Senja Ociana, ketua OSIS cantik itu harus menjadi galak demi menertibkan pacar sekaligus tunangannya sendiri yang nakal bin bandel.
Langit Sadewa, badboy tampan berwajah dingin, ketua geng motor Berandal, sukanya bolos dan adu otot. Meski tiap hari dijewer sama Senja, Langit tak kunjung jera, justru semakin bandel. Mereka udah dijodohin bahkan sedari dalam perut emak masing-masing.
Adu bacot sering, adu otot juga sering, tapi kadang kala suka manja-manjaan satu sama lain. Kira-kira gimana kisah Langit dan Senja yang punya kepribadian dan sifat bertolak belakang? Apa hubungan pertunangan mereka masih bisa bertahan atau justru diterpa konflik ketidaksesuaian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiaBlue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Mau Neo, Boleh?
“Ayo, Ri,” ucap Senja mengajak Duri untuk ikut pergi dari sana. “Bye, bola dunia.”
Mayang menggeram, ia tak dapat lagi berkata-kata. Setiap kali berdebat dengan Senja, Mayang pasti selalu dibuat mati kutu. Kata-kata Senja juga selama ini sangat nyelekit, begitu tepat sasaran.
“Awas aja lo,” desis Mayang.
“Sayang.”
Mayang terkejut ketika sebuah tangan merangkul bahunya. Ia menoleh dan menatap malas Hengky yang sedang tersenyum manis kepadanya.
“Mereka cari gara-gara lagi sama lo? Mau gue kasih pelajaran, gak?”
Mayang menatap Hengky dengan pandangan bertanya. “Gue mau lo kasih pelajaran buat Senja, cewek brengsek itu,” bisiknya.
Hengky tersenyum miring sembari memperhatikan Langit dan Senja di ujung lapangan. “Boleh, tapi gue perlu bayaran.”
Mayang berdecih. “Lo minta berapa? Bilang aja, gue bakal kasih.”
Hengky kembali tersenyum. “Tentu bukan masalah uang. Tapi sesuatu yang lebih seru,” bisiknya menjijikkan.
Mayang menatap Hengky tajam. “Jangan macem-macem lo, lepas!”
Hengky tersenyum sinis melihat Mayang pergi dari sana. Ia menoleh dan kembali menatap Langit di ujung lapangan. Mata mereka saling beradu tatap, mata elang Langit memandang Hengky begitu tajam. Hengky pun tersenyum miring sembari mengangkat jari tengahnya, kemudian ikut pergi dari sana.
Langit menggeram melihat kepergian Hengky. Ia sedari tadi memperhatikan Hengky berbicara dengan Mayang. Perasaannya tak enak, Hengky sangat licik, segala sesuatu yang tak terpikirkan pun bisa dilakukannya.
“Langit.”
Langit tersadar dari lamunannya, ia menoleh dan melihat Senja tengah menatapnya dengan ekspresi heran. Senja pun mengikuti arah pandang Langit tadi, kemudian ia memicing.
“Kenapa kamu liatin ke situ? Jangan-jangan kamu dari tadi liatin Mayang, iya?”
Langit menggeleng. “Mana mungkin aku liatin dia, Sayang.
“Terus kenapa liatinnya ke situ terus dari tadi? Sampe aku panggil pun gak denger,” ucap Senja curiga.
“Emang kamu ngomong apa tadi?”
“Ck, gak jadi!” dengkus Senja kesal.
Langit melotot, ia menarik lengan Senja yang merajuk. “Maaf, Sayang. Aku tadi liatin Hengky, beneran, deh. Dia tadi di sana, sama Mayang, aku liat dia natap ke sini, jadi aku tatap balik.”
Senja menoleh dan menatap Langit dengan mata kembali memicing. Tak ada dusta di antara kita, eh maksudnya tak ada raut kebohongan di wajah Langit.
“Hari ini aku mau beli lipstik, alat-alat make up lainnya, punya aku udah abis,” cetus Senja membuat Langit tersenyum.
“Jadi?” tanya Langit tersenyum lebar. Padahal pemuda itu sudah tahu tujuannya Senja.
“Jadi nanti pulang sekolah kita ke mall.”
Langit kembali tersenyum, dan mengangguk pasrah. Ia menoleh ke arah Neo dan Rance, rupanya 2 sahabatnya itu sudah lebih dulu kabur. Mereka berdua benar-benar pintar melarikan diri sebelum diajak ikut oleh Senja.
“Kamu mau atau enggak?” tanya Senja.
“Tentu aja mau, dong, Sayang. Masa jalan-jalan sama kamu malah gak mau, yang bener aja, rugi, dong? Mwehe-he.”
Senja mencibir, padahal ia pun tahu jika Langit terpaksa. “Kemungkinan nanti kita sama Kak Luna sama Kak Gege juga.”
Seketika senyum Langit luntur. “Kok mereka ikut? Aku ‘kan maunya berdua aja, jadi nanti kita bisa langsung nonton di bioskop,” rengeknya.
Senja menaikkan sebelah alisnya. “Bukannya kamu ntar malem mau night ride?”
“Eh, iya juga, ya? Aku lupa, gimana kalo kita nontonya besok malem?” Langit tersenyum lebar ke arah Senja.
“Liat nanti, deh. Kamu tau sendiri, selagi ada—”
“Cewek LA itu lagi?” sela Langit kesal. “Dah, lah, aku mau latian!”
Senja terkekeh gemas melihat Langit berdiri dan bergerak masuk ke dalam lapangan. Pemuda itu tengah merajuk, jika dalam kondisi seperti ini, Langit tak ubah anak kecil merajuk tak dibelikan es krim.
“Gemesin amat pacar gue,” gumam Senja terkekeh kecil.
“BTW, dari tadi gue masih di sini, Ja.”
Senja terkejut mendengar suara seseorang tiba-tiba mengalun dari arah samping. Ia menoleh, Duri tersenyum paksa ke arahnya. Senja pun terkekeh kecil sembari menggaruk kepala.
“Ternyata lo masih di sini, Ri,” celetuk Senja membuat Duri menggulir bola matanya malas.
“Iya, sayangnya gue masih di sini, dari ta-di. Dengerin pasangan kekasih romantisan, rengek-rengekan, bikin diabetes plus iri tingkat dewa. Andai gue punya ilmu teleportasi, langsung gue gunain, dah,” celoteh Duri membuat Senja tertawa.
“Sorry, lo tau ‘kan kalo lagi pacaran itu, dunia serasa milik berdua,” canda Senja menepuk lengann Duri.
“Sayangnya gue juga kagak tau, soalnya belum pernah rasain pacaran. Miris amat gue, culun culun.”
Senja kembali tertawa, ia menghuyung tubuh Duri gemas. “Lo gak culun, lo itu berdamage, keren taauk! Mau gue cariin pacar, gak?”
“Neo boleh?” Duri tersenyum lebar sembari mendorong kaca matanya.
pi klo kelen percaya satu sama lain pst bisa
klo ada ulet jg pst senja bantai
kita lanjut nanti yaaahhhhh