NovelToon NovelToon
Rahasia Chen Xi(Jiwa Yang Terjebak Di Tubuh Budak)

Rahasia Chen Xi(Jiwa Yang Terjebak Di Tubuh Budak)

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Pengganti / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Romansa / Balas dendam pengganti / Reinkarnasi
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Anastasia

Di malam yang sama, Yu Xuan dan Chen Xi meregang nyawa. Namun takdir bermain jiwa Yu Xuan terbangun dalam tubuh Chen Xi, seorang budak di rumah bordil. Tak ada yang tahu, Chen Xi sejatinya adalah putri bangsawan Perdana Menteri, yang ditukar oleh selir ayahnya dengan anak sepupunya yang lahir dihari yang sama, lalu bayi itu di titipkan pada wanita penghibur, yang sudah seperti saudara dengan memerintahkan untuk melenyapkan bayi tersebut. Dan kini, Yu Xuan harus mengungkap kebenaran yang terkubur… sambil bertahan di dunia penuh tipu daya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 14.Tanda yang sama.

Di ruang sebelah, suasana benar-benar berbeda dari ketenangan di paviliun Nyonya Heng.

Aroma arak kuat bercampur dengan tawa keras dan suara kecapi yang mengalun cepat. Lentera merah muda bergoyang lembut di langit-langit, bayangan para tamu muda tampak berbaur dengan tarian penari-penari cantik yang berputar di tengah ruangan.

Di meja utama, Shen Hua Xuan, putra kedua dari Keluarga Shen, duduk setengah terhuyung. Wajahnya yang biasanya tampan dan berwibawa kini memerah karena mabuk. Tangannya masih menggenggam kendi arak yang nyaris kosong, sementara dua pelayan perempuan di sisinya saling berpandangan, tak tahu harus berbuat apa.

“Hua Xuan, sudah cukup minumnya,” salah satu dari mereka berbisik lembut. Tapi pemuda itu hanya tertawa kecil.

“Cukup? Bagaimana bisa cukup… kalau semua orang di rumah hanya tahu berbicara tentang kehormatan keluarga dan nama baik?” katanya dengan suara serak, meneguk lagi isi cawan. “Biarkan dia mabuk nona”ucap salah satu tuan muda yang ada disana sambil tersenyum tipis.

Kata-katanya membuat pelayan-pelayan itu saling bertukar pandang bingung. Di sudut ruangan, Gao zu, pelayan setianya, sudah sejak tadi berdiri diam menunggu kesempatan. Ia adalah pria paruh baya dengan rambut mulai memutih di pelipis, wajahnya tenang tapi pandangannya tajam.

Begitu melihat tuannya mulai kehilangan keseimbangan, Gao zu segera melangkah maju dan membungkuk sopan pada para tamu lain.

“Maaf, tuan-tuan. Tuan muda Shen sudah terlalu banyak minum. Izinkan saya membawanya kembali ke kediaman.”

Beberapa bangsawan muda yang duduk di dekat meja itu tertawa menggoda.

“Ah, biarkan saja! Yue zhi memang tempat untuk melupakan segalanya, bukan tempat untuk ingat rumah!”

Yang lain menimpali dengan senyum nakal, “Benar itu! Kalau setiap kali mabuk langsung dijemput, untuk apa datang ke sini?”

Gao zu tidak membalas. Ia hanya menghela napas, lalu dengan satu gerakan halus menyingkirkan kendi arak dari tangan Shen Hua Xuan dan menopangnya bangkit.

“Sudah malam, Tuan Muda,” katanya perlahan tapi tegas. “Udara di luar lebih segar daripada arak basi ini.”

Hua Xuan menatapnya sekilas, matanya kabur. “Gao zu... semua orang berpura-pura. Kau juga akan, suatu saat.”

Tapi Gao zu hanya tersenyum tipis. “Selama saya masih hidup, saya tidak akan berpura-pura di depan Anda, Tuan Muda.”

Mereka berjalan pelan keluar dari ruang pesta. Cahaya lentera dari aula mulai memudar saat keduanya melewati koridor panjang dengan tirai-tirai sutra yang bergoyang tertiup angin malam.

Begitu sampai di halaman belakang, hawa dingin malam ibu kota menyergap mereka. Dari kejauhan, suara kecapi dari ruang utama masih terdengar samar.

Tepat saat Gao zu hendak menuntun tuannya keluar, langkahnya terhenti. Di seberang kamar sebelah terbuka, di bawah cahaya lentera batu, berdiri sosok Nyonya Heng, masih mengenakan jubah sutranya yang sederhana tapi elegan.

Tatapan matanya tajam menembus malam.

“Pelayan Keluarga Shen rupanya bersama tuan muda nya,” ucapnya perlahan, suaranya tenang tapi penuh makna.

Gao zu sedikit menunduk hormat, tapi wajahnya tampak tegang.

“Maafkan kami jika membuat sedikit keributan, Nyonya.”

“Ya,” jawabnya lirih, matanya berpindah pada Shen Hua Xuan yang tertunduk lemah. “Dan ternyata... anak itu semakin mirip ayahnya.”

Gao zu terdiam, tidak berani menjawab. Angin malam berhembus membawa aroma melati dari taman belakang, dan sejenak, keheningan di antara mereka terasa begitu berat.

Nyonya Heng lalu berbalik perlahan, meninggalkan mereka dengan langkah tenang sementara Gao zu menatap punggungnya lama,dan saat nyonya Heng pergi tiba-tiba Chen xi muncul.

Yang membuat pandangan Gao zu terhenti sejenak, Chen xi melihatnya dan menunduk hormat kepada mereka.

Tiba-tiba saja Huan xuan yang setengah mabuk membuka matanya, “Hei nona, jangan pergi!.”

Chen Xi tertegun ketika mendengar suara berat tapi lembut dari arah belakang.

Langkah-langkah goyah terdengar mendekat di antara desir angin malam dan gemerisik tirai sutra yang berayun. Shen Hua Xuan berjalan terhuyung, matanya merah karena arak, tapi pandangannya tertuju lurus pada sosok Chen Xi seolah hanya dia yang ada di tempat itu.

“Jangan pergi...” suaranya serak, nyaris seperti bisikan, tapi sarat dengan sesuatu yang tak bisa dijelaskan entah kesepian, atau kerinduan yang bahkan ia sendiri tak mengerti seperti sebuah ikatan antara mereka.

Chen Xi segera menunduk, mencoba menjaga jarak dengan sopan. “Tuan muda, sebaiknya Anda kembali ke dalam. Udara malam tidak baik bagi tubuh yang telah minum terlalu banyak.”

Namun Hua Xuan justru tertawa pelan, langkahnya terhuyung makin dekat. “Kau bicara seperti Gao Zu... tapi wajahmu...”

Ia berhenti tepat di hadapan Chen Xi, menatapnya lama, seolah mencoba fokus di tengah pandangan yang kabur. Lentera batu di samping mereka memantulkan cahaya lembut ke wajah gadis itu kulit pucat, mata jernih, dan rambut hitam yang sebagian terurai menutupi bahu.

Hua Xuan tersenyum samar. “Cantik sekali...” ucapnya lirih, nadanya bukan godaan, melainkan kekaguman yang tulus dari seseorang yang merasakan ikatan antara mereka yang sulit dijelaskan. “Kau... kau seperti seseorang yang pernah kutemui.”

Chen Xi terdiam, jari-jarinya mengepal pelan di balik lengan bajunya. Ia tidak menjawab, hanya sedikit menunduk.

Tiba-tiba, langkah Hua Xuan kehilangan keseimbangan. Tubuhnya terhuyung ke depan dan sebelum sempat ditahan, ia jatuh ke arah Chen Xi. Gadis itu refleks menahan tubuhnya, tapi berat tubuh sang tuan muda membuatnya ikut terdorong ke belakang.

Suara lembut kain sutra bergesekan terdengar, dan tangan Hua Xuan tanpa sengaja menyentuh pergelangan tangan Chen Xi. Dalam sekejap, sesuatu membuat matanya terbuka sedikit lebih lebar di tengah mabuknya.

Sebuah tanda lahir kecil berbentuk seperti seperti teratai terlihat di kulit halus pergelangan tangan Chen Xi, sesaat sebelum gadis itu menarik tangannya dengan cepat.

Pandangan Hua Xuan membeku. Ia mengenali bentuk itu. Ia pernah melihatnya... di tangan ibunya, Nyonya Shen.

“...Tanda itu...” gumamnya nyaris tak terdengar.

Chen Xi mematung sejenak, wajahnya kehilangan warna. Tapi dalam sepersekian detik, ia menunduk dan menutupi pergelangan tangannya dengan lengan bajunya, bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

“Maaf, Tuan muda, Anda sebaiknya beristirahat,” katanya cepat, suaranya tetap lembut tapi terdengar gugup.

Gao Zu segera melangkah maju, menahan tuannya sebelum ia jatuh sepenuhnya. “Tuan muda, hati-hati,” ucapnya tegas. Ia sempat melirik sekilas pada Chen Xi, dan sorot matanya menyiratkan kewaspadaan.

Namun Shen Hua Xuan masih menatap gadis itu, seperti seseorang yang baru saja melihat bayangan dari sebagian dirinya sendiri.

“Gao Zu...” katanya pelan, nyaris berbisik. “Kau lihat itu? Tanda di tangannya... sama seperti...”

“Tuan muda sudah mabuk,” potong Gao Zu cepat, nadanya dingin tapi sopan. Ia menunduk pada Chen Xi. “Maafkan kami, nona. Tuan muda akan saya bawa kembali ke kereta.”

Chen Xi mengangguk, wajahnya tenang kembali namun di balik lengan bajunya yang terlipat rapi, jari-jarinya gemetar pelan.

Saat Gao Zu menuntun Hua Xuan menjauh, Chen Xi menatap punggung mereka yang perlahan hilang di balik tirai malam.

Dan di kejauhan, dari paviliun Nyonya Heng, lentera merah di bawah langit mulai padam satu per satu, seolah malam itu pertemuan yang ditakdirkan dimana dua saudara kandung bertemu.

1
SecretS
Sungguh kisah tragis, tapi kakak apa boleh kasih saran buat cerita kakak ini menjadi yang lebih menarik seperti akhir tak selalu harus menikah terkadang kembali merasakan hidup damai itu yang terpenting kak. Tolong buat yang berbeda dari punya tetangga ya karena kebanyakan sih selalu berakhir dengan fulgar atau menikah itu membosankan kak, tapi cerita kakak ini sudah menarik kok lanjutkan terus ya 💪💪 semangat 👍👍👍
Kitty: boleh
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!