Ditindas, dijual oleh keluarga sendiri, dimanja dan dibela oleh keluarga suami
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14. Malu Dan Canggung
"Kamu ikut saja, kamu akan hidup senang, kamu tidak perlu lagi berpikir akan kekurangan uang." Ujar Pak Alan tidak ada sedih sama sekali.
"Tidak, aku tidak mau, lepaskan, lepaskan aku, ayah tolong, tolong aku ayah." Ayu memohon sambil menangis mengharap iba pada ayahnya itu.
Pak Alan langsung sama sekali tidak merasa iba pada putrinya itu, dia malah menyuruh juragan Sofyan dan kedua anak buahnya agar segera membawa Ayu.
"Bawa dia ke mobil !" titah juragan Sofyan pada anak buahnya.
"Siap juragan, ayo ikut." Kedua anak buah juragan langsung menarik paksa Ayu ke mobil.
Ayu tetap menolak, dia melawan, namun tenaganya kalah jauh dari kedua anak buah juragan Sofyan.
Hingga tidak butuh waktu lama lagi Ayu berhasil dibawa oleh juragan Sofyan dan kedua anak buahnya.
Pak Alan hanya memandang datar, sedih tentu saja ada namun dia tidak bisa berbuat apapun, hutangnya sangat banyak pada juragan Sofyan dan tidak ada uang tunai untuk membayar, hanya cara itu yang dia punya, memberikan putrinya kepada juragan Sofyan agar hutangnya lunas.
"April, kurang ajar kamu, aku akan mencari mu, gara-gara kamu putriku satu-satunya yang harus menggantikan mu, aku tidak akan melepaskan mu." Pak Alan tetap menyalahkan April, dia tidak sadar kalau dirinya yang salah.
***
"Makan yang banyak, biar kamu kuat, dan cepat berikan cucu untuk Ibu." Ujar Bu Lusi pada April yang sedang menikmati makan malam.
April menjadi kikuk, dia malu dengan sikap absurd Bu Lusi mertuanya, sedangkan Juni hanya tersenyum kecil melihat sikap malu-malu April.
Setelah makan malam, semaunya berkumpul diruangan keluarga, mereka mengobrol ringan, sembari nonton TV.
April sendiri merasa kaku kali ini berada diantara Bu Lusi dan Juni suaminya, hari-hari sebelumnya April biasa saja, tapi setelah menikah dia menjadi canggung, karena dia malu, apa lagi dengan cempreng Bu Lusi mertuanya yang selalu berkata dalam tentang malam pertama.
Sedangkan Juni menatap April dengan senyum yang tidak bisa diartikan, dan itu membuat April semakin malu.
Waktu terus berjalan, semuanya akan beranjak tidur, Bu Lusi masuk ke kamarnya, sedangkan Juni dan April juga kekamar.
April mencoba menyesuaikan diri agar tidak terlihat kaku, dia bersikap seperti hari sebelumnya.
"Aku tidak boleh canggung, aku sama mas Juni suami istri, jadi buat apa aku canggung, bukankah sebelumnya aku biasa saja." Monolog April, sambil mengikuti dibelakang Juni yang berjalan kekamar mereka.
Juni membuka pintu kamar, dia masuk tidak menutup kembali pintunya karena dia tau April ada dibelakangnya.
Namun sampai kedalam kamar, Juni tidak melihat April, dia menoleh kepintu, ternyata April berdiri disana seperti patung.
April ragu-ragu masuk karena Juni tidak menyuruhnya, jadi April hanya berdiri saja.
"Sampai kapan kamu akan menjadi patung disitu ?" tanya Juni seperti mengejek.
"Masuk lah." Ujar Juni lagi.
"Boleh ?" tanya April memastikan.
"Tentu saja." Jawab Juni, dan dia segera kekamar mandi.
April langsung masuk, dia langsung naik ketempat tidur, tapi dia tidak langsung tidur, dia hanya duduk bersandar pada kepala ranjang.
Pikiran April sudah mulai tenang, jantungnya tidak berdegup seperti tadi, April berhasil menyesuaikan jantungnya dengan sikapnya.
Tidak lama kemudian terdengar pintu kamar mandi terbuka, Jum keluar dari sana.
April mencoba bersikap biasa saja, dia tidak mau kaku didepan Juni, lagi pula Juni sudah menjadi suaminya walaupun belum tau pernikahannya seperti apa, tapi April tetap akan menjadi istri pada umumnya.
"Tidurlah, ini sudah larut, aku akan tidur dikamar sebelah." Ujar Juni saat kembali dari kamar mandi dan melihat April masih duduk bersandar dikepala ranjang belum tertidur.
"Kenapa, bukankah kita suami istri, sudah seharusnya satu kamar 'kan ?" April tau mereka menikah bukan karena cinta, tapi apakah salah kalau keduanya akrab dan mencoba saling menerima karena bagi April pernikahan hanya ingin terjadi sekali seumur hidupnya, walaupun nantinya Tuhan berkehendak lain.
Juni terdiam, dalam hatinya sedikit tenang mendengar perkataan April, jujur Juni sebenarnya sudah ada rasa suka didalam hatinya pada April, dan juga ada perasaan lain yang dia belum tau pasti dalam hatinya untuk April.
Juni belum bisa memastikan rasa apa itu, tapi yang jelas dia sedang saat mendengar perkataan April tadi yang mengatakan bukankah kita suami istri dan sudah sewajarnya satu kamar.
Juni juga akan memperlakukan April dengan baik dan siap memasang badan untuk melindungi April istrinya dari bahaya apapun.
"Apakah ada kasur lantai dan selimut tebal, biar aku tidur dibawah saja, dan kami tidur disini." Ujar April sembari menepuk tempat tidur.
Juni tersenyum, dia menarik selimut sembari berkata. "Tidurlah, kamu tidur ditempat tidur." Juni menyelimuti tubuh mungil April.
"Mas gimana ?" tanya April, April tidak mau kalau sampai Juni yang tidur dilantai.
"Aku akan tidur disebelah kamu, bukankah tadi kamu bilang kita suami istri ?" Juni tersenyum menatap April yang mengangguk membenarkan perkataan Juni.
Tanpa aba-aba Juni mendaratkan kecupan di kening April, dn membuat April tersentak, tapi April juga merasa nyaman.
"Selamat malam." Ujar Juni dan kemudian mengitari tempat tidur dan langsung tidur disebelah April.
April jangan ditanya lagi, jantungnya kembali berdegup cepat, kecupan Juni di keningnya tadi membuat jantungnya bereaksi walaupun tadi dia sudah mencoba bersikap seperti biasa.
Sementara ditempat lain, seorang gadis menangis sembari menggedor -gedor pintu.
"Buka pintunya, keparat, cepat lepaskan aku," Teriak gadis itu yang tidak lain adalah Ayu.
Ayu dikurung dikamar dirumah juragan Sofyan, rumah itu adalah rumah juragan Sofyan sendiri, disana tidak ada para istrinya, karena juragan Sofyan menempati para istrinya dirumah lain yang jauh lebih besar dari rumah tempat Ayu dikurung.
"Hei diam, kalau kamu terus berteriak dan menggedor pintu, aku bunuh kamu, mau ?" ancam anak buah juragan Sofyan yang menjaga Ayu didepan pintu agar Ayu tidak bisa kabur.
Ayu terdiam, dia menangis dalam diam. Ancaman anak buah juragan Sofyan sangat membuat dirinya takut.
"Bagai mana, apa dia masih berteriak ?" tanya juragan Sofyan pada anak buahnya.
"Sekarang tidak lagi, mungkin dia takut dengan ancaman ku." Jawab anak buah juragan Sofyan tanpa memberi tahu ancaman apa yang dia berikan pada Ayu hingga membuat Ayu diam.
"Bagus, berikan dia makan yang banyak, pastikan dia terlihat menarik, besok akan ada orang yang meriasnya, dan setelah itu aku akan menjualnya dengan harga yang mahal." Ujar juragan Sofyan sembari mengelus jenggotnya yang tipis.
"Tapi juragan, kenapa harus dijual buru-buru, apa tidak sebaiknya juragan pakai dulu dia ?" tanya anak buahnya.
Tuk, terdengar suara tongkat juragan Sofyan dikepala anak buahnya.
"Bodoh, jika aku memakainya dan tidak perawan lagi, dia akan terjual murah, dan lagi pula aku tidak tertarik pada gadis itu."
Bersambung.
kisah nya sama dengan April karena April juga awal nya ditolong sama Juni dan akhirnya mereka menikah ibu Juni pun sosok yang baik dan sayang serta perhatian sama April.. semoga ibu nya Agus pun demikian juga dengan Ayu
Blum y thor..🤣🤣🤣