Tak pernah terbayangkan dengan apa yang saat ini di jalani, bergerak tanpa arah, dan melangkah tanpa tujuan.
Terasa sesak di dalam dada mengingat semua kisah yang sulit untuk di lupakan, Namun terasa sakit saat mencoba untuk menerima semua yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selvi Noviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 14
...Kau tersenyum, menanggapi sapaan, akan tetapi jauh di dalam lubuk hati sering kali dirimu bertanya: "Apakah ada orang yang benar-benar ingin menerima diri ini apa adanya.? " ...
...sebuah pertanyaan itu seakan seperti sebuah momok yang setia dalam mengikuti diri, bahkan pada saat mata ini terpejam. ...
...Aku mengerti bahkan tahu rasanya saat berlari begitu jauh, mencari rumah pada wajah orang lain, pada genggaman yang akhirnya siap tuk di lepaskan dan pada janji yang patah di tengah jalan. ...
...Aku tahu bagaimana rasanya berharap pada sesuatu yang nyatanya Rapuh. Luka itu tak hanya meninggalkan jejak, ia menorehkan ruang kosong yang semakin lama akan menjadi membeku dan juga tak akan terasa lagi. ...
...Ada saat di mana aku menangis tanpa suara menahan semua yang terasa benar-benar melelahkan, hanya ada rasa sakit di dada dan air mata yang mengalir. Menangis tanpa suara dan saat ada seseorang yang datang dengan sigapnya tangan ini mengusap dan dengan mudahnya bibir terucap bahwa mata ini terasa perih akibat terkena debu... ...
...Pada waktu pagi ketika aku memaksakan tuk berdiri walaupun tubuh ini merasa lelah dan ingin menyerah, semua itu membuat diri ini hampir saja merasa ingin sekali menyerah dan berpikir bahwa rumah yang ku inginkan tak akan pernah ada. ...
...Akan tetapi perlahan aku pun belajar, bahwa rumah bukan lah janji yang hilang, dan juga bukan sebuah angan yang bisa tuk di lepas. ...
...Kenyataannya adalah rumah ada diri sendiri, menerima segala luka yang ada dan memberikan maaf pada masa lalu. ...
...Rumah adalah hati yang rela melepaskan tetapi juga berani dalam mencintai dengan ikhlas. ...
...Dan nyatanya sebuah rumah ataupun yang mampu menerima semuanya adalah diri sendiri. Menciptakan sebuah hati yang ikhlas dan menerima diri dengan lapang atas apa yang terjadi pada diri sendiri. ...
...•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•...
"Emily, jadi begini cara kamu pergi bersama dengan pria lain. Kamu mengabaikan panggilan dan juga pesan yang ku kirimkan. Kamu tidak tahu dengan keadaan anak kamu sendiri, bagaimana dia di sekolahnya dan mengapa dia melakukan semua itu.!" ucap Aidan dengan menarik tangan Emily.
"Bisa-bisanya kamu selingkuh dengan pria lain di tempat umum. " sambungnya dengan menatap Emily dengan kesal.
sedangkan Emily yang mendengarkan ucapan Aidan tersenyum sinis, terlihat jelas wajah Aidan yang menahan kesal terhadap dirinya.
"Lalu aku harus berselingkuh diam-diam di sebuah hotel menikmati sentuhan dari seling*kuhan.? " tanya Emily dengan melihat Aidan yang ada di hadapannya.
"Jika seperti itu boleh juga ide yang kamu berikan. " ucap Emily dengan tersenyum lalu tangannya meraih jemari Rehan yang ada di sampingnya.
"KAMU. !" teriak Aidan saat melihat Emily yang melepaskan tangannya dan dengan santainya Emily meraih tangan lelaki yang ada di sampingnya.
"Ada apa.? bukannya kamu yang memberikan saran. Seling*kuh jangan di tempat umum tapi bisa juga di hotel atau justru di rumah saja.? " ucap Emily dengan melihat Aidan.
"Bukan itu maksud ku Emily. harusnya kamu bisa jaga bagaimana hubungan rumah tangga kita, berpikirlah bagaimana nasib keluarga kita dan bagaimana dengan putra kita.! " jawab Aidan dengan menatap Emily.
Emily yang mendengarkan ucapan Aidan hanya tersenyum.
"Bukannya hubungan keluarga kita telah hilang, nasib rumah tangga kita pun telah hancur lalu nasib putra kita telah bahagia dengan wanita pilihannya. Bukannya kamu adalah papa terbaiknya, kamu tahu apa yang dia inginkan. Kamu bahkan memberikan sosok ibu yang baik untuk putra mu. Lalu untuk apa aku tetap memaksakan diri bersama dengan kalian sedangkan kalian sama sekali tidak memikirkan bagaimana perasaan ku sedikit pun. " jawab Emily dengan wajah memerah menatap Aidan yang terdiam.
"Apa maksud kamu, kamu menuduh diri ku jika aku berseling*kuh di belakang kamu.? "ucap Aidan dengan wajah yang terlihat kesal.
"Bukannya kamu memang seperti itu, atau tanggapan dan pemikiran ku yang salah.? "ucap Emily dengan tersenyum menatap Aidan.
"Ohhh kamu hanya bermain-main saja dengan dia karna merasa bosan di rumah maka kamu sibuk mencari wanita yang baru dan juga masih segar di pandang.?" sambung Emily dengan tersenyum mengejek Aidan yang terlihat mengepalkan tangannya.
"Cukup Emily. !" bentak Aidan dengan nada tinggi.
"Ikut aku pulang sekarang juga. !" sambung Aidan dengan menarik tangan Emily.
"Kamu berselingkuh dengan wanita lain, akan lebih baik jika kamu ceraikan Emily. " ucap Rehan dengan menahan tangan Aidan yang memegang tangan Emily.
Aidan yang mendengarkan ucapan Rehan seketika melepaskan tangan Emily, ia pun memberikan pukulan pada wajah Rehan.
Rehan yang menerima pukulan mendadak dari Aidan seketika terjatuh, sudut bibirnya pun terlihat noda merah.
Rehan tersenyum saat melihat jemarinya mengusap sudut bibirnya.
Emily yang melihat bagaimana suaminya yang melakukan kekerasan seketika mendorong tubuh Aidan.
"Cukup Aidan.! " teriak Emily yang saat ini menghalangi pukulan Aidan yang hendak di berikan pada Rehan.
sedangkan Rehan yang mendengarkan pembelaan Emily tersenyum menatap Aidan. Aidan yang mendengarkan ucapan Emily dengan nada yang tak pernah ia dengar seketika menatap Emily dengan heran. Selama ini tak pernah Emily berkata bahkan membentak dirinya, bahkan selama ini nada lembut dan tatapan hangat selalu di berikan oleh Emily akan tetapi saat ini demi laki-laki yang ada di hadapannya, Emily membentak bahkan tatapan nya pun terlihat benar-benar asing dari pandangannya.