nio kini sudah bertunangan, sih.
Batuk Dara kini sudah menghilang. Tapi, rasa pedas di hidungnya masih terasa. Dia memberikan tatapan tajamnya pada Acha.
"Lo, sih! Kalau mau nabok liat-liat sikon, dong!" ujarnya, sambil mengusap-usap hidungnya yang masih berair.
Acha menempelkan kedua tangan di depan dada, meminta maaf.
"Sorry, sorry. Itu tadi refleks, Dar." katanya.
Tapi, Acha masih menganggap bercanda saat melihat kondisi sahabatnya itu. Dara terlihat lucu, soalnya. Matanya berair, hidung meler, dan wajah memerah...
Glek.
Tiba-tiba Acha jadi menciut. Sang Oom memberinya tatapan horor sekarang.
"Lain kali jangan begitu. Bahaya." kata Nio.
Sarannya singkat, tapi cukup untuk membuat Acha langsung mengkerut seperti jeruk kering.
"I-Iya, Om. Lain kali enggak gitu lagi." jawab gadis 22 tahun itu.
Perhatian Nio kembali lagi pada tunangannya. Dia masih mengelus-elus punggung Dara, memastikan gadis itu benar-benar baik-baik saja.
"Apa lebih baik kita ke dokter?" tawar Nio.
Dara langsung menggeleng. Hidungnya memang masih perih, tapi sepertinya dia tidak perlu sampai harus pergi ke dokter. Dia akan baik-baik saja setelah beberapa lama, mungkin.
"Enggak perlu, Om. Bentar lagi juga ilang perihnya." kata gadis itu.
Nio tersenyum. Dara masih memanggilnya Oom, padahal mereka akan segera menikah. Tapi tak apa, takutnya Dara malah merasa tidak nyaman jika dia memaksanya mengubah panggilan untuknya sekarang. Nio akan urus hal itu nanti, setelah mereka menikah.
"Om kok tahu kami disini? nguntit, ya?" tatapan Dara menyelidik.
Nio yang mendengar itu seketika mencari alasan. Tidak mungkin dia mengakui kalau diam-diam sudah memasang GPS di cincin tunangan yang dipakai Dara, kan?
"Tadi saya ke kampus karena dengar dari orang tua kamu kalau kamu mau nemuin dosen. Tapi, pas saya kesana, kamunya udah enggak ada. Saya tebak kamu pergi kesini." elak Nio.
Dara pun ber-oh ria. Masuk akal juga jawabannya.
"Oh. Mau ngapain emangnya? sampe dicariin segala," gadis itu bertanya lagi.
Satu alis Nio terangkat.
"Loh, kita mau cari baju pengantin. Kamu lupa, sayang?"
Acha yang mendengarkan pembicaraan mereka merasa merinding. Meskipun sudah mendengar beberapa kali Oomnya ini memanggil Dara dengan sebutan 'sayang', tetap saja Acha merasa geli. Apalagi saat melihat tatapan penuh cinta ulala manja yang Nio berikan untuk tunangannya. Acha masih belum terbiasa.
"Oh, ya? Kok gue kayaknya enggak inget ada rencana itu, sih?" gumam Dara.
Nio tersenyum tipis, namun segera menetralkan kembali ekspresi wajahnya.
Memang, aslinya mereka tidak punya janji. Tapi Nio tidak bisa tidak melihat Dara. Sebelumnya---saat dia belum benar-benar menyatakan perasaannya, Nio bisa saja menahan perasaannya ini. Tapi sekarang, tidak bisa lagi. Dia ingin selalu bersama Dara setiap hari.
Dan itulah sebabnya, kini dia menggunakan 1001 alasan untuk bisa bertemu sang pujaan.
Dara dan Nio akhirnya pergi ke butik untuk mencari baju pengantin yang mereka inginkan. Sedangkan Acha, dia tidak ikut. Dia tidak ingin menjadi nyamuk bagi kedua pasangan yang sedang lovey-dovey Ini--- atau setidaknya Oomnya yang begitu.
Mereka pergi ke sebuah butik yang direkomendasikan oleh orang tua Nio. Dara sih, ikut-ikut saja. Lagipula dia tidak tahu betul masalah perbutikan ini. Lagipula Nio yang akan bayar harga sewanya.
Mata Dara mengedar ke sekeliling. Mereka sudah sampai di tempat tujuan, dan butik itu kelihatan jelas bukan butik biasa. Pelayanannya bagus, kebersihannya oke, penataan tempatnya juga luar biasa. Dara jadi ingin ambil foto selfie disini. Buat bikin status di WhatsApp dan IG nya nanti, hehehe.
"Kamu lihat-lihat saja dulu, Sayang. Kalau ada yang kamu suka, langsung kasih tahu saya." kata Nio.
Dara tersenyum. Dia suka, nih, yang begini. Jadi dia tidak perlu khawatir masalah harga.
Gadis itu berkeliling, melihat-lihat berbagai gaun yang dipajang disana. Tatapannya tertuju pada satu gaun yang dipasang pada manekin.
"Itu harga sewanya berapa, Mbak?" tanyanya pada pelayan toko.
Sang pelayan toko melihat baju yang Dara tunjuk.
"Oh, kalau yang itu harga sewanya 50 juta untuk satu hari pakainya, Mbak." jawabnya.
Jiwa irit bin medit karena kondisi keuangannya yang menjerit-jerit itu pun membuatnya syok dengan seketika.
'Gila, sewa doang 50 juta?! Ini mah udah bisa bayarin gue lanjut S2!' batinnya.
Dia tahu gaun yang bagus butuh bahan dan keterampilan yang bagus pula untuk membuatnya, tapi---dia tidak menyangka kalau akan semahal itu!
***
Yo, kita belum jadi kondangan 🙈
Tungguin kelanjutan kisah Dara-Nio besok, ya.
Jangan lupa like, komen, dan subscribe nya juga!
See you tomorrow~
Acha bakal punya adekkk🤣
ayook, antonio gpl kejar target, biar cpt dapet dollar..