NovelToon NovelToon
Menantu Dari Desa

Menantu Dari Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga / Romansa / Konglomerat berpura-pura miskin / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: omen_getih72

Naura Anjani, seorang gadis desa yang menikah dengan pria asal kota. Namun sayang, gadis itu tidak di sukai oleh keluarga suaminya karena dianggap kampungan dan tidak setara dengan menantu lain yang memiliki gelar pendidikan tinggi dan pekerjaan yang memadai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

"Tu... tunggu! Maksud kamu, wanita pengangguran ini bisa punya uang sebanyak itu?" timpal Rere tak percaya. Bahkan, bibirnya ikut ternganga.

"Kamu pasti bohong, Zriel! Aku yang kerja jadi dokter saja tetap harus nabung. Mana bisa pengangguran yang tidak pernah terlihat bekerja dan hanya numpang hidup di sini bisa punya uang tiga puluh juta?"

"Benar kata Rere, Zriel. Sejak menikah dan tinggal di sini, Mama tidak pernah melihat Naura punya pekerjaan yang bisa menghasilkan uang sepeser pun!" Mama Sovi ikut menimpali.

"Mama tahu otak kamu sudah dicuci oleh Naura dan selalu berusaha untuk bela Naura setiap kali ada yang menegur perilaku buruk istrimu itu. Tapi, kamu tidak bisa berbohong seperti ini, Zriel!"

Tatapan Mama Sovi terlihat berapi-api. Apalagi, saat dia menatap Naura.

Kebencian terlihat membara di mata wanita itu seolah-olah Naura sudah menghancurkan seluruh kehidupan Azriel.

"Zriel, meskipun kamu seorang dosen, tapi kamu harus tetap punya tabungan. Hidup kamu ke depannya akan membutuhkan banyak biaya. Apalagi, kalau kamu sudah punya anak," Mama Sovi kembali berusaha mengingatkan putranya.

"Kenapa kamu malah membiarkan Naura menghamburkan uangmu untuk hal-hal yang tidak berguna? Mulai dari belanja pakaian mahal di mall. Ditambah lagi, memberikan uang sumbangan di pernikahan Dewi sampai tiga puluh juta! Kamu benar-benar mau membuat hidup kamu hancur dengan memfasilitasi semua keborosan dan kemalasan Naura?"

Hati Naura berdenyut sakit saat mendengar semua tuduhan ibu mertuanya.

Memang selama ini ia terlihat seperti pengangguran.

Namun, jika ada waktu luang, ia selalu berdiam diri di kamar bukan untuk bermalas-malasan.

Naura tetap bekerja untuk mengelola perkembangan perkebunan sawitnya.

Naura hanya tidak mau memamerkan semua itu di hadapan seluruh keluarga Azriel karena ia pikir tidak ada gunanya melakukan itu.

Apalagi, sikap pamer dan sombong merupakan salah satu tindakan tercela yang tidak disukai Allah.

Naura hanya ingin diterima dengan tulus oleh keluarga Azriel tanpa ada motif apapun.

Sayangnya, ternyata keluarga suaminya sangat materialistis.

Semuanya sudah terbukti dari cara Mama Sovi, Rere, dan Ria dalam bersikap terhadapnya.

Mereka semakin terang-terangan menuduh Naura sebagai parasit yang harus dimusnahkan hanya karena ia bersikap manja pada Azriel.

Padahal, sudah sangat wajar jika seorang istri bersikap manja dan ingin disayang oleh sang suami.

Azriel mendengkus kesal. Ia menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala.

Entah apa lagi yang harus ia jelaskan pada keluarganya agar mereka merubah sikapnya pada Naura.

"Kenapa kalian tidak ada yang percaya padaku, sih?" decak Azriel kesal. "Memang benar semua itu uang sumbanganku dan Naura. Tapi, kalian harus tahu kalau aku hanya menyumbang sedikit dan sisanya semua uang Naura."

Bagai semilir angin yang berhembus, pembelaan yang dilontarkan Azriel mampu meredam amarah di hati Naura.

Satu-satunya hal yang membuat Naura bisa bertahan di keluarga itu hanyalah suaminya.

Pria itu yang tidak pernah memandang rendah dirinya dan selalu sigap dalam membelanya.

"Aku bahkan tidak tahu kalau uang sumbangan kami bisa sampai tiga puluh juta," ujung mata Azriel melirik ke arah Naura yang sejak tadi hanya diam.

Wanita itu hanya mendengarkan semua tuduhan kejam yang dilontarkan padanya.

"Ta... tapi itu aneh kan, Zriel," Tante Gina menyela ucapan Azriel.

Ia tampak berusaha merangkai kata yang tepat untuk membalas semua penjelasan Azriel.

"Apanya yang aneh sih, Tante?" timpal Azriel geram. "Semuanya sudah aku jelaskan, loh."

"Naura kan pengangguran, Zriel. Mana bisa dia kasih sumbangan sebanyak itu dan kamu malah bilang sumbangan terbanyak dari Naura?" jelas Tante Gina.

Ia masih merasa tidak percaya sama seperti Mama Sovi, Rere, dan Ria.

"Sudahlah, Gina. Tidak usah kamu pedulikan ucapan Azriel," ucap Mama Sovi sambil memijat pelipisnya.

Kepalanya terasa berdenyut mendengar semua pembelaan yang dilayangkan Azriel untuk istrinya.

"Sudah jelas-jelas istrinya itu pengangguran. Apalagi tadi habis belanja-belanja baju mahal. Mau makan malam di luar juga. Naura boros sekali. Sudah pengangguran, pemalas, boros, dan suka menentang omongan mertua. Dia sama sekali tidak ada bagus-bagusnya. Dia hanya bisa membuat kepalaku sakit. Malang sekali nasibku punya menantu bungsu seperti ini."

"Yang sabar, Ma," ujar Ria sambil merangkul Mama Sovi.

"Iya, Ma. Nanti juga lambat laun Azriel pasti sadar kalau Naura itu perempuan tidak baik," timpal Rere ikut mengompori suasana agar semakin panas.

"Azriel pasti akan mulai merasakan betapa ruginya punya istri boros dan tidak bisa bekerja seperti Naura kalau sudah mulai punya anak dan menyekolahkan anaknya. Dia pikir menikah hanya untuk senang-senang saja."

"Iya. Semoga saja Azriel segera sadar dan tidak terus membela Naura," tatapan Mama Sovi menohok tajam ke arah Naura. "Naura pasti mengguna-guna Azriel! Membuat, Azriel jadi bertekuk lutut dan terperdaya seperti ini!"

"Astaghfirullah, Ma! Nyebut, Ma!" hardik Naura tegas.

Ia sudah tak bisa menahan emosinya. Ucapan Mama Sovi yang menuduhnya sudah mengguna-guna Azriel dengan bantuan dukun sungguh sangat keterlaluan.

Padahal, hubungannya dengan Azriel murni karena saling mencintai sepenuh hati.

Ia bahkan rela diperbudak layaknya pembantu hina selama berbulan-bulan di rumah itu hanya untuk menyenangkan hati suaminya.

Ia ingin Azriel tahu kalau ia bisa jadi istri dan menantu yang baik di keluarganya.

Ia rela diperlakukan seperti pembantu tanpa digaji sepeser pun dan kini mereka malah menuduhnya mengguna-guna Azriel.

"Kamu yang seharusnya nyebut Naura!" timpal Rere dengan tatapan arogannya.

Wanita itu bahkan tak terlihat sedikit pun merasa berterima kasih pada Naura.

Padahal, selama ini Naura selalu memasak dan mengurus anak-anaknya di saat dia sibuk bekerja.

"Mbak Rere, tidak perlu ikut-ikutan mengompori Mama!" balas Naura tanpa ragu. "Aku tegaskan sekali lagi, ya! Aku tidak mengguna-guna Mas Azriel dan Mas Azriel memang mencintaiku dengan tulus seperti aku yang tulus mencintainya."

Naura menjeda ucapannya sejenak karena dadanya yang terasa sesak.

Ia yang sudah mulai di kuasai emosi membuat matanya berkaca-kaca menahan tangis.

Ia tak ingin meluapkan amarahnya sambil menangis. Jadi, ia sebisa mungkin menahannya.

Air mata hanya akan membuatnya terlihat lemah di hadapan mereka.

Pandangan Naura kini beralih pada Tante Gina dan Dewi. Ia menatap mereka dengan tatapan tajam.

"Sekarang, begini saja. Kalau Tante Gina dan Dewi merasa tidak suka aku menghamburkan uang Mas Azriel, kembalikan uang tiga puluh juta dariku. Cepat kembalikan!"

***********

***********

1
inchieungill
iya betul, setiap rumah tangga sebaiknya pisah dari orangtua atau mertua, biar tidak terjadi konflik.
Latifah
Bagus Cerita nya ,, di tunggu lanjutnya Yaa !!!
olip
lnjut
olip
lnjut...mkin penasaran...ttap smngat thor
olip
lnjut
olip
q mmpir thor...lnjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!