NovelToon NovelToon
Mengandung Benih CEO

Mengandung Benih CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Saudara palsu
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: I.U Toon

"Rachel dijodohkan demi mahar, lalu dibuang karena dianggap mandul. Tapi pelariannya justru membawanya pada Andrean Alexander—seorang CEO dingin yang tanpa sadar menanam benih cinta… dan anak dalam rahimnya. Saat rahasia masa lalu terbongkar, Rachel menyadari bahwa dirinya bukan anak kandung dari keluarga yang telah membesarkan nya.

Bagaimana kelanjutan kisah nya.
Mari baca!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon I.U Toon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Intan Mulai Curiga.

BAB. 30

Pagi itu, Intan duduk di sudut pantry kantor dengan wajah kesal. Cangkir kopi di tangannya sudah dingin, tapi emosinya masih mendidih. Sejak Rachel kembali ke kantor, suasana hatinya selalu buruk. Terlebih lagi melihat Rachel masih bersikap tenang seolah tidak terjadi apa-apa.

Dengan jari gemetar karena amarah yang terpendam, Intan mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor yang sudah lama tidak ia hubungi—Mieka, kakaknya yang dulu hampir menjadi istri Andrean.

Telepon hanya berdering dua kali sebelum suara familiar menyapa.

"Halo?"

Suara Mieka terdengar dingin, seolah tahu ada masalah.

"Kak, ini aku, Intan," ucapnya cepat.

"Aku tahu," jawab Mieka tenang. "Tumben kamu nelpon. Ada apa?"

Intan menelan ludah, menahan emosi yang bercampur rasa puas karena akhirnya bisa bicara soal ini.

"Kamu masih ingat Rachel, kan? Sekretarisnya Andrean waktu kalian masih tunangan?"

"Ya, kenapa?"

"Nggak heran kalau kamu diputusin," Intan tertawa sinis. "Ternyata sekarang dia balik lagi ke kantor. Dan Andrean... dia berubah sejak perempuan itu muncul."

Mieka terdiam di ujung sana.

Intan melanjutkan dengan nada yang lebih tajam.

"Rachel itu bukan sekadar sekretaris biasa, Kak. Dia alasan kenapa Andrean mutusin kamu dulu."

Hening beberapa detik.

Kemudian suara Mieka terdengar pelan tapi dingin, menyimpan luka lama yang belum sembuh.

"Aku tahu, Tan. Aku tahu sejak lama. Aku cuma pura-pura nggak tahu karena aku berharap Andrean akan kembali."

"Kakak tahu?" Intan hampir berteriak. "Terus kenapa diem aja?!"

"Apa gunanya bicara, kalau dia sudah milih hatinya?"

"Rachel itu... dia perempuan biasa, Kak. Nggak sebanding sama kamu."

"Tapi memang terkadang cinta itu tidak adil"

Intan menggertakkan giginya.

"Kalau kamu nggak mau bertindak, aku yang akan buka aib Rachel di kantor. Biar semua orang tahu siapa dia sebenarnya."

Suara Mieka menjadi tajam.

"Jangan lakukan itu, Tan. Karena aku telah memiliki rencana lain. Kamu tunggu saja tanggal mainnya."

Intan terdiam, tapi dadanya Senang. Akhirnya dia memiliki tambahan orang untuk bisa melawan Rachel.

Intan menatap layar ponsel yang gelap. Tangannya mengepal.

“Rachel… kau belum tahu siapa lawanmu sebenarnya.”

...*****...

Setalah melewati obrolan panjang akhirnya Rachel keluar dari ruangan Andrean.

Langkah kaki Rachel terdengar ringan saat keluar dari ruangan Andrean. Wajahnya berusaha tetap netral, meski dalam hati ada degup-degup yang tidak bisa ia kendalikan. Hari ini seperti biasa, dia kembali bekerja sebagi karyawan biasa meski statusnya di mata Andrean sudah lebih dari itu. Karena dia sekarang adalah istrinya.

Namun status itu belum diketahui siapa pun.

Termasuk Intan, yang sejak tadi memperhatikan dari balik meja kerjanya, pura-pura mengetik namun matanya selalu mengawasi Rachel.

“Dasar perempuan munafik,” gumam Intan pelan, menatap tajam ke arah punggung Rachel yang menjauh.

Rachel berjalan cepat, melewati lorong kantor yang mulai sepi karena jam kerja sudah usai. Ia sempat menyapa beberapa karyawan dengan senyum tipis sebelum tiba di depan lift. Baru saja ia hendak menekan tombol, ponselnya bergetar.

[Andrean Calling...]

Rachel menoleh ke kanan dan kiri, memastikan tidak ada orang sebelum menjawab.

"Halo, Pak?" suaranya dibuat setenang mungkin.

"Sudah mau pulang?" suara Andrean terdengar lembut di seberang sana.

"Iya. Ini lagi nunggu lift."

"Aku jemput kamu. Kita pulang bareng, ya?"

Rachel buru-buru menjawab, "Jangan, jangan di kantor, Pak. Nanti ada yang lihat."

"Aku parkir agak jauh. Kamu jalan ke belakang gedung, aku tunggu di mobil."

"Pak... ini belum waktunya. Kita sepakat, kan? Tentang merahasiakan ini dulu?"

Suara Andrean terdengar kecewa.

"Rachel... aku nggak suka lihat kamu seperti ini. Seperti harus sembunyi hanya karena mereka belum tahu status kita."

Rachel menunduk, menggenggam erat tasnya.

"Aku juga nggak suka, tapi... aku lebih nggak suka kalau semua orang berpikiran buruk tentang aku. Termasuk... Intan."

Ada keheningan sesaat di ujung sana, sebelum Andrean berujar pelan,

"Baiklah. Tapi kalau kamu berubah pikiran, aku masih di mobil."

Setelah sambungan terputus, Rachel menghela napas berat.

Dari kejauhan, Intan mengawasinya.

Dia berdiri di balik kaca pantry, melihat Rachel bicara lewat telepon dengan wajah cemas. Dia tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi instingnya cukup tajam untuk tahu: itu pasti Andrean.

Mulut Intan menyunggingkan senyum miring.

"Akhirnya kalian mulai goyah. Menarik."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!