NovelToon NovelToon
Chased By Love: My Hot Ex'S Uncle

Chased By Love: My Hot Ex'S Uncle

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Cinta Seiring Waktu / Menikah Karena Anak / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:606
Nilai: 5
Nama Author: Neogena Girl

Keputusan berlibur selama sebulan penuh untuk memulihkan patah hati sukses besar. Rhea De Santiago tidak lagi menyalahkan dirinya atas perselingkuhan yang dilakukan oleh mantan kekasih. dia benar-benar sudah pulih dan siap menjalani kehidupan baru.

Namun sehari sebelum pulang ke Meksiko, Rhea menghabiskan malam panas tanpa paksaan dengan William Riagen. Paman dari mantan kekasihnya. Setelah bercinta dengan intens, Rhea langsung terbang ke Meksiko dengan anggapan William tidak mungkin peduli dengan hubungan satu malam yang telah terjadi. Dia tidak tahu tentang William yang sudah menaruh rasa sejak lama.

“... Usai bertemu lagi dengan Mu setelah sekian lama, bahkan menghabiskan malam panas bersama, Aku ingin memiliki Mu seutuhnya. Aku ingin Diri Mu. Rhea De Santiago, Aku akan mengejar Mu tidak peduli jika harus sampai ke ujung Dunia sekalipun. Aku akan menangkap Mu dengan kedua tangan ini, dan menjadikan Mu milik Ku. Milik William Riagen!”

=>Kalau suka, Silahkan dibaca♥️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neogena Girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 14

Beberapa menit kemudian, para tamu undangan di kumpulkan di sekitar aula dansa untuk melihat Pasangan yang telah meresmikan hubungan Mereka hari ini.

Posisi berdiri Hesperia di apit oleh Arnold dan Stella, sedangkan Rhea dan seleste di sisi lengan kiri Hesperia. Mereka berlima tengah menikmati wine usai puas bercakap-cakap dengan rekan bisnis sejak tadi.

“Haahh, mulut Ku sakit.” Keluh Seleste meneguk wine dengan anggun.

“Kau harus mencari pasangan yang bisa menangani hal ini untuk Mu Seleste. Jika Kalian berdua sama-sama liar, maka Tante Stella akan terkena stroke dalam waktu dekat.”

“Kau benar Rhea. Terimakasih atas perkiraan yang tepat sasaran.” Sambung Stella.

“Kita sudah berdiri selama 10 menit. Apa kedua mempelai melupakan rute jalan ke Aula ?” Tutur Arnold yang sudah muak berdiri. Seleste yang ingin menjawab langsung tertahan lantaran Daniel dan Emilian bergabung bersama Hesperia.

Sambil melirik pelan, Hesperia berucap “Kalian yakin tidak marah pada sikap Ku tadi ?”

“Hahaha, tidak sama sekali. Aku bahkan Merasa malu karena sikap Ailen yang mengecewakan.” Tutur Emilian.

“Kami sudah sejak lama menyerah pada Rafael, sehingga Kami tidak ambil pusing dengan yang tejadi seputaran Dia dan pasangannya.” Sambung Daniel menggeleng pelan.

“Mau bagaimana lagi, Dia kan— Ah! Aku hampir mengatakan hal berbahaya lagi.” Hesperia menutup mulut dengan beberapa jari, kemudian karena tidak mengerti dengan keadaan Rhea dan Seleste terjun dalam obrolan tersendiri.

“Oh, kedua mempelai sudah datang.” Tutur Stella dan membuat seluruh mata berpindah ke arah tangga.

Rafael dan Ailen turun dengan elegan. Senyum lebar terpatri di wajah kedua nya.

“Entah bujukan maut apa yang diberikan Rafael pada wanita itu,” ucap Emilian menggeleng pelan.

Alunan musik pun terdengar. Kedua mempelai yang berbahagia hari ini langsung ambil posisi di tengah-tengah Aula dan mulai menggerakkan tubuh sesuai dengan tempo musik.

“Rhea, dengarkan Aku.”

“Ada apa Seleste ?”

“Coba tebak bagaimana cara Rafael membujuk istri nya ?”

“Umm, maybe ciuman dan perhiasan ?”

“Salah besar.. Oh, teman Ku. Kau benar-benar memiiki otak yang polos.” Sindir Seleste sambil menggelengkan kepala. Turut prihatin dengan genetik otak Rhea.

Seleste dan Rhea tidak menyadari bahwa para orang tua tengah memasang telinga dan mendengar setiap perkataan Mereka.

“Lalu apa ?” Rhea menaikan satu alis. "...Jika tidak dengan itu, maka dengan apa ? Apakah perkataan puitis ?"

“Salah... Yang benar adalah Rafael memberikan sentuhan duniawi pada istrinya. Kau paham maksud Ku ? Mereka melakukan satu ronde sebelum turun ke Aula dansa.”

“Really ? Dengan gaun sebesar dan seribet itu ?”

“Umm.. Rafael dengan cekatan menanggalkan gaun itu barusan.”

“Kau yakin dengan perkataan Mu, Seleste ?”

“Tentu saja, sialan! Kau tau ? Aku juga tidak ingin menyaksikan hal itu. Toilet di lantai bawah penuh jari pelayan pun mengarahkan Ku ke lantai dua. Setelah memberi instruksi, Aku sedikit tersesat dan berakhir di depan pintu ruangan yang terbuka. Mereka berdua tengah bercumbu dengan ganas dan saat itulah Aku melihat gaun itu di tanggalkan dengan sangat lihai. Uaaghhh, Kau tidak tau seberapa Aku merinding tadi.”

“Jadi itulah mengapa Mereka membutuhkan waktu lama untuk bersiap-siap.”

“Begitulah. Haahh, jika Mereka sudah melakukan satu ronde, nanti malam Mereka mau melakukan apa lagi ? Aku bukannya peduli sekali, tetapi apakah Mereka tidak tau cara menikmati momen ? Seperti menunggu acara selesai kemudian kembali ke rumah bersama barulah melakukan kontak fisik. Apakah susah melakukan hal normal ?”

“Hahaha,” Tawa para orang tua terdengar lantaran percakapan dari Seleste yang blak-blakan dan Rhea yang dengan tenang menanggapi. Namun respon itu tidak menghentikan kedua gadis ini. Mereka tetap melanjutkan obrolan.

“Padahal masih banyak hal menyenangkan yang lain, kenapa selalu melulu tentang se*x ?” Lagi, Seleste berpendapat.

“Kau benar. Apa Mereka mau menjadi tontonan orang-orang saat melakukan hal itu ? Maksudku, Aku tidak melarang orang-orang melakukan se*x bebas. Karena itu tubuh Mereka, itu pilihan Mereka. Tapi setidaknya tau tempat sedikit.”

“Umm, Aku setuju. Seperti Kita berdua dimalam itu. Saat Kita berada di New Zealand. Iya kan, Rhea De Santiago ?”

“!!!!”

Orang yang menerobos masuk dalam percakapan langsung menarik semua atensi mata para orang tua, juga Seleste. Bukan hanya jawaban nya yang tiba-tiba terdengar saja, tetapi karena Pria itu saat ini berdiri tepat di belakang Rhea dengan tangan kanan yang sudah melingkar di pinggang wanita yang sudah mematung itu.

Rhea tidak bersuara dengan mata yang tertutup rapat. Ekspresi wajah berhasil Dia kendalikan, tapi tidak dengan isi pikiran. Suara yang sudah tak asing lagi, sentuhan tangan yang familiar dan juga wangi parfum yang sama dengan malam itu... Rhea tau siapa yang berdiri di belakang Nya. William Riagen.

“...”

Kebetulan yang menjengkelkan, musik dansa pun telah terhenti. Rhea seakan ingin berteriak.

Seperti kebiasaan turun temurun, usai dua mempelai melakukan tarian pertama, musik ke dua akan beralun agar pasangan-pasangan yang lain ikut ambil bagian dalam meramaikan aula dansa.

Dalam keheningan yang canggung, William berpindah ke depan Rhea, mengulurkan tangan kanan dan berucap “May I ?” Sambil membungkuk penuh hormat. Meminta ijin dengan gentle.

"Sure." Rhea meraih uluran tangan yang mengarah padanya, kemudian Mereka berdua berjalan ke aula dansa. Walau memakai heels, tinggi Rhea hanya setara dengan bahu William.

“Bagaimana mungkin Aku menolak ajakan dansa setelah Kau mengatakan hal canggung seperti itu, Uncle William.” Tutur Rhea dengan suara yang terkontrol.

Kedua tubuh itu pun saling berhadapan dan mulai berdansa. Sambil bergerak, William berucap “Tapi Kalian tidak canggung saat membahas orang lain.”

“Karena orang lain itu sudah memiliki hubungan yang sah.”

“Oh, kalau begitu Aku akan menyiapkan segalanya untuk melamar—“

“Hentikan, Uncle.” Potong Rhea cepat-cepat. “...Punggung Ku sudah perih dengan tatapan Mereka yang menajam. Jangan bebani Aku dari sisi depan juga.”

“Imutnya,” ungkap William sambil tersenyum lebar. Menahan diri agar tidak tertawa dengan wajah Rhea yang kini bereaksi semakin frustasi setelah Dia berucap. Namun William ingin melihat ekspresi yang lain lagi, maka Dia berucap.

“Aku tidak membebani Mu dari sisi depan, Rhea. Kita hanya berdansa, bukan melakukan hal seperti malam itu.”

“Ugghhh,” Wajah Rhea sudah semerah kepiting rebus. Satu hal yang Dia syukuri, William tidak memiliki cara berbicara blak-blakan seperti Seleste.

“Bagaimana kabar Mu setelah malam itu ?” Wiliam membuka obrolan baru.

“Saat hari pertama cukup kacau. Seluruh badan Ku menjerit sakit,” dengan kejujuran yang tidak di sangka-sangka, Rhea menjawab tanpa bohongan. Jangankan William, Rhea saja heran kenapa diri nya tiba-tiba menurut begitu saja.

“Coba saja Kau tidak langsung pergi, Aku bisa merawat Mu sampai pulih.”

“Uncle William, Kita bukan sepasang kekasih.”

“Kau ingin Kita menjadi sepasang kekasih ?”

“Tidak.”

“Baiklah. Aku mengerti.”

Rhea menghembuskan nafas lega. William terlihat sudah paham.

“Aku akan langsung melamar Mu.”

“What ?!” Teriak Rhea di tengah aula dansa yang sontak menarik semua atensi.

Dengan segenap kekuatan, Rhea berteriak malu di dalam batin. “Ayah, Aku ingin pulang.” Rintihnya frustasi.

“Aku serius, Rhea.”

“Tidak.. Ku rasa Uncle William terlalu.. Ummm.. Terlalu..”

“Hmm ?”

“Lupakan! Aku tak tau ingin berkata apa.” Ucap Rhea dengan pikiran buyar. Tatapan William terlalu intens dalam jarak yang terlalu dekat. Rhea tidak bisa fokus.

“Aku mengerti, Kau tidak percaya pada perkataan Ku kan ?”

“Lebih tepatnya Aku memilih untuk tidak percaya.”

“Maka akan ku buat Kau memilih untuk ‘percaya’.”

“Kenapa Kau sangat keras kepala, Uncle William ?”

“Karena Aku menginginkan diri Mu. Apa kurang jelas?"

“Tapi usia Kita terpaut jauh.”

“Kau sudah masuk usai legal, Rhea. Menurut Ku wajar-wajar saja kok.”

“Aku wanita yang hampir menjadi tunangan keponakan Mu.”

“Hampir kan ? Lihat sekarang ? Kita tengah berdansa di resepsi pernikahannya.”

“Kau tidak khawatir dengan pandangan orang-orang ?”

“Peduli setan!”

“…” Rhea terdiam. Tidak tau alasan apa lagi yang harus Dia berikan pada William. Ngotot sekali Pria ini. Tapi sebuah keberuntungan turun. Rhea mendapat jawaban apa yang pasti akan membuat William berhenti.

“Tapi Aku belum bisa membuka hati Uncle,” Rhea mencuri pandang dan nampak William mendengarkan dengan seksama. “... Jika ingin menikah, Uncle sebaiknya mencari pasangan yang lain saja.”

Tak!!

Langkah mereka pun sampai pada akhir dari gerakan, musik berikutnya sudah mengalun. Rhea merasa lega sekali bisa terlepas dari William. Begitulah, rasa aman yang mampir sebentar dan langsung di tendang oleh William.

“Maka akan Ku dobrak!” Tutur William dengan sungguh-sungguh. Tidak ada serbuk-serbuk kebohongan yang beterbangan.

“Tentu— Apa ?!”

Sepertinya Rhea salah memilih lawan. Dia pun salah menganalisa seperti apa karakter lawan Nya. Karena sejak awal, yang memiliki kesempatan untuk mengenal karakter hanya William pada saat Rhea memiliki hubungan dengan Rafael. Entah seperti apa perkembangan hubungan Mereka kedepannya...

...***...

...Jangan lupa like dan komen Guys😚. Neo di sini sangat mengharapkan Kalian untuk ninggalin jejak👣. Jadi jangan Cuma mengheningkan cipta dari awal chapter sampai tamat nanti ya🥰🔫. Jatoh nya Kita menjalani hubungan yang Toxic guys. Jangan ya. Neo nggak suka yang kaya gitu🫶✨...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!