NovelToon NovelToon
War Of The Gods

War Of The Gods

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Misteri / Fantasi Timur
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: YUKARO

Seorang pria misterius menggunakan 2 sumber kehidupan untuk membentuk klon Dao yang sempurna. tapi tidak seperti klon pada umumnya, klon yang dia buat dari dua sumber kehidupan berubah menjadi bola cahaya bewarna biru yang isinya sebuah jiwa janin. apa yang akan dia lakukan dengan itu?

jika penasaran langsung saja baca novelnya!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Belalai Gajah dan Kolam Spiritual!!

Angin malam mulai berhembus ketika aura dua kultivator muda saling bertabrakan di halaman utama kediaman Klan Mu.

Chen Yu, berdiri tenang dengan pakaian putihnya yang berkibar, sementara di hadapannya berdiri Wen Shao, tuan muda dari Klan Wen, dengan wajah penuh amarah dan ejekan.

“Aku akan membuatmu berlutut dan memohon ampun sebelum aku mencabut nyawamu, Chen Yu!”

teriak Wen Shao penuh kesombongan.

Dengan teriakan itu, Qi pedang yang tajam melonjak dari tubuhnya dan menyerbu ke segala arah.

Udara bergetar, tanah terbelah, dan tekanan energi terasa menindas.

Namun Chen Yu hanya berdiri, satu tangan di belakang punggungnya, mata setenang permukaan danau di musim gugur.

Zzzhhkk!

Satu tebasan Qi pedang melesat ke arahnya, tapi…

Crakk!

Chen Yu mengangkat dua jarinya dan energi itu hancur seperti kaca dipukul palu.

Dush!

Craaak!

Zzttt!

Tiga, lima, tujuh… Serangan Wen Shao datang bertubi-tubi, tapi semuanya dipatahkan tanpa Chen Yu bergerak satu langkah pun.

Wajah orang-orang Klan Wen mulai tegang. Bahkan para tetua Klan Mu mulai menunjukkan rasa kaget mereka.

“Mustahil… Qi-nya sangat halus, seolah dia benar-benar menyatu dengan udara…”

Wen Shao mulai frustasi. Ia mengerang marah dan menyiapkan jurus pamungkas.

“MATILAH!”

Namun, tepat sebelum pedangnya dilepaskan…

Whoosh!

Chen Yu menghilang.

“Apa—?!”

Dalam sekejap, Chen Yu sudah berdiri di belakang Wen Shao. Gerakannya tak terdengar, tak terlihat.

Tap.

Satu pukulan ringan mendarat di tengkuk Wen Shao.

Tubuh pemuda sombong itu langsung roboh, pingsan seketika, tanpa sempat berteriak.

Hening.

Sangat hening.

Hingga seseorang dari Klan Wen bergumam:

“Orang itu... Chen Yu… bukankah dia hanya sampah?”

“Bagaimana bisa.”

“Kita… salah menilai.”

Suara terkejut mulai bergema.

Namun, Chen Yu hanya menatap lurus ke arah rombongan Klan Wen. Tatapan itu tajam, dingin, dan penuh niat membunuh.

Langkahnya maju perlahan.

“Tunjukkan aku jalan ke kediaman Klan Wen.”

Semua orang menegang.

“Aku akan memusnahkan klan kalian malam ini.”

Kata-kata Chen Yu terdengar tenang. namun setiap suku katanya bagaikan palu yang menghantam jantung para musuhnya.

MuWan terkejut, bahkan beberapa tetua Klan Mu pun mulai gelisah.

“Chen Yu… itu terlalu gegabah…”

bisik salah satu tetua.

Tapi Chen Yu tak bergeming. Dalam hatinya, ingatan akan masa lalu kembali muncul, saat ia ditusuk dari belakang, dan mati tanpa ada yang membela.

“Klan Wen tidak layak hidup.”

“Mereka bukan musuh biasa. tapi batu ujian pertamaku.”

Ia tahu ini mungkin bukan langkah paling bijak.

Namun ia juga tahu, jika ia bisa melewati malam ini, dan keluar dari situasi hidup dan mati, maka ranah selanjutnya akan memiliki pondasi yang lebih kokoh.

“Jalan kultivasi bukan untuk pengecut. Dunia ini keras. Dan aku harus lebih keras lagi.”

Chen Yu mengepalkan tangan. Aura YuanQi-nya mulai bergolak, dan dalam diam, pondasi kultivasinya pun beresonansi kuat. menandakan bahwa ia sudah siap menghadapi pertempuran yang tak hanya menguji kekuatan, tapi juga jiwanya.

Langkah Chen Yu baru saja menapak pelataran utama ketika suara lembut tapi tegas menghentikannya.

“Tunggu.”

“Aku ikut bersamamu.”

Suara itu datang dari belakang. MuWan, mengenakan jubah merah elegan dengan rambut panjang tergerai, berdiri dengan tatapan tajam. Matanya penuh kecemasan dan amarah.

Chen Yu menoleh sambil tersenyum tenang.

“Tidak perlu istriku. Tetaplah di sini. Aku akan urus semuanya.”

MuWan menggertakkan gigi, ekspresi wajahnya berubah.

“Kau pikir Klan Wen itu ikan di atas telenan? Tinggal potong dan beres? Kau terlalu ceroboh!”

Langkah kaki berat terdengar, MuTuzhi, ayah MuWan sekaligus patriark Klan Mu, melangkah mendekat dengan wajah serius.

“MuWan benar. Klan Wen bukan target yang bisa dihadapi tanpa perhitungan. Bahkan seorang kultivator tahap Rongjing pun akan berpikir dua kali.”

Namun saat itu Chen Yu hanya tersenyum lebih lebar, dan berjalan mendekati MuWan. Suaranya lembut namun penuh keyakinan.

“Istriku, tenanglah...”

MuWan melotot.

“Jangan sebut-sebut aku istrimu saat kau ingin mati muda!”

Chen Yu malah tertawa ringan, tatapan matanya tajam namun penuh humor.

“Aku sudah dua kali mati.”

“Jadi apa yang perlu aku takutkan sekarang?”

Semua orang terdiam. Kalimat itu seperti guntur yang menyambar. Bahkan MuTuzhi dan beberapa tetua terdiam, bibir mereka bergetar seolah ingin berkata sesuatu tapi tertahan.

Namun Chen Yu belum selesai. Dia menatap lurus ke arah MuWan, dan tersenyum penuh makna.

“Lagi pula aku belum punya anak dengan istriku yang kecantikannya mampu meluluhkan langit dan bumi.”

“Bagaimana bisa aku mati sebelum itu terjadi?”

Uhuukk!

MuTuzhi muntah darah saking syok dan marahnya.

“Bocah ini!! Kau bilang apa di depan ayah mertuamu sendiri?!”

Beberapa tetua menyeka wajah mereka dengan napas berat. Beberapa lainnya sudah tertawa tertahan.

Sementara itu, wajah MuWan tetap tenang, tapi rona merah menghiasi pipinya.

Dia memalingkan wajah, menahan sesuatu di dalam dadanya, antara marah, malu, dan entah perasaan apa yang menyeruak dari hatinya saat mendengar ucapan Chen Yu.

Chen Yu pun melangkah ke luar gerbang, namun sebelum benar-benar pergi, ia menoleh kembali. Tatapannya tajam, namun senyumnya hangat.

“Dengarkan ini istriku. sebelum kita punya sembilan anak, aku tidak akan benar-benar mati.”

Sekali lagi, semua orang terpana.

“Sembilan anak?!”

bisik seorang tetua dengan wajah membeku.

MuWan hanya menatapnya dalam diam, lalu berkata pelan, tapi tegas.

“Baiklah. Kembalilah hidup-hidup.”

“Aku akan menunggumu di sini.”

Chen Yu mengangguk.

“baiklah aku berjanji.”

Lalu, dengan langkah ringan namun mantap, Chen Yu berjalan menuju malam, menuju klan yang telah merenggut hidupnya, dan kini akan ia datangi. bukan sebagai korban, tapi sebagai pembalas takdir.

Di tengah kota.

Chen Yu melangkah perlahan di tengah hiruk-pikuk kota perbatasan Fenglu, sebuah kota besar yang menjadi jalur utama antara wilayah Klan Mu dan wilayah Klan Wen.

Jubah putihnya berkibar, dan tangan kirinya menggenggam kerah baju Wen Shao, tuan muda Klan Wen yang kini tak berdaya dan diseret layaknya karung beras. Beberapa pengawal Klan Wen berjalan ragu-ragu di belakang mereka, ekspresi mereka penuh ketegangan, apalagi setelah melihat kekuatan Chen Yu sebelumnya.

Chen Yu tiba-tiba berhenti.

Pandangan matanya tertarik ke sebuah bangunan besar di sisi kanan jalan. Bangunan itu tampak mencolok, penuh hiasan sutra merah dan lentera emas. Di depan gerbang, banyak wanita cantik berwajah menggoda berdiri sambil tersenyum pada pria yang lewat. Tak sedikit pria-paruh baya dan bahkan pemuda muda keluar dari bangunan itu dengan wajah puas dan langkah ringan.

Chen Yu mengerutkan kening.

"Bangunan apa ini?"

Salah satu anggota Klan Wen mendekat, berkeringat dingin.

"I-itulah... tempat hiburan, Tuan Chen Yu."

"Hiburan seperti apa?"

Orang itu terdiam, menunduk, lalu menjawab pelan.

"Rumah bordil..."

"Rumah... bordil?" Chen Yu memiringkan kepala. "Tempat apa itu?"

"Tempat pria menikmati hidupnya."

Chen Yu semakin bingung.

"Menikmati hidup? Maksudmu seperti makan enak? Atau tidur nyenyak?"

Pria itu makin bingung. Wajahnya memerah.

"B-bukan seperti itu, Tuan... mereka ke sana untuk menyegarkan belalai gajah mereka."

Chen Yu langsung menatap pria itu tajam.

"Belalai gajah? Di mana itu tumbuh?"

Pria Klan Wen nyaris jatuh karena gugup.

"D-di bawah perut..."

Chen Yu mengangkat alis.

"Sejak kapan pria memiliki belalai gajah di bawah perutnya? Aku tak pernah melihatnya dalam buku anatomi kultivator."

Orang itu hampir menangis.

"T-tuan... tolong jangan paksa aku menjelaskan. saya tidak tahu harus mulai dari mana."

Chen Yu memiringkan kepala, lalu bertanya serius:

"Kalau begitu, apa yang ada di bawah perut wanita?"

Pria itu terdiam lama, lalu menjawab gugup.

"Wanita... memiliki kolam spiritual... dan pria biasa... eh... menyegarkan diri di sana."

Chen Yu mengangguk perlahan, akhirnya terlihat ‘mengerti’.

"Begitu ya!

kolam spiritual dan belalai gajah, dunia ini memang sangat misterius."

Ia menatap langit sebentar, lalu bergumam:

"Jika masalah klan Wen selesai, mungkin aku akan coba ‘menyegarkan diri’ di kolam spiritual MuWan."

Seketika itu, semua pengawal Klan Wen tersandung hampir bersamaan. Wen Shao yang diseret pun menggerutu pelan walau masih pingsan.

Chen Yu tak menyadari apapun.

Ia melanjutkan langkahnya ke arah utara menuju markas Klan Wen.

Dengan semangat yang lebih tinggi dari sebelumnya.

1
Eddy.H
tamat ga ni Thor
wasiah miska nartim
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
April Lia
kereeen ceritanya makin mantap /Hey/
Wiji Lestari
lumayan..lanjoot
teguh andriyanto
singkat padat, OP, berkarakter, humor.. menyatu dengan baik di novel ini.. patut disimak sampe tamat.
إندر فرتما
MC GHOBLOK,🤣🤣🤣
dusah GHOBLOK lembek lagi,
mendingan gak usah di lanjutkan lagi ini alur ceritanya
Emma
Gak sabar lanjutin.
Type2Diabetes
Gak kecewa! 👍
douwataxx
Karakternya juara banget. 🏆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!