Tamara adalah seorang wanita muda yang independen dan mandiri. Ia bisa hidup bahagia dan kaya tanpa dukungan seorang laki-laki. Ia juga membenci anak-anak karena menurutnya mereka merepotkan dan rewel.
akan tetapi takdir membuatnya harus mencicipi kehidupan yang paling ia benci yaitu bertransmigrasi menjadi seorang ibu muda dari anak yang bernasib malang...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Q Lembayun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kakak ipar marah
Adam memilih barang-barang yang dibutuhkan oleh Tamara sambil menggendong Dave di tangan kirinya. Ia juga mendorong troli besar untuk menaruh barang-barang yang telah mereka pilih sebelumnya. Terkadang ia juga sesekali melirik Tamara yang sedikit kesusahan saat berjalan dengan perut besarnya.
Sebenarnya Adam merasa nyaman saat bersama dengan Tamara dan anaknya. Keduanya entah mengapa memberikan banyak hal positif dalam kehidupannya, termasuk cara ia memandang dunia menjadi lebih luas lagi. Baginya Tamara merupakan seorang wanita tangguh dengan masalah yang begitu berat dan bertubi-tubi. Begitu pula dengan seorang anak yang ada di gendongannya ini, sangat cerdas masuk akal dan tak kalah tangguh dari sang ibu.
Tamara yang melihat Adam memeluk Dave dengan penuh kasih sayang entah kenapa membuatnya berilusi bahwa merekalah sepasang ayah dan anak. Hal tersebut kembali meyakinkan Tamara bahwa sepertinya Dave masih membutuhkan sosok ayah dalam hidupnya. Bila memungkinkan Tamara ingin menjadikan Adam sebagai ayah dari Dave setidaknya sebagai seorang ayah baptis. Saat Tamara asik dengan pemikirannya ia pun tak sengaja melihat bahwa troli yang mereka bawa telah penuh diisi oleh barang-barang keperluan dirinya. Barang-barang itu sangat banyak dan hampir penuh dan Tamara tahu pasti bahwa harga satu barang di dalamnya bukanlah barang dengan harga yang murah.
"Kenapa kamu mengambil banyak sekali barang? Ini sangat mahal dan aku tidak mampu untuk membayarnya."
Tamara pun bergegas untuk mengambil kembali barang tersebut dan menaruhnya ke dalam rak. Akan tetapi Adam segera mencegahnya dan langsung menatap ke arah Tamara dengan tetapan kesal.
"Bukankah aku mengatakan padamu bahwa kali ini aku yang traktir."
"Aku tahu tapi ini terlalu banyak dan terlalu mahal."
"Tidak apa-apa, sesekali membeli banyak barang untuk anak tercinta. Lagipula kamu juga membutuhkannya."
Kalimat demi kalimat yang dilontarkan oleh Adam memang merupakan sebuah candaan ataupun hal lelucon di antara mereka. Akan tetapi tidak menutup perasaan bahwa Tamara merasa bahwa itu telah berhasil menyentuh hatinya. Sangat jarang melihat seorang laki-laki yang begitu baik dan bertanggung jawab seperti seorang Adam. Jika beruntung ia mungkin akan sangat senang berdampingan dengan laki-laki seperti itu. Walaupun Tamara harus menyadari kenyataan bahwa statusnya saat ini sedikit merugikan dibandingkan dengan statusnya di kehidupan sebelumnya. Apa yang Adam katakan sebelumnya bahwa ia adalah seorang janda dengan dua anak memang benar adanya. Walaupun mungkin Adam tak keberatan dengan statusnya, akan tetapi tetap saja tak enak dilihat oleh orang banyak dan akan menimbulkan banyak cibiran. Seorang wanita janda dengan dua anak menikahi seorang dokter tampan muda dan kaya. Itu pasti akan menjadi bahan untuk bergosip dan banyak orang mencemooh hubungan mereka. Itupun jika ia dan Adam benar-benar bisa bersama, kalau tidak lebih baik lupakan saja dan manfaatkan Adam sebagai salah satu dermawannya yang akan ingat dan balas kebaikannya di masa depan.
Berbeda dengan Adam dan Tamara, seseorang saat ini sedang berkeringat dingin dan meremas sebuah botol minuman sambil melotot ke arah dua orang itu. Ia merasa kakinya menjadi lemah saat mendengar bagaimana Adam mengatakan bahwa ia akan membelanjakan banyak uang untuk anaknya. Dharma merasa bahwa riwayatnya sebentar lagi akan tamat. Mengingat penampilan kakak iparnya yang sudah hamil besar dan didampingi oleh seorang laki-laki tampan. Apalagi ditambah dengan Dave yang terlihat begitu akrab dengan ayah barunya itu.
"Laki-laki jahanam, berani sekali dia merebut kakak iparku," ucap Dharma kesal.
Tamara terlihat begitu bahagia, dia terus tersenyum dan membelai perutnya yang telah membuncit. Akan tetapi pemandangan yang membuat Dharma merasa pasrah adalah laki-laki yang ada di sampingnya. Laki-laki itu terlihat begitu tampan dan rapi sehingga memiliki kesan yang begitu anggun, seperti laki-laki yang digambarkan pada sebuah film di televisi. Dan yang paling penting adalah LAKI-LAKI ITU NGGAK KALAH KECE DIBANDINGKAN SAMA ABANG VIN.
"Baru beberapa bulan ditinggal Vin, Tamara sudah dapat pengganti yang nggak kalah ganteng. Mampus, gimana caranya bikin mereka cerai." ucap Dharma mengeluh.
Awalnya Dharma datang ke toko ini untuk membeli beberapa barang yang akan ia berikan pada Tamara nanti, sesuai dengan apa yang diinstruksikan Vin padanya. Akan tetapi siapa yang menyangka bahwa pemandangan yang paling tidak ingin ia lihat berada tepat di depannya. Tamara bersama dengan suami barunya berjalan-jalan untuk memilih perlengkapan bayi dan terlihat begitu bahagia dan serasi. Bahkan jika Dharma tak tahu bahwa Dave adalah anak dari Vin mungkin ia akan berpikir bahwa laki-laki itu dan Dave merupakan ayah dan anak kandung.
Dharma pun mengamati pasangan itu dari kejauhan sambil menyembunyikan dirinya agar tak terlihat terlalu mencurigakan. Ia sengaja mengambil beberapa barang secara acak sambil menunggu kesempatan untuk dapat berkomunikasi dengan Tamara.
Setelah lama menunggu akhirnya kedua pasangan baru itu berpisah juga. Tamara meminta izin untuk pergi ke toilet dan Dharma pun segera bergerak untuk berbicara dengannya. Akan tetapi saat mereka berhadapan dan Dharma ingin menyapa, Tamara justru melewatinya seperti melewati orang asing yang tidak dikenal.
Melihat Tamara yang begitu cuek dan tak menyapanya membuat Dharma semakin takut. Pikirannya mulai panik karena merasa mungkin Tamara marah padanya karena tidak membawa Vin dalam keadaan hidup pada misi itu. Atau mungkin Tamara marah karena ia tak menahan wanita itu saat akan pergi dari rumah dinas.
'mati sudah, bukan hanya Vin yang marah padaku. Tapi kakak ipar juga sepertinya sangat marah padaku'
Akan tetapi Dharma mencoba untuk berpikir positif, mungkin Tamara sedang terburu-buru untuk pergi ke toilet sehingga tak sempat untuk menyapanya. Apalagi saat ini Tamara sedang hamil besar, sehingga kesulitan untuk menahan hal-hal semacam itu dibandingkan dengan tubuh normal biasanya.
Dharma pun akhirnya menunggu untuk waktu yang lama di depan toilet. Ia berjalan bolak-balik sambil memikirkan berbagai macam kata-kata manis untuk membuat Tamara kembali lagi bersamanya. Akan tetapi betapa kagetnya Dharma saat melihat Tamara yang berjalan melewatinya sekali lagi. Dharma pun memberanikan diri untuk mengejar lalu meraih tangan kakak iparnya itu, dengan wajah yang sedikit memelas seperti ekspresi permintaan maaf yang mendalam ia pun menyapa Tamara untuk pertama kalinya.
"Kakak ipar..."
Mendengar panggilan itu Tamara pun mengerutkan dahinya dengan heran. Ia tak pernah dipanggil dengan gelar menjijikkan semacam itu. Ia pun segera melepas genggaman dari Dharma dan mencibir. Jiwa narsis Tamara pun berpikir mungkin laki-laki ini tertarik padanya dan pura-pura mengenalnya. Lagi pula walaupun dia sedang hamil besar tapi ia memiliki wajah yang sangat cantik jadi wajar saja jika masih ada yang menyukainya.
"Maaf, kamu siapa ya?"