Seorang anak laki-laki kala itu masih berusia 10 tahun, tidak di kenal oleh siapapun karena identitasnya telah di sembunyikan oleh sang Ibu.
Suatu hari sang lelaki itu harus menerima kehidupan yang pahit, karena sang Ibu harus di bunuh, namun sayang dia tidak dapat menolongnya, sialnya lagi dia harus mengikuti keinginan sang Ibu yaitu bersembunyi di suatu tempat agar bisa menjaga sang adik dan membalaskan dendam sang Ibu, dan juga bisa mengambil alih apa yang telah menjadi haknya.
Dan saat tiba di sebuah tempat di mana dana Dan naya di selamatkan, Dana menemukan seorang wanita yang menarik hatinya, namun sayang ketika dewasa, dia harus meninggalkan wanita itu untuk merebut perusahaan dan berpura-pura mencintai wanita lain, yaitu anak dari pembunuh Ibunya sekaligus yang telah merebut perusahaannya.
Bagaimana cerita cintanya dan apakah Dana mampu setia?, lalu apa yang terjadi dengan perusahaannya ketika Dana hadir di perusahaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 ~ Menyelamatkan Ojol
Sesi makan telah selesai, sebelum menaiki motor Dana memasangkan helm lalu menguncinya untuk Sylvia. Netra mereka bertemu, ada rona merah di pipi Sylvia, baru kali ini ada seseorang yang memasangkan helm seperti ini.
Membuat hati Sylvia berbunga-bunga, lalu menundukkan wajahnya.
"Hai ... kenapa menunjukkan wajah seperti ini, lihatlah padaku, kau ini sangat cantik, biarkan aku bisa memandangmu cantik ...," Dana memuji dengan mengangkat dagu Sylvia.
Mereka masih berada di parkiran Restoran itu. Sungguh Sylvia semakin tersipu malu saat dagu itu terangkat begitu halus.
"Jangan bersembunyi dariku sayang, karena keindahan ini tidak dapat di sembunyikan lagi, cukup di sembunyikan dari yang lain tidak untukku," Dana berucap dengan lembut penuh ketenangan dengan wajah tersenyum memandang Sylvia.
Sylvia terdiam memandang Dana dengan tangan Dana masih memegang dagu Sylvia.
"Kalau ka Dana seperti ini terus, kapan kita pulang?" ucap Sylvia berharap bisa mengakhiri tingkah Dana yang membuat Sylvia tidak bisa menatapnya semakin lama.
"Kamu benar ..., tapi jujur aku tidak ingin segera pulang, rasanya waktu kian cepat berlalu membuatku mendekati itu semua, membuatku malas, jujur aku ga mau jauh darimu, andai aku seperti yang lain, sekolah, lalu kuliah bekerja dan menikah indah bukan," keluh Dana yang kini berada di atas jok motor yang masih terparkir dengan tegak berdiri.
"Ya sudah biarkan mereka begitu kita akan menikmati dunia," ucap iseng Sylvia.
"Aku pun ingin begitu, tapi tidak mungkin aku melepaskan mereka begitu saja, ayahmu, kedua orangtuaku..., mereka sangat berarti untuk kita, dan semua itu bukan milik mereka," ucap Dana menghela nafas panjang.
"Jadi sekarang kita mau di sini saja? hmm...," Sylvia tidak lagi bisa berkata-kata, hanya mampu berucap demikian dengan melirik ke arah Dana sambil menaikkan kedua alisnya.
"Memangnya kamu mau ke mana sayang?" tanya Dana dengan mimik menggoda Sylvia.
Kembali Sylvia menundukkan wajahnya, sungguh semua ini membuat Dana semakin gemas.
"Pulang Dana ... pulang ...," ucap Sylvia dengan masih menundukkan wajahnya.
"Haha ayo sayang naiklah!," seru Dana dengan posisi kini telah siap tinggal menunggu Sylvia menaiki motor tersebut.
Motor itu telah melaju jauh dari lingkungan Restoran tersebut. Selama diperjalanan Sylvia melingkarkan tangannya ke pinggang Dana, sedangkan Dana mengelus tangan yang sedang melingkar di perutnya.
Namun tiba-tiba motor itu mengerem mendadak, tubuh Sylvia beradu tepat kepada punggung Dana.
"Owh ... ada apa Ka?" tanya Sylvia kaget.
"Maaf sayang, entahlah tapi di depan sana ramai sekali," ucap Dana sambil memiringkan kepalanya ingin melihat lebih jelas apa yang telah terjadi.
"Sayang itu seorang ojol, kesian sekali ... boleh aku ke sana menghampirinya? lagian aku sekarang menggunakan masker, bolehkan sayang?" pinta Dana memohon.
"Boleh tapi cepat kembali dan jangan terlalu ikut campur ya," Sylvia memohon.
"Terimakasih sayang," namun pandangan mata Dana fokus kepada orang yang membuat kemacetan panjang itu.
Posisi Dana hanya terhalang beberapa kendaraan namun tidak membuatnya terhalang akan apa yang sedang terjadi.
Dana merasa iba karena seorang ojol yang sedar di cecar habis-habisan oleh seorang perempuan dengan menggunakan mobil mewah.
"Maaf Mbak, Mas ... ada apa ya?" tanya Dana sopan dengan menggunakan helm dan masker.
"Ini Mas ... dia mengendarai motor ugal-ugalan, dan menyentuh mobilku, lihat mobilku sekarang ada goresan hanya karena ulahnya, tapi dia tetap g mau mengaku, bahkan tidak mau tanggung jawab," cecar seorang wanita sexy rambut panjang, glamour, dan sombong yang usianya setara dengan Dana.
"Tapi mas –," ojol itu hendak menjelaskan kepada Dana namun di hentikan oleh lengan Dana.
"Mbak, di jalan seperti ini sudah tidak aneh bukan? tapi jika kalian ribut seperti ini tidak akan ada solusi dan mereka akan berakhir memarahi kalian, karena kalian telah menganggu mereka. Sekarang jelaskan kepada saya? berapa harga yang anda butuhkan untuk mengganti keteledoran mas ini?" ucap Dana yang ingin menghentikan acara ribut di jalan itu.
"Anda? anda mau membayarnya?" ledek wanita itu.
"Betul berapa?" tanya Dana mantap.
Namun tiba-tiba ada yang menghampiri wanita itu.
"Ada apa sayang?, apa yang terjadi? untung Ayah masih di daerah sini," tanya sang ayah kepada wanita itu.
Suaranya... Batin Dana lalu melirik ke arah pria itu.
Dana kembali menghembuskan nafasnya tanpa ketara. Kini Dana harus berhadapan langsung dengannya.
Wanita itu menjelaskan panjang lebar, lalu berakhir dengan ...
"Pria ini mau menanggungnya," ujar si wanita itu dengan menatap penuh ketidakpercayaan karena melihat pakaian Dana yang mana mungkin memiliki uang.
Ojol itu memegang tangan Dana.
"Tenanglah, biarkan aku membantumu dan katakan temanmu," bisik Dana yang hanya terdengar oleh ojol itu. Ojol itu hanya menganggukkan kepalanya.
"Betul kamu menanggung semua ini? jelas ini tidak murah? siapa kamu?" tanya Fernando merendahkan.
"Saya temannya, dan saya tidak ingin para pengguna jalan semakin geram hanya keadaan ini, jadi mohon kerjasamanya katakan berapa yang perlu kami ganti?" tanya Dana kembali penuh kepastian.
Wanita itu mengatakan harga yang mesti di bayar lalu Dana pun mengeluarkan sesuai dengan harga itu.
"Ternyata kau kaya juga," ledek wanita itu sambil memperhatikan manik Dana yang tersembunyi oleh helm dan masker.
Ganteng, terlihat miskin namun tajir juga.
"Kenalkan aku Fawn, kamu?" tanya Fawn yang ternyata anak Fernando.
"Aku reksa," ucap Dana dengan tatapan tajam namun tanpa terasa menusuk.
"Ya sudah, kami sudah bertanggung jawab, bolehkah kami melajukan kendaraan kami?" tanya Dana yang enggan berlama-lama.
"Baiklah ganteng reksa, karena kamu yang meminta kami akan pergi, dan kamu ... lain kali berhati-hatilah untung saja reksa datang dan membantumu, sehingga kau selamat tidak mendekam di penjara," ucap Fawn lalu menaiki kendaraan beroda empat itu lalu berlalu.
Dana mengkode pria ojol itu lalu Dana membawa motornya dan menghampiri ojol itu.
"Mas ... terimakasih, akan saya ganti boleh minta no mu?" tanya ojol itu.
"Tidak perlu, lain kali hati-hati ya, keluarga itu cukup kejam mungkin kau pun sudah mengenal mereka," ucap Dana dan ojol itu memanggukkan kepalanya tanda mengetahuinya.
"Oh ya satu lagi, jika wanita itu mengenalimu dan bertanya tentang aku, katakan kau kehilangan kontakku karena kau sempat kehilangan handphone mu, dan aku sudah tidak di kota ini, ingat ya katakan seperti itu, dan ingat namaku reksa," pesan Dana karena feeling dia mengatakan wanita itu menyukai Dana dan sepertinya akan mencari tahu kepada pria ojol ini.
Kembali Ojol itu mengangguk-anggukan kepalanya.
"Ayo Ka, ini sudah sore," ajak Sylvia.
Dana pun berpisah dengan ojol itu dan berlalu dengan arah yang berbeda dari ojol tersebut.
Dana menggunakan jalur yang jauh karena untuk menghindari wanita itu mencari Dana melalui gerbang usang itu sehingga menggunakan jalur kota yang berbeda yang berakhir di desa mereka.
Bersambung ...