Ratih Tidak Percaya Kalau Pernikahannya Dan Akmal Akan Berakhir Hancur, Lima Tahun Bukanlah Waktu Yang Singkat, Namun Saat Ratih Telah Melahirkan Putri Pertama Mereka Yang Sudah Lama Mereka Dambakan, Namun kenyataan Pahit Menimpa Ratih, Akmal Berselingkuh Dengan Teman Dekat Ratih Seorang Janda Beranak Dua.
"Lihat Saja Mas, Akan Ku Balas Pengkhianatanmu." Ratih Gelapa Mata, Ia Bersekutu Dengan Seorang Dukun, Dan Merencanakan Pembalasan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SANTET 11
Bu Mirah Masuk Kedalam Kamarnya Dengan Wajah Kesal, Meningalkan Rena Yang Masih Mematung Disana.
"Ya Allah... Astagfirullah... " Rena Menarik Nafas Panjang, ia Segera Mengusap Air Matanya Yang Jatuh Bercucuran.
.
.
Pagi Menjelang, Rena Menunggu Ratih Sampai Tertidur Di Sofa Ruang Tamu, Saat Mendengar Deru Mesin Suara Mobil Rena Langsung Membuka Matanya. "Mba Ratih Pasti Pulang... " Ratih Berjingkrak, Ia Langsung Membuka Tirai, Memastikan Siapa Yang Datang.
"Ya Allah... Mba Ratih, Ini Sudah Ngak Beres!" Rena Membungkam Mulutnya Kaget, Saat Melihat Kakanya Pulang Bersama Pria Lain.
Matanya Memanas, Dadanya Seolah Terbakar, Dari Awal Ia Sudah Menduga Kalau Kakanya Menjadi Wanita Malam, Namun Selalu Ia Tepis Rasa Curiganya, Dan Kali Ini Filingnya Benar.
"Darimana Saja Mba Semalam Ngak Pulang?" Saat Ratih Masuk Rena Langsung Bertanya Menekan Nada Suaranya, "Mba Kerja Lah Rena, Buat Kebutuhan Kita Sehari-hari." Ratih Masih Tenang, Mengira Kalau Rena Tidak Tahu Semuanya.
Rena Makin Percaya, Melihat Beberapa Tanda Merah Di Leher Kakanya. "Mba Jadi Pelacur Kan?... Tega Yah Mba, Kasih Makan Uang Aku Sama Ibu Uang Haram!... " Rena, Meneteskan Air Matanya.
Ratih Gelagapan, Ia Bingung Namun Seolah Ini Semua Juga Bukanlah Rahasia, Karena Lambat Laut Pasti Keluarganya Akan Tahu Apa Pekerjaan Dirinya Yang Sebenarnya.
"Lancang Yah Kamu Rena!" Bu Mirah Langsung Menampar Pipi Rena, Saat Mendengar Kaka Beradik Itu Bertengkar
"Ibu..." Ratih Kaget, Rena Memegangi Pipinya Yang Terasa Panas.
"Ibu Kok Tega Sih Malah Bela Mba, Mba Ratih Kerja Jual Diri Bu, Ibu Mau Setiap Hari Makan Uang Haram, Semua Barang-Barang Kita Yang Dibeli Dari Uang Mba Ratih Itu Haram Bu... Haram!"
"Diam Kamu!" Bu Mirah Mendelik, Menatap Sinis Rena, Rena Terdiam Membisu Tidak Percaya Kalau Hati Ibunya Dibutakan Oleh Uang. "Asal Kamu Tahu Yah Rena!... Ibu Ngak Perduli, Ibu Ngak Mau Jadi Janda Melarat Banting Tulang Lagi, Semua Ini Juga Gara-Gara Kamu Tahu Ngak! Ibu Jadi Janda Gara-Gara Kamu, Bapak Kamu Meningal Juga Gara-Gara Kamu!" Bu Mirah Membentak Rena.
Rena Terdiam Mengingat Kejadian Lima Tahun Lalu, Saat Ayahnya Meningal Karena Kecelakaan Saat Menjemputnya Pulang Sekolah.
"Ibu Itu Semua Karena Takdir Bu, Kenapa Ibu Sekarang Malah Nyalahin Aku, Apa Karena Aku Ngak Kerja, Ngak Ngasih Uang Banyak Kaya Mba Ratih Ia?"
"Kamu Udah Tahu Jawabannya Ren, Uang Adalah Segalanya, Jadi Kamu Ngak Usah Ikut Campur, Bukanya Kamu Senengkan?... Tingal Menikmati Uang Dari Mba?" Ratih Mendengus, Memutar Bola matanya, Sambil Melipat Tangan.
Saat Mereka Sedang Berdebat Tiba-Tiba Terdengar Suara Kalimat Takzim Pengumuman Dari Mushola Kalau Anak Kang Syamsuri Meninggal Dunia.
Mendengar pengumuman Itu, Ketiganya Langsung Hening, Jantung Ratih Berdebar Tidak Karuan, "Ari-Ari Kemarin Malam Yang Ku Makan, Ari-Ari Bayinya Kang Syamsuri, Jadi Sekarang Dia Meningal." Wajah Ratih Langsung Pucat Pasi. Takut? Sudah Pasti, Ia Menelan Ludah Dalam, Bingung Tapi Seketika Firasatnya Tidak Enak.
Bu Mirah Yang Kebetulan Akrab Dengan Syariah Datang Melayat, Ratih Yang Penasaran Juga Ikut Datang, Sementara Rena Dirumah Menjaga Sati.
Setibanya Di Rumah Duka, Kang Syamsuri Dan Juga Syariah Menangis Histeris, Bayi Laki-Laki Anak Ketiga Mereka Meningal Dunia.
Anehnya Saat Meningal Bayi Itu Di Gigit Semut, Padahal Syariah Selalu Menjaga Bayinya. Dan Bayinya Tidur Di Ranjang Bersih. Tidak Ada Sisa Makanan, Apa Lagi Bekas Manis Disana. "Demi Allah Saya Ngak Lalai Jaga Bayi Saya, Tapi Saat Saya Kedapur Mematikan Kompor Tiba-Tiba, Saja Anak Saya Sudah Di Gerumu Semut. Padahal Saya Matikan Kompor Ngak Ada Lima Menit." Syariah Menangis Histeris, Saat Ada Seorang Ibu-ibu Yang Penasaran Dengan Kronologi Meninggalnya Anaknya.
Ratih Terdiam, Melihat Bayi Kang Syamsuri Di Kafani, Ia Melihat ada Bekas Gigitan Manusia Di Bagian Pusaran Sang Bayi, Tapi Semua Orang Nampak Tidak Engah, Hanya Ratih Sendiri Yang Melihat Itu.
"Apa Semua ini Ada Kaitannya Dengan Ari-Ari Bayi Yang semalam Aku Makan, Apakah Anak Ini Menjadi Tumbal!" Gumam Ratih, Ia Bergidik Ngeri, Pantas Saja Ia Dapat Uang Sepuluh Juta Dalam Satu Malam, Karena Pertukarannya Adalah Nyawa Bayi Kang Syamsuri, Dan Dirinya Yang Masih Selalu Perawan Saat Melayani Beberapa Tamu. "Aku Harus Menemui Ki Jambu Arsa Lagi." Biar Bagaimanapun Jika Terus Menerus Menumbalkan Bayi Ratih Tidak Tega.
"Maaf Kang Syamsuri... Saya Ada Sedikit Uang Untuk Membantu Acara Tahlilan Nanti Malam." Ratih Memberikan Uang Tiga Juta, Pada Tahun 1990 uang Tiga Juta Sangat Banyak Jumlahnya Bagi Warga Desa Yang Tidak Memiliki Sawah Dan Kebun.
"Ya Allah... Terimakasih Ratih," Kang Syamsuri Bersimpuh Di kaki Ratih, Ia Menggangap Ratih Orang Baik, Kali ini Ratih Menjadi Pusat Perhatian, Bu Mirah Senang Mendapatkan Banyak Pujian, Bahkan Berita Ratih Menjadi Janda Karena Akmal Berselingkuh Dengan Arimbi para warga Sudah Tahu.
"Ngak Nyangka Yah, Wanita Sebaik Kamu Diselingkuhin. Padahal Kamu Lebih Cantik Dari Arimbi." Bu Gosip Memuji-Muji Ratih.
"Iya Ibu-ibu, Sekarang Anak Saya Sudah Dapat Perkerjaan Yang Layak, Ratih Bekerja Di Bisnis Jual Beli Mobil Di kabupaten." Bu Mirah Menyanjung Ratih, Memegangi Kedua Pundak Putrinya Merasa Bangga.
Para Ibu-ibu Melongo, Melihat Tangan Bu Mirah Di Penuhi Emas, Gelang Dan Cincin.
"Arimbi Ngak Ada Apa-Apanya Di Banding Ratih, Dasar Akmalnya Saja Yang Terlalu Bodoh!..." Bu Mirah Tertawa Sumbang.
Bu Siti Ibu Almarhum Arimbi, Juga Datang Melayat Di Tuntun Kedua Cucunya Bulan Dan Bintang, Meskipun Mata Bu Siti Tidak Melihat Sejak Tiga Tahun Yang Lalau, Namun Pendengarannya Masih Terdengar Jelas Bahkan Saat Bu Mirah Membicarakan Almarhum Anaknya Hatinya Seketika Sakit.
"Ibu-ibu... Tolong Jangan Bicarakan Arimbi, Biarkan Ia Tenang Disana," Bu Siti Berusaha Tegar
"Buat Apa Kamu Bela Anak Mu Yang Merusak Rumah Tanga Ora Hah?... Itu Pasti Didikan Mu Kan?... Ibunya Berjilbab Anaknya Jual Diri. Sebelum Bicara Lebih Baik Kau Bercermin Lah Siti...!" Bu Mirah Menatap Sinis Bu Siti, Para Ibu-ibu Gosip Saling Menatap.
"Sudah-Sudah... Kalian Sedang Melayat Kenapa Malah Membicarakan Orang Yang Sudah Meningal, Kasian Almarhum Tambah Berat Nanti Siksanya Disana." Pak Ustadz Melerai Para Ibu-ibu. Akhirnya Mereka Terdiam, Ada Yang Pulang Dan Ada Juga Yang Masih Berada Di Rumah Kang Syamsuri.
.
.
Malam Hari Terang Bulan, Ratih Berjalan Kembali Menyusuri Hutan Gelap, Untuk Menuju Kediaman Dukun Sakti Yang Ia Puja.
Suara Burung Gagak Berterbangan Di pohon Pinus Yang Berjajar, Angin Malam Membuat Obor Yang Ada Di Tangan Ratih Berkedip-Kedip.
Semakin Jauh Ratih Berjalan Kedalam Hutan, Semakin Jauh Juga Ia Menghilang Di Balik Pekatnya Malam.