Berdalih Child Free, Aiden menutupi fakta dirinya yang mengalami hipogonadisme.
Namun pada malam itu, gairah seksualnya tiba-tiba memuncak ketika dirinya mencoba sebuah obat perangsang yang ia buat sendiri.
Aiden menarik Gryas, dokter yang tengah dekat dengannya.
"Tenang saja, kau tidak akan hamil. Karena aku tidak ingin punya anak. Jadi ku mohon bantu aku."
Namun yang namanya kuasa Tuhan tidak ada yang tahu. Gryas, ternyata hamil setelah melewatkan malam panas dengan Aiden beberapa kali. Ia pun pergi meninggalkan Aiden karena tahu kalau Aiden tak menginginkan anak.
4 tahun berlalu, Anak itu tumbuh menjadi bocah yang cerdas namun tengah sakit.
"Mom, apa Allo tida atan hidup lama."
"Tidak sayang, Arlo akan hidup panjang. Mommy akan berusaha mencari donor yang sesuai. Mommy janji."
Akankah Arlo selamat dari penyakitnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawa Benih 14
"Lars ... Lars!!!"
Gryas berlarian kesana kemari mencari temannya itu. Dia tidak peduli dengan tatapan dari orang-orang saat ini. Baginya menemukan Lars adalah ha yang paling utama.
Beruntung Lars tidak sedang menangani pasien. Lebih tepatnya temannya itu baru selesai menangani pasien.
"Ada apa Gry? Kenapa kamu berlarian begini. Kau kan bisa menelpon ku."
"Arlo tak sadarkan diri, ayo cepat sekarang dia sedang perjalanan kemari. Aku mohon cepat periksa Arlo, Lars."
Degh!
Gryas saat ini benar-benar berada di luar kendali. Wanita itu tampak ketakutan, tubuhnya bergetar hebat.
"Gry, lihat aku. Gryas!!!"
Rupanya seorang dokter pun bisa sangat panik jika anggota keluarganya ada yang dalam posisi sakit. Padahal Gryas masih belum tahu kondisi terkini Arlo, tapi dia sudah sangat ketakutan.
"Gry, semua akan baik-baik saja oke? Jadi tenanglah. Kalau kau tidak tenang, aku tidak akan mengizinkan mu untuk berada di sisi Arlo. Sekarang ayo kita kembali ke IGD, kita tunggu Arlo di sana."
Gryas mengangguk tanpa suara. Orang-orang yang berada di sana hanya menatap penuh tanya, bagi yang tidak tahu pastinya. Tapi bagi karyawan di sana, entah itu perawat atau rekan dokter, pasti maklum dengan sikap yang ditunjukkan Gryas saat ini.
Bagaimana pun mereka mengenal Arlo masih ada dalam kandungan Gryas. Hingga lahir dan akhirnya di vonis sakit, mereka semua tahu.
Rasa iba dan juga kasihan ada dalam hati mereka semua. Gryas sangat beruntung, karena semua yang bekerja di rumah sakit ini begitu baik terhadapnya.
Sirine ambulan membahana. Tidak pernah sebelumnya Gryas takut dengan suara itu. Tapi kini dia merasa sangat takut dengannya. Semua itu karena Gryas tahu yang ada di dalam sana adalah putranya.
Tap
Gradaaaak
Melihat Tante Fleur turun dari ambulan hati Gryas semakin nyeri. Padahal tadi pagi saat dia berangkat bekerja, tidak ada yang aneh pada putranya itu.
Arlo makan dengan baik dan tersenyum padanya. Jadi, menapa tiba-tiba Arlo pingsan?
Lars dan perawat membawa sebuah brankar. Ia lalu mengeluarkan Arlo dari ambulan dan memindahkannya ke brankar.
"Sayangnya Mommy, bangun sayang. Arlo, Nak bangun."
Air mata Gryas tak bisa dibendung melihat Arlo yang diam tak bergerak. Hatinya sungguh teriris sakit.
"Gry, kita bawa masuk dulu untuk diperiksa."
Gryas mengangguk, dia lalu mendapat sebuah dekapan dari Tante Fleur. Dan saat itu juga Tante Fleur menjelaskan apa yang terjadi pada Arlo.
Dari penjelasan Tante Fleur tidak ada satu pun yang aneh. Arlo juga tidak melakukan apa-apa. Dia hanya menonton televisi dan terkadang bermain di lantai.
Ketika Tante Fleur ke kamar kecil, dan saat kembali, Arlo sudah tergeletak di lantai.
Gryas mengusap wajahnya kasar. Dia hanya bisa melihat Arlo dari kejauhan.
"Bagaimana bisa anak sekecil itu harus berada di tempat seperti ini? Mommy ingin menggantikan tempat mu, Nak. Sungguh."
Gryas tergugu. Pingsannya Arlo bukanlah salah siapa-siapa. Semua itu adalah salah dari penyakit yang saat ini mendekam di tubuh sang putra.
Penyakit sialan yang rasanya ingin sekali Gryas maki dan hujat karena membuat putranya menjadi seperti ini.
"Gry,"panggil Lars.
"Bagaimana Lars, bagaimana keadaan Arlo?"
"Kita harus segera mendapat donornya, Gry. Kondisi Arlo tidak bagus. Muncul spider angioma (pembuluh darah kecil seperti laba-laba di kulit). Dan mulai ada pembesaran limpa."
Bruuk
Seketika tubuh Gryas lemas dan jatuh ke lantai. Dunia seolah berhenti berputar saat ini. Tangisnya pun pecah.
Lag-lagi dia menjadi pusat perhatian. Namun tatapan mereka bukan tatapan aneh melainkan tatapan iba dengan apa yang dialami oleh Gryas.
"Kenapa, kenapa harus putra ku, Lars? Kenapa harus dia? Kenapa harus dia yang mengalami rasa sakit ini? Kenapa bukan aku saja?"
"Karena Tuhan menyayanginya, Gry. Jika yang sakit kamu, apa kamu bisa membayangkan bagaimana Arlo setiap hari akan menangis karena mu? Tuhan memilih Arlo yang sakit karena kamu kuat, karena kamu bisa berjuang dan mengusahakan banyak cara bagi Arlo. Jika kamu yang sakit, Arlo hanya akan kebingungan karena tidak tahu apa yang harus dilakukannya."
Ucapan Lars yang panjang lebar itu masuk ke dalam pikiran dan hati Gryas. Semuanya benar, yang dikatakan oleh Lars adalah benar.
Gryas selalu berkata, bahwa dia memilih dirinya lah yang sakit. Gryas selalu berkata bahwa lebih baik dirinya yang menggantikan Arlo. Tapi jika itu benar, maka Arlo akan lebih sedih lagi. Putranya itu pasti akan sangat bingung dan sedih.
"Lars, apa aku harus mencarinya? Mencari Aiden?"
"Siapa dia? Siapa Aiden?"
"Ayah dari Arlo."
Degh!
Yang terkejut bukanlah Lars, melainkan seseorang di ujung pintu yang baru saja datang.
Dia pun seketika berlari saat mendengar kabar Arlo yang masuk ke unit gawat darurat. Meski jarang bertemu dengan Arlo tapi Hendrik berjanji akan membawa putranya untuk bermain dengan anak dari Gryas itu.
"Aiden, tidak mungkin Aiden sepupu kan?"
Hendrik bejalan cepat, mendekat ke arah Gryas sambil bergumam lirih. Dia ingin tahu lebih lanjut lagi tentang Aiden yang dibicarakan Gryas.
Nama Aiden di dunia ini tentu bukan hanya satu melainkan banyak sekali. Maka dari itu Hendrik tidak boleh langsung berasumsi.
"Dimana dia memangnya, Gry? Jika benar dia ada, maka dia adalah kandidat donor paling bagus untuk Arlo."
"Aku tidak tahu dimana dia sekarang Lars. Aku sudah memutuskan semua kontak ku dengan nya. Aku sudah pernah bilang pada mu bukan, kalau dia tidak ingin punya anak. Maka dari itu aku pergi meninggalkannya saat aku mengandung Arlo."
Lars mengusap wajahnya kasar. Dia kembali mengingat cerita Gryas tentang alasan dirinya hamil sendirian di kota ini.
"Tapi Gry, dia adalah donor yang sesuai."
"Tunggu, maaf kalau aku ikut campur. Aiden itu kalau boleh tahu siapa nama lengkapnya. Aku punya kenalan yang bernama Aiden juga soalnya."
Tatapan tajam dari Gryas dan Lars langsung mengarah kepada Hendrik sekarang ini. Mereka bertiga saling mengenal, Hendrik juga tahu tentang kondisi Arlo, jadi bukan soal aneh jika Hendrik ikut bicara.
"Memangnya siapa Aiden kenalan mu itu, Hend?"
"Dia sepupu jauh ku, Lars. Baru saja kembali ke Arnhem juga. Maka dari itu aku bertanya siapa namanya. Nama Aiden kan banyak sekali. Tapi mungkin dari sekian banyak itu, adalah Aiden yang merupakan sepupuku."
Gryas setuju dengan apa yang dikatakan oleh Hendrik. Dari sekian banyak ketidakmungkinan, siapa tahu ada satu peluang yang muncul.
"Namanya, namanya adalah Aiden Van Vryas. Maka dari itu aku memberi nama Arlo, Arlo Ryan Vrias."
Degh!
Gluph!
TBC
eh kok ada Brisia disini, Brisia apa Gryas kak? hehe
Arlo masih cadek jadi makin gemesin