Entah untuk alasan apa Gladys memilih kembali ke sebuah pulau di ujung negri. Dia memiliki banyak kenangan masa kecil yang indah disana. mungkin jejak kenangan itu yang bisa menyembuhkan luka yang entah sejak kapan mulai terbentuk.
berbekal ingatan masa lalu yang sudah puluhan tahun, dia pun nekat untuk memulai petualangannya. .....
mencari sisa kenangan bersama keluarganya, teman dan orang lain yang dahulu sangat akrab dengan nya. berharap disana juga kelak dia bisa membuat kenangan yang sama seperti yang dia rasa di masa lalu.
dapat kah Gladys mewujudkan nya ?
Apakah semua akan berjalan seperti pengharapan nya?
ikuti kisah nya.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanah Shakila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
berwajah dua
Setelah malam itu, entah kenapa Gladys merasa hari-hari nya terasa berbeda dari biasanya. Saat bangun tidur dia akan dengan cepat mencari handphone nya sebab penasaran ada sticker lucu apa lagi yang di kirim bima untuk nya.
Inikah nama nya jatuh cinta....
Berbunga-bunga.......
Pagi itu, jihan, qilah dan regi sedang berada di dapur. Beberapa hari ini mereka selalu memantau tingkah aneh Gladys . Yang suka tiba-tiba senyum sendiri. Bahkan tertawa kecil sendiri. Seperti orang yang kehilangan separuh kewarasan nya.
Dan benar saja, lagi dan lagi. Gladys keluar kamar dengan raut wajah yang aneh itu lagi. Pipi nya sedikit merona merah. Dan.....
"apa sekarang dia mulai sedikit memakai make-up? Lihat bibir nya, seperti diberi pewarna makanan tambahan." komentar regi,yang sukses membuat jihan dan qilah mengangguk setuju.
Karena terlalu di liputi rasa penasaran, mereka bertiga pun mendatangi Gladys yang sedang mengunci pintu kamar nya.
"kamu sehat kan ?" tanya qilah yang langsung menempelkan telapak tangan nya tepat di kening Gladys .
”widdiiiih. Semerbak banget wangi penganten baru." ucap regi .
Gladys sontak terkejut dengan kedatangan mereka yang tiba-tiba begitu.
"siapa yang pengantin?" tanya Gladys dengan polos.
"kamu kayak pengantin baru. Wangi benneeeeer." ujar regi
"biasanya juga kayak gini kok." jawab nya membela diri.
"gak. Ini bukan kamu yang biasanya." jawab jihan.
"jujur, ada apa ? Kamu aneh banget sejak keluar sama si bima bima itu?" cecar qilah.
"bima ?" terdengar jihan sedikit terkejut.
"iyah . Beberapa malam lalu mereka memang keluar." regi membenarkan.
"maaf nih teman-teman. Sepulang kerja nanti aku akan cerita. Tapi aku beneran buru-buru hari ini. " Gladys menghindar.
"mana bisa. aku masuk kerja nya sore dys.!!" ucap qilah.
"di grub aja. Aku pergi dulu. Bye.....!!!!"
Gladys melepaskan diri dari jeratan tiga teman nya yang super kepo itu. Dia setengah berlari sambil menjauh dari ketiga nya. Sambil melambaikan tangan.
"emang kita ada grub ?" tanya regi.
"buat aja deh mendingan. Udah tiga bulan juga. Aneh banget lagi kita gak punya grub percakapan via pesan." jawab jihan.
"kamu aja yang buat, aku gak punya nomer nya Gladys ." jawab qilah.
"lah, sama. Aku juga gak punya." jawab jihan.
Mereka pun saling bertatap - tatapan sebelum akhirnya tergelak bersama. Memang sedikit aneh, mereka belum ada yang punya nomer handphone Gladys . Bukan aneh, tapi memang di setiap kesempatan Gladys hampir tak pernah memegang handphone nya. Jadi hal sederhana, seperti bertukar nomor handphone itu tidak pernah terlintas dikepala mereka.
***
"ku fikir kata mu tidak tertarik dengan bima ?" tanya jihan. Dia menyesap dalam benda bulat, panjang, tapi kecil, yang terselip di antara jari telunjuk dan jari tengah nya. Lalu asap tipis dikeluarkan dari ujung bibir nya.
Gladys cukup tertegun melihatnya, dia tak pernah tahu sebelumnya jika Jihan seorang perokok. Namun dia tak terlalu memperlihatkan keterkejutan nya, bukan kah memang wanita juga bisa merokok ,?
"aku ingin dengar penjelasan mu ? Bukan kah sudah ku katakan,jika aku yang menginginkan nya ? Kenapa tidak mengusahakan agar aku bisa lebih dekat dengan nya ? Ini malah kamu yang kegatelan, nempel ke dia"
Sepertinya, ucapan itu yang lebih buat Gladys shok sampai membulatkan sedikit mata nya. Menatap gadis yang sedikit jauh dari nya. Wanita itu berdiri didepan jendela dan melihat kearah luar. Dari raut wajah nya dia terlihat benar-benar kessal.
"apa pembelaan mu ?" tanya jihan lagi. kini dia berbalik badan ke arah Gladys sambil berkacak pinggang. Dengan satu tangan nya masih terselip benda berasap itu.
"selama aku bertemu dengan nya, dia tak pernah membahas apapun tentang mu." jawab Gladys dengan sangat hati-hati.
"seharusnya kamu yang mengusahakan, agar dia sedikit melirik ku." nada suara jihan terdengar sedikit meninggi.
'memang nya dia bisa apa jika kenyataan nya bima sama sekali tidak tertarik pada mu."
Jawaban lain terdengar datang dari mulut seseorang. Dan ternyata itu zarah.
"kalian berdua bersekongkol yah ? Kalian fikir aku tidak bisa dapatkan dia ?" jihan semakin geram
"tentu saja. Pasalnya aku tidak pernah melihat bima sedikit pun melirik mu."zarah seperti mengejek.
"jangan menyalahkan ku jika akhirnya bima akan bertekuk lutut pada ku." ucap jihan penuh keyakinan. Dia menghisap kembali benda berasap itu, sebelum akhirnya di buang keluar jendela.
"jika memang dia lebih memilih mu, mana mungkin aku akan memaksa nya. Aku tak pernah memaksakan sesuatu yang memang bukan milik ku." jawab Gladys .
"kau harus pegang kata-kata mu itu. Mulai sekarang, berhenti berhubungan dengan nya. Agar dia tidak kebingungan dengan perasaan nya." jelas jihan
"yah gak bisa gitu dong. Terserah dia mau hubungi siapa, kamu usaha sendiri. Yah, Gladys juga usaha sendiri. " jawab zarah yang membela Gladys .
Mata jihan terlihat merah dan berkaca. Dia terlihat sangat emosi. Dengan sedikit menghentakkan kaki nya. Dia meninggalkan dapur menuju kekamar nya.
"lihat saja nanti, ku pastikan kalian akan menyesal melakukan ini pada ku."
Jihan masuk dengan emosi yang memuncak. Dia membanting pintu kamar nya dengan sangat kessal.
"kamu gak apa-apa?" tanya Zarah.
Gladys hanya mengangguk, dia lebih terlihat kebingungan dari pada ketakutan.
"apa yang terjadi ?" tanya zarah lagi.
"pagi tadi, qilah dan regi meminta ku bercerita soal kedekatan ku dengan bima. Kebetulan jihan juga bersama mereka. Aku tidak punya banyak waktu sebab harus masuk kerja. Jadi aku belum mengatakan apapun. Sepertinya, itu pemicu jihan malah balik marah pada ku. Sebab beberapa waktu yang lalu. Dia meminta ku agar bisa membantu nya dekat dengan bima."
", hemmmmh... Si ular itu benar-benar deh.!!!" ucap zarah sambil merapikan rambut nya yang sedikit mengganggu pandangan nya.
"sepertinya mulai sekarang kamu harus jaga jarak dengan nya" sambung zarah.
"bagaimana cara nya ?"
"yah usahakan hindari dia dalam situasi apapun. Dia itu sangat licik." ucap zarah.
Keduanya lanjut berbincang banyak hal, beberapa penyewa dirumah itu juga beberapa ada yang di minta pergi sebab ulah jihan yang suka melaporkan hal yang tidak benar. Zarah tahu semuanya, hanya saja dia tidak mau terlalu ikut campur. Tapi sepertinya, kali ini dia tidak akan tinggal diam.
Akhirnya Gladys mengerti kenapa jihan suka tiba-tiba baik, atau tiba-tiba cuek tidak jelas. Rupanya dia memang memiliki sedikit kelainan. Penyakit hati mungkin. Atau apa lah itu. benar-benar sangat mengganggu.
***
Sepertinya rencana mereka untuk keluar bersama di weekend, harus di tunda. Gladys benar-benar mengurung diri di kamar seharian tanpa mengaktifkan handphone nya. Tak perduli dengan seseorang yang sungguh sangat mengkhawatirkannya.
Terdengar ketukan di pintu nya, tapi dia sungguh enggan untuk bergerak untuk membuka nya.
"aku tahu kamu di dalam. izinkan aku masuk ." ucap zarah dari luar kamar.
Mendengar suara itu, Gladys dengan malas pun akhirnya membuka pintu. Zarah dan qilah dengan cepat masuk. Sementara saat regi ingin ikut masuk qilah malah mencegat nya.
"ini urusan perempuan, kamu gak usah ikut-ikutan. Kecuali kamu berniat ingin menjadi perempuan juga."
Regi tidak bisa berbuat banyak, belum juga dia menjawab. pintu nya sudah di tutup.
"ada apa dengan mu ? Kau tahu dia sangat khawatir tentang mu. Aku sudah bicara pada nya soal perlakukan jihan pada mu. Maka nya dia menahan diri untuk tidak datang kesini," jelas zarah.
"aku sudah dengar semuanya dari zarah. Aku minta maaf, karena kecerobohan ku sembarang bertanya . Kamu malah berakhir seperti ini. ";qilah terdengar sungguh menyesal dengan sikapnya beberapa hari yang lalu.
Gladys tertunduk semakin dalam, perlahan pundak nya bergetar. Zarah dan qilah saling pandang. Tak tahu sebenarnya apa yang tengah di fikirkan Gladys. Tapi melihat kondisi nya, dia jelas tidak baik-baik saja.