NovelToon NovelToon
THE SECRET AFFAIR

THE SECRET AFFAIR

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Cintapertama
Popularitas:969
Nilai: 5
Nama Author: Neon Light

Seharusnya kehidupan Serena sempurna memiliki kekasih tampan dan kaya serta mencintainya, dia semakin yakin bahwa cinta sejati itu nyata.


Namun takdir mempermainkannya ketika sebuah malam kelam menyeretnya ke dalam pelukan Nicolás Navarro—paman dari kekasihnya, pria dewasa yang dingin, berkuasa, dan telah menikah lewat perjodohan tanpa cinta.

Yang terjadi malam itu seharusnya terkubur dan terlupakan, tapi pria yang sudah memiliki istri itu justru terus menjeratnya dalam pusaran perselingkuhan yang harus dirahasiakan meski bukan kemauannya.

“Kau milikku, Serena. Aku tak peduli kau kekasih siapa. Malam itu sudah cukup untuk mengikatmu padaku... selamanya.”


Bagaimana hubungan Serena dengan kekasihnya? Lantas apakah Serena benar-benar akan terjerat dalam pusaran terlarang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neon Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12

“Tidak perlu kau membelanya!” potong Gabriel pada kekasihnya dengan nada tegas, membuat Serena tersentak.

“Jika kau punya sikap seperti seorang lelaki, seharusnya kau tahu bagaimana menjaga perempuan tanpa perlu berteriak,” jawab Nicholas dengan nada rendah namun tegas.

Serena berdiri di antara keduanya, tubuhnya menegang. Pandangan Nicholas sempat tertuju padanya—tatapan dalam yang sulit diartikan, seolah menyampaikan sesuatu yang hanya bisa dimengerti lewat diam. Tatapan itu justru membuat Gabriel semakin berang.

“Hentikan pandanganmu, Nicholas! Kau pikir aku tidak tahu apa maksudmu?!” seru Gabriel sambil mendorong dada Nicholas.

“Gabriel sudah, ayo kita pergi!” ucap Serena, suaranya nyaris bergetar. “Kita di kampus, jangan membuat keributan.”

Namun Nicholas tetap berdiri tenang. “Apa salahku jika aku hanya memastikan dia tidak jatuh? Atau kau terlalu cemburu untuk menerima kenyataan itu?” katanya tenang.

Alexandra yang sejak tadi memperhatikan menatap Nicholas dengan ekspresi tak percaya. Ada sesuatu yang berbeda dari cara pria itu memandang Serena, sesuatu yang bahkan belum pernah dia lihat sebelumnya. Tatapan itu bukan sekadar perhatian—tetapi penolakan, seakan Nicholas tidak rela melihat Serena memeluk Gabriel.

“Lebih baik kita pergi! Ayok Gabriel!” Sherina menarik tangan Gabriel, hingga baru selangkah, kekasihnya sudah kembali berbicara.

“Aku tidak suka cara dia memandangmu,” ujar Gabriel sambil menarik tangan Serena lebih dekat padanya. “Dan aku tidak akan biarkan siapa pun menyentuhmu seperti tadi.”

“Kenapa jika aku menyentuhnya?” potong Nicholas datar melangkah maju membuat mereka berhenti kembali.

Ucapan itu menggema di antara mereka, menimbulkan keheningan yang aneh. Gabriel menatapnya dengan sorot penuh kebencian, sementara beberapa mahasiswa yang menonton dari kejauhan saling bertukar pandang, menahan napas menunggu apa yang akan terjadi.

“Jangan pernah mencoba mendekatinya lagi,” kata Gabriel tajam. “Aku tidak akan segan membuatmu menyesal!”

Nicholas tersenyum tipis, nyaris tidak terlihat. “Kau terlalu percaya diri, Gabriel. Kadang, yang paling keras berteriak justru yang paling takut kehilangan.”

“Sungguh tidak punya malu, kau sudah beristri Tuan Nicholas!” ucap Gabriel mengingatkan pamannya dan tidak pernah dianggap paman.

Serena menepis genggaman tangan Gabriel dengan kasar. “Aku muak! Tidak ada yang bisa tenang di antara kalian!” katanya dingin sebelum melangkah pergi meninggalkan keduanya.

Gaby segera berlari mengikuti sahabatnya, meninggalkan suasana tegang yang belum benar-benar berakhir. Gabriel berusaha mengejar kekasihnya.

“Sekarang kau masih bebas bersamanya, Gabriel,” gumam Nicholas dalam hati. “Satu hari nanti, kau akan tahu bagaimana rasanya kehilangan sesuatu yang tidak pernah benar-benar kau jaga.”

*

*

Gabriel duduk berhadapan dengan Serena. Tatapan matanya tak lepas dari wajah kekasihnya yang tampak jauh dari senyum biasanya. Ada kesunyian di mata itu—sebuah tanda bahwa sesuatu sedang tidak baik-baik saja.

Serena menunduk, memainkan sendok di tangannya tanpa berkata apa pun. Rasa rindu Gabriel yang menumpuk selama beberapa hari terakhir seolah terabaikan begitu saja oleh sikap dingin Serena. Ia menggenggam tangan kekasihnya, berharap genggaman itu cukup untuk mencairkan jarak di antara mereka.

Gaby yang duduk bersama mereka hanya menghela napas panjang, lalu berdiri dengan ekspresi paham. “Enjoy your time, guys. I’ve to go,” katanya ringan sebelum meninggalkan meja itu. Ia tahu, keberadaannya hanya akan menjadi penghalang bagi dua hati yang sedang berusaha berbicara.

Begitu Gaby pergi, Gabriel menatap Serena lebih dalam. “Sayang, kenapa kamu menghindariku? Tolong jelaskan padaku apa sebenarnya masalah yang kamu hadapi.”

Serena mendesah pelan, matanya masih enggan menatap. “Aku nggak menghindar, Gabriel. Aku hanya lagi ada masalah. Sebenarnya aku nggak mau libatin kamu, tapi sepertinya kamu memang harus tahu. Maaf kalau nanti ini bikin kamu nggak nyaman atau bahkan sakit hati.”

“Bicaralah,” ucap Gabriel pelan. “Aku lebih suka kalau kamu berterus terang, Baby.”

“Permisi, ini makanannya.” Suara pelayan memecah ketegangan di antara mereka, meletakkan piring berisi pasta dan segelas jus di hadapan Serena.

Serena tersenyum kecil. “Boleh aku makan dulu, Sayang? Nanti aku ceritain semuanya.”

Gabriel hanya mengangguk. Ia memperhatikan setiap gerak lembut tangan Serena saat menyuap makanan ke mulutnya. Saat sebutir kecil saus menempel di sudut bibir kekasihnya, Gabriel meraih tisu dan mengusapnya perlahan. Jemarinya kemudian menyibak helaian rambut Serena yang menutupi wajahnya, gerakannya lembut dan penuh kasih.

Bagi orang lain, pemandangan itu tampak manis dan romantis. Namun, bagi seseorang yang memperhatikan dari jauh, itu adalah luka yang tak terucap.

Di meja paling ujung, Nicholas duduk bersama Leonel dan Alexandra. Meski di antara mereka sedang berlangsung obrolan ringan, perhatian Nicholas sepenuhnya tertuju pada sosok Serena. Tatapan matanya tajam, namun dalam diamnya tersimpan sesuatu yang sulit dijelaskan—rasa cemburu yang perlahan tumbuh tanpa diundang.

Leonel menatap arah pandangan Nicholas, lalu menyikutnya pelan. "Hei, mengapa kamu melihat mereka? Apakah kamu masih kesal dengan Gabriel?"

Nicholas tidak menjawab. Wajahnya tetap dingin, tetapi sorot matanya sama sekali tidak beranjak dari Serena.

Alexandra menyeringai. "Atau jangan-jangan kamu menyukai gadis itu?" Suaranya terdengar cukup keras sehingga membuat beberapa kepala menoleh.

Leonel ikut tertawa kecil. "Seorang Nicholas, si pria dingin, ternyata bisa juga jatuh cinta. Kalau benar, ambil saja! Rebut sekalian!"

“Jangan dengarkan dia! Ingat kau sudah punya istri Nich!” ucap Alexa.

“Tidak ada salahnya! Aku akan mendukungmu! Kita akan merahasiakannya dari Isabella!” jawab Leonel dengan semangat membuat Alexa adiknya menepuk dadanya sangat kencang.

"Berisik kalian berdua," balas Nicholas datar. Suaranya rendah, tetapi tegas, cukup membuat dua orang di hadapannya terdiam seketika.

Beberapa detik kemudian, ponselnya bergetar di atas meja.

Nama yang tertera di layar membuat ekspresinya berubah sedikit serius. Nicholas berdiri, mengambil ponsel itu, dan melangkah menjauh dari keramaian.

Sementara itu, Leonel hanya menatap punggung sahabatnya yang menjauh dengan tatapan penasaran. "Sungguh, dia aneh," gumamnya pelan.

Alexandra menyandarkan dagu di tangan. "Tidak aneh. Hanya sedang mulai merasakan sesuatu yang dia sendiri belum siap akui."

“Jangan menghasutnya! Dia sudah menikah dan memiliki istri!” bentak Alexandra.

“Aku tidak menghasutnya Alexa, aku sebagai temannya mendukung kebahagiaan temanku saja!” Leonel menata adiknya dengan serius. “Cepat habiskan makananmu, aku masih punya urusan.”

“Kalau masih punya urusan seharusnya kau tidak perlu menjemputku!” Alexa menjawab dengan kesal. “Lagipula di mana otakmu? Bagaimana jika aku di posisi Isabella? Apakah kamu mau?”

Leonel langsung terdiam dan Alexa hanya memasang wajah menahan amarahnya dengan sikap kakaknya sendiri.

Di sisi lain ruangan, Nicholas berhenti di dekat jendela besar. Cahaya matahari jatuh di wajahnya yang tegang. Suara Julian terdengar dari seberang sambungan, tetapi pikirannya melayang jauh—bukan pada urusan pekerjaan, melainkan pada wajah wanita yang tadi ia lihat tertawa, bersama pria yang tak seharusnya membuatnya cemburu.

To be continued

1
Haris Saputra
Keren banget thor, semangat terus ya!
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya, trmksh🙏
total 1 replies
Nana Mina 26
Terima kasih telah menulis cerita yang menghibur, author.
riez onetwo
Ga nyangka sebagus ini!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!