Julia Hart, seorang wanita 28 tahun terpaksa bekerja menjadi penyanyi di sebuah klub malam. Demi menghidupi ibunya yang sakit - sakitan. Serta harus menyekolahkan dua orang adiknya yang masih sekolah.
Setidaknya semua berjalan normal. Julia berusaha menjalani harinya dengan baik. Ia juga mengabaikan tatapan sinis penuh penilaian buruk, dari setiap orang yang menghujat pekerjaannya sebagai penyanyi klub malam.
Tapi kehadiran seorang lelaki berwajah malaikat nan polos, berhasil memasuki hidupnya. Namun sayang, Julia tertipu oleh lelaki yang ternyata seorang playboy dan suka mempermainkan hati wanita.
Mampukah Julia mempertahankan cintanya untuk lelaki itu?
Apakah lelaki itu memiliki perasaan yang sama, atau hanya ingin mempermainkan dan mencampakkannya seperti wanita murahan?
Ataukah memang takdir akan berpihak pada Julia dengan mendapatkan kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin kencan
"Kak Julia cantik sekali."
Jena sampai menganga melihat Julia yang terlihat sangat cantik sore ini. Ia bahkan sampai lupa berkedip karena terpesona melihat kakaknya itu.
"Kamu juga cantik Jena." Julia membalas ucapan sang adik.
"Dengan pakaian lusuh begini?" Jena langsung berdecak. Menunjuk baju kaos kebesaran miliknya.
"Kecantikan itu bukanlah harus mengenakan pakaian yang cantik Jena. Tapi yang langsung terpancar dari hati." Ia mengingatkan sang adik.
"Oke. Jena kalah." Akhirnya Jena memilih mengalah. Ia tidak akan bisa menang berargumen dengan kakaknya itu.
Dengan perlahan Jena menghampiri Julia, yang masih berdiri di depan meja riasnya. Ia menatap sang kakak dengan mata memicing.
Melihat Julia dengan dress simple yang ia kenakan. Juga make up flawless yang membuat wajahnya terlihat cantik dan natural.
Julia menggerai rambut panjangnya yang menjuntai hingga ke pinggang. Ia juga mengenakan slingbag kecil sebagai penunjang penampilannya tersebut.
Satu kata untuk kakaknya tersebut. Sempurna!
"Kak Juli mau pergi kencan ya?" Jena langsung menebak.
Usai memperhatikan Julia yang bersiap dan berdandan sejak tadi. Hanya kata kencan yang bisa ia simpulkan.
"Apa maksudmu?" Julia melirik sang adik yang memperhatikannya dengan sangat serius. Sedikit terkejut dengan tebakan itu.
"Ini semua." Jena menunjuk penampilan Julia dari atas hingga bawah.
"Kak Julia tidak pernah berdandan seperti ini di sore hari. Bahkan meski kak Julia ingin berkumpul dengan teman - teman kakak." Jena langsung menyampaikan kesimpulannya.
"Jadi fix kak Julia mau pergi kencan." Ia semakin yakin dengan ucapannya.
"Jena." Julia menyebut nama adiknya dengan helaan nafas.
Jena memang sangat tajam. Ia memiliki insting kuat. Dan Julia yakin dengan insting itu, Jena tidak akan bisa di kibuli oleh rang lain. Keistimewaan yang selalu membuat Julia bangga pada Jena.
"Sekarang beritahu aku. Siapa lelaki itu?" Jena semakin gencar merecoki sang kakak.
"Siapa lelaki yang sudah membuat kakakku ini rela berdandan secantik ini?" Terselip senyum geli di sudut mulutnya.
"Lebih baik kamu mandi. Ini sudah sore." Julia memperingatkan sang adik cukup tajam.
"Jangan terlalu malas untuk mandi. Bagaimana jika tidak ada lelaki yang mau denganmu nanti?" Ia terkekeh kecil melihat Jena yang mendengus.
"Jika lelaki itu mencintaiku. Maka ia tidak akan mempermasalahkan aku yang malas mandi." Jena menjawab malas.
"Dan jangan coba mengalihkan pembicaraan. Katakan siapa pacar kak Juli?" Jena mengingat kembali tujuannya.
"Jena jangan mengganggu kakakmu."
Suara Siena yang terdengar memasuki kamar Julia membuat kedua wanita muda itu menoleh. Jika Jena berdecak dengan kedatangan mamanya. Lain halnya dengan Julia yang tersenyum, dan merasa terselamatkan.
"Tapi mama." Jena kembali bersuara.
"Sana mandi. Seperti anak kecil saja yang harus diingatkan mandi." Siena mendekat dan mencubit pipi putrinya itu.
"Mama sakit!" Jena mengusap pipinya yang baru di cubit.
"Sana mandi. Jeni bahkan sudah lebih rapi. Tapi lihatlah kamu malah terlihat dekil sekali." Kembali Siena bersuara.
"Aku akan mandi mama. Tapi aku masih penasaran, siapa pacar Kak Julia?" Jena masih tidak bisa melepaskan rasa penasarannya.
"Bukan pacar Jena. Hanya seorang teman lelaki yang meminta bertemu." Julia akhirnya berkata jujur. Tahu jika Jena tidak akan bisa di hentikan dengan rasa penasarannya.
"Teman lelaki ya?" Jena tersenyum dengan lirikan menggoda.
Siena hanya bisa geleng kepala melihat keusilan Jena. Tapi tidak ia pungkiri jika ia juga penasaran siapa lelaki itu.
Julia memang sudah ijin padanya, jika malam ini ia akan bertemu dengan seseorang. Tapi ia tidak tahu jika seseorang ini, sepertinya sangat spesial.
"Udah ah! Aku pergi dulu " Julia meraih ponsel dan memasukkan ke dalam tas kecil yang telah ia kenakan.
"Mama jangan telah makan nanti."
'Cup!'
Julia mendekati Siena dan mencium pipi mamanya. Mengacak puncak kepala Jena yang terlihat belum puas dengan penjelasannya.
"Iya. Kamu juga hati - hati. Jangan pulang kemalaman." Siena mengingatkan. Merasa lega melihat Julia yang mengangguk.
"Aku pergi." Ia melambaikan tangan dan melangkah keluar dari kamarnya.
Berhenti sebentar saat berpapasan dengan Jeni di pintu kamarnya. Ia mencubit pipi Jeni sebelum melangkah pergi.
"Kak Julia mau kemana berdandan secantik itu?" Jeni langsung bertanya pada mama dan kembarannya.
"Mau kencan." Jena menjawab. Masih dengan tangan yang merapikan rambutnya yang acakan akibat ulah Julia.
"Kencan? Kak Julia punya pacar?!" Jeni langsung berseru tidak percaaya.
"Kak Julia cantik! Ia juga sudah dewasa! Jadi wajar jika ia punya pacar!" Sedikit ketus, Jena melirik Jeni yang menurutnya terlalu lebay.
"Kak Julia kok nggak bilang?" Jeni seketika cemberut.
"Idih! Memangnya jika Kak Julia bilang. Kamu mau apa?" Jena melirik kembarannya dengan malas.
"Kan aku juga harus tahu. Agar aku bisa memperingatkan cowok itu, jika ia tidak boleh menyakiti kakakku." Jeni bergumam.
"Bukan pacar." Siena akhirnya bersuara.
Sejak tadi ia diam dan melihat putri kembarnya terlibat percakapan yang semakin memanas. Tidak ingin jika keduanya berakhir berdebat.
"Hanya seorang teman. Dan mereka hanya ingin makan malam bersama." Siena kembali menjelaskan.
"Tapi ucapan Jeni benar mama." Jena langsung menanggapi.
"Seharusnya kami tahu siapa lelaki itu. Dengan begitu kami bisa menemui dan memperingati lelaki itu." Jena kali ini sependapat dengan Jeni.
"Tuh kan!" Jeni mengangguk semangat.
"Kita tidak bisa membiarkan seorang lelaki menyakiti kakak kita tersayang." Jeni semakin serius dengan ucapannya.
"Mama yakin, jika Julia nantinya pacaran dengan seorang lelaki. Ia pasti akan memberitahu kita. Dan kita pasti akan mengenal siapa lelaki itu." Siena memilih menenangkan kedua putrinya itu.
"Bukankah kita ingin melihat Julia bahagia?" Ia bertanya pada keduanya.
"Tentu saja mama." Jeni menjawab perlahan.
"Kak Julia sudah sangat banyak berkorban untuk kita semua. Akan sangat melegakan melihatnya bisa bahagia dengan lelaki pilihannya." Jeni juga menambahkan.
"Kak Julia pantas bahagia dengan siapapun pilihannya. Dan itu adalah hal yang paling kita inginkan." Jena juga mengangguk setuju.
"Tapi kita juga tetap harus memastikan, jika tidak ada lelaki yang akan menyakiti hatinya. Jika itu terjadi, maka aku akan menghajar lelaki itu." Jena berkata penuh tekad.
"Betul! Dan aku akan ikut denganmu! Menghajar lelaki yang mencoba menyakiti kak Juli." Dengan tidak kalah semangat, Jeni bersuara dengan tegas.
Siena tersenyum dan terkekeh kecil melihat tingkah keduanya. Namun hatinya merasa lega, melihat semua putrinya saling menyayangi satu sama lain.
-Semoga ketiga putrinya akan selalu bahagia. Dan akan selalu akur selama hidup mereka.-
Siena berdoa dalam hati.
..........................
jadi strong woman Thor