Kinara Kinanti seorang perantau yang bekerja sebagai tim redaksi di sebuah kantor Berita di Kota Jayra. Ia lahir dari keluarga menengah yang hidup sederhana. Di jayra, ia tinggal disebuah rumah sewa dengan sahabatnya sejak kuliah yang juga bekerja sebagai seorang model pendatang baru, Sheila Andini. Kinara sosok yang tangguh karena menjadi tulang punggung keluarga semenjak ayahnya sakit. Ia harus membiayai pendidikan adik bungsunya Jery yang masih duduk dibangku SMA. Saat bekerja di kantor ia sering mewawancarai tokoh pengusaha muda karena ia harus mengisi segmen Bincang Bisnis di kolom berita onlinenya. saat itulah ia bertemu dengan Aldo Nugraha, seorang Pengusaha yang juga ketua komunitas pengusaha muda di kota Jayra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahaya Tulip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menguji Kesabaran
Dengan sisa tenaga, Kinara ke kamar Aldo memeriksa suhu tubuhnya. "Ah syukurlah sudah normal." Kinara menatap Aldo yang nampak tidur pulas. Pembicaraan siang tadi cukup mengganggu pikirannya, "Kalau aku mengenalkan mu sebagai pacarku, apa kamu mau?" perkataan Aldo kembali teringat di kepala Kinara. Kinara merasa tersentuh dengan pertanyaan itu, tapi juga tidak masuk akal. Ia menarik selimut Aldo hingga ke dada, Lalu bangkit keluar dari kamarnya. Kinara membereskan laptop dan beberapa kertas diatas meja ruang tengah dan membawa ke kamarnya. Malam ini dia bisa tidur lebih nyenyak.
Saat pagi, Aldo mencoba bangun dari tempat tidur memastikan apakah dia masih merasa pusing. Aldo merasa lega dia sudah lebih baik. Meski masih terasa lemas, tapi pusingnya sudah benar-benar hilang. Ia menuju kamar mandi. Setelah beberapa hari tidak mandi ia merasa badannya sudah sangat gatal dan kurang segar. Sementara itu Kinara juga sudah bangun, ia pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Jam di dinding menunjukkan pukul 06.30. Kinara pikir Aldo masih berbaring di kamar dan akan membangunkannya setelah sarapan selesai.
Lirih terdengar suara air dikamar mandi Aldo, "Apa kran itu rusak lagi?" gumam Kinara. Ia bergegas ke kamar mandi dan membuka pintunya yang tak terkunci. "Kyaaaaa..." Kinara terpekik, saat melihat ada yang sedang mandi didalam. Kinara memalingkan wajahnya. Aldo yang sedang menyabuni wajahnya tak sadar ada yang masuk, ia pun tak kalah panik saat mendengar teriakan Kinara. Spontan mencoba menutup era bawah tubuhnya. "Kenapa tiba-tiba masuk?" teriak Aldo. "Kenapa pintunya tak dikunci?" balas Kinara. Ia buru -buru menutup kembali pintu itu. "Ah pagi-pagi sudah bikin aku jantungan," rutuknya.
Aldo bergegas menyelesaikan mandinya. Seperti biasa dia keluar hanya dengan menggunakan handuk. Kinara yang berdiri didapur, terkejut melihat Aldo yang keluar dengan bertelanjang dada. "Apa kamu merasa senang membuatku marah pagi-pagi?" sambil berkacak pinggang. "Kenapa kamu marah aku begini? bukannya kamu sudah melihat semuanya?" sambil balas berkacak pinggang. "Itu salahmu sendiri, kenapa pintunya tidak dikunci?" sahut Kinara. " Kamu yang aneh, sudah tau ada yang mandi kenapa malah masuk?" balas Aldo. "Aku kira kamu masih tidur dikamar, suara air itu ku pikir krannya rusak lagi," jawab Kinara. "Alasan saja mau melihatku mandi, heh," balas Aldo lalu berlalu masuk ke kamarnya.
Kinara menggertakkan giginya menahan marah karena kehabisan kata-kata. Ia buru-buru menyelesaikan pekerjaannya di dapur. Hari ini dia akan kembali ke kantor. Ia menyiapkan sarapan diatas meja. Dan berlalu ke kamarnya untuk bersiap. Aldo melihat sarapan sudah siap. Ia mengambil segelas air dan mengisi piring dengan makanan. Semalam Kinara sudah bilang padanya, kalau hari ini dia harus ke kantor. Aldo mengangguk setuju, dia akan mengurus dirinya sendiri meski belum fit benar. Dia sungkan terlalu lama membiarkan Kinara sibuk menjaganya.
Kinara keluar dari kamar dengan pakaian rapi. Meski tanpa riasan, wajah Kinara terlihat manis dan ceria. Ia melirik pada Aldo. "Kamu sudah merasa lebih baik?" tanyanya. Aldo mengangguk, "Terima kasih sarapannya. Makanlah dulu sebelum pergi." Kinara menghampiri Aldo lalu mengambil sendok dari tangannya dan menyuap sesendok makanan ke mulutnya. Aldo ternganga melihat yang dilakukan Kinara. Kinara mengunyah dengan santai, "Kenapa? Bukannya kamu menyuruhku makan?" Kinara mengambil gelas air Aldo dan meminumnya. lalu berjalan keluar, "Telpon aku kalau ada apa-apa," ujarnya lalu menutup pintu. Aldo menghela nafas, "Dasar aneh," keluhnya sambil tersenyum.
Bus yang ditunggu Kinara akhirnya sampai. Kinara terpaksa berdiri karena tak dapat kursi. Seseorang nampak menghalau orang-orang supaya memberinya jalan. "Kinara," sapa orang itu. Kinara menoleh, "Hei Ben, lama tak melihat mu." Kinara berusaha untuk tidak salting. "Aku sempat melihat mu di IGD rumah sakit Medika kemarin, Siapa yang bersamamu?" Kinara terkejut, "Ooh itu kerabatku dia kebetulan demam seharian jadi ku bawa periksa," jawab Kinara. Ben hanya mengangguk. "Apa kamu sudah punya pacar sekarang?" Kinara merasa pertanyaan Ben terlalu to the point, 'apa dia curiga?' benaknya. "Aku? Aku masih sendiri. Kenapa?" Ben mengangguk lagi. "Kamu dirumah sakit kemarin? kenapa?" Kinara mengalihkan pembicaraan. "Oh aku membawa orang korban tabrak lari disekitar kampus." Kinara mengangguk, 'Dia ternyata masih peduli seperti dulu,' benaknya. Bus berhenti di halte kantornya, "Aku duluan ya" pamitnya pada Ben. "Oh iya, aku boleh menghubungimu?" Kinara hanya mengangguk dan tersenyum.
Ia buru-buru turun karena bus akan kembali melanjutkan perjalanan. Ben merasa senang bisa mendapat kesempatan mendekati Kinara lagi. Bus yang dinaikinya melaju menjauh, Kinara semakin tak terlihat. Kinara tertegun mengingat pertanyaan Ben tadi, 'Kenapa dia harus bertanya dulu untuk menghubungi ku?' "Kinara" panggil Ayu yang sedang berlari menghampirinya. "Kamu sudah masuk kantor? gimana kondisi teman serumahmu?" Kinara mengangguk, "Dia sudah lebih baik" Ayu merangkul tangannya. "Syukurlah, memangnya dia sakit apa?" tanyanya."Dia terkena gejala types syukurlah hanya dirawat dirumah" Ayu terkejut, "Ah? Kenapa sama? Aldo juga mengabari sekretaris katanya sedang sakit gejala types tapi sudah menyetujui kontrak kita . Apa penyakit itu sedang musim? Kurasa tidak menular," gumam Ayu. Kinara hanya terdiam tak ingin menambah kecurigaan ayu.
"Apa ada kabar selama aku tidak masuk kemarin?" tanya Kinara sambil mengantri lift. Ayu mendekatkan bibirnya ditelinga Kinara , "Aku dengar wakil pimpinan marah saat rapat dengan kepala departemen. Ia mengeluhkan keterlambatan berita kita dibanding kantor berita lain. Padahal dia tidak tahu bagaimana repotnya situasi di lapangan," bisiknya. "Berarti hari ini akan ada rapat departemen?" Ayu mengangguk. Mereka masuk ke lift. "Bahkan dia akan ikut rapat bersama kita." Perasaan Kinara tidak nyaman. Sejak perkenalannya dengan Kamelia di acara sambutan kemarin, dia sudah menunjukkan sikap aneh pada Kinara.
Sesampainya diruang kerja mereka, Arya yang sudah lebih dulu datang tampak panik. " Cepat letakkan barang kalian, wakil pimpinan sudah menunggu diruang rapat." Ayu dan Kinara ikut bergegas menyusul Arya. Beberapa pegawai sudah ada disana termasuk Wira dan Lukman. Mereka menunduk dan berwajah tegang. Kamelia duduk dikursi tengah tempat biasanya Lukman duduk. Tangannya dilipat ke dada menunjukkan kekuasaannya. Ia melihat jam ditangan kirinya.
"Tepat jam 08.00 hanya segini karyawan di sini?" tanyanya dingin. "Ada yang ijin sakit, mengajukan cuti dan tugas lapangan . Jadi hanya tersisa ini yang dikantor," jawab Lukman. "Aku ingin dengar bagaimana pembagian tanggungjawab didepartemen ini." Wira yang menjadi penanggung jawab menjelaskan secara detail. Dari sekian orang hanya Kinara yang menangani dua segmen. Wira juga menjelaskan pekerjaan penanggung jawab setiap segmen. Kamelia terlihat menyimak dengan seksama.
Ia kemudian melihat tampilan Berita minggu lalu. "Kinara, kenapa tidak ada segmen bincang bisnis minggu lalu?" Kinara kemudian berdiri, " Segmen Bincang Bisnis jadwal tayangnya berselingan dengan segmen sidak sosial Bu, jadi baru rilis Minggu ini. Saya juga baru mendapat tandatangan kontrak kerjasamanya dengan pak Aldo. Jadwal Tayang baru Besok Lusa. Saya sudah siapkan Pilihan tema dan draft wawancaranya menunggu persetujuan pak Lukman. Sekalian mengatur jadwal wawancara. Kebetulan pak Aldo sedang sakit jadi saya masih mencoba menghubungi lagi. " Kinara melanjutkan penjelasan kendala yang dialami sebagian besar penanggung jawab setiap segmen. Rekan karyawan mengangguk setuju, termasuk Lukman sendiri juga menyampaikan kendala lainnya. "Oke, Saya akan bicarakan untuk permintaan tambahan karyawan. Coba cari cara lain untuk antisipasi kendala eksternalnya. Sekarang bisa bubar," ujar Kamelia lalu keluar dari ruang rapat.
Semua bernafas lega melihat Kamelia sudah keluar dari ruang departemen mereka. "Kamu hebat Kinara, akhirnya ada yang menyampaikan keluhan kita. Kita dipaksa kerja rodi tapi tidak sebanding dengan kompensasinya. Aku sempat berpikir resign beberapa kali, tapi akhirnya berusaha bertahan karena cicilanku masih banyak," ujar Mega, penanggung jawab segmen Fashion dan Mode. "Sudah seharusnya, aku juga kesal hanya terus berharap." Kinara membuka komputernya kembali bekerja. Selama ini mereka hanya bisa mengeluh sampai ke Lukman, setiap usulan dan permintaan mereka tidak pernah mendapat tindak lanjut.
Ia mengirim draft wawancara yang dia kirim melalui email pada Lukman dan sudah mendapat persetujuan. Ia lalu mengambil foto pada layar laptop meneruskan draft itu ke email Aldo. 'Untung saja aku tak perlu repot wawancara langsung,' benaknya.