Aisha Febriani menikahi seorang pria yang belum ia kenal sebelumnya. Sejak kecil ia tinggal di kampung halaman neneknya. Namun setelah ia menginjak usia 19 tahun, ia dijemput oleh kedua orangtuanya dan pindah ke kota.
Di saat yang sama, Aisha dilamar oleh seorang pria tampan yang belum ia kenal. Mereka menikah berdasarkan wasiat ayah pria itu. Tapi, tidak ada yang tahu bahwa ternyata pria itu memiliki seorang kekasih, dan mereka saling mencintai. Namun pria itu juga bersikap baik pada Aisha sampai suatu hari, kejadian tidak terkira membuat Aisha harus menerima penderitaan yang bertubi-tubi.
Aisha, tidak akan pernah menyerah. Meskipun pada awalnya ia tidak mengenal suaminya, tapi ia yakin, ia sudah lebih dulu jatuh cinta pada suaminya sejak pandangan pertama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13.
Aisha diperbolehkan pulang dari rumah sakit setelah beberapa hari mendapatkan perawatan. Sementara Rena dan bayinya sudah lebih dulu pulang karena dinyatakan sehat dua hari setelah melahirkan.
Aisha kini hanya bisa berdiam diri di dalam kamar, lebih tepatnya mengurung dirinya sendiri. Ia sakit dan sedih meratapi bayinya yang tidak bisa diselamatkan.
Rey hanya bisa menenangkan Aisha setiap wanita itu tidak ingin keluar dari dalam kamarnya. Bahkan Asi Aisha pun terus keluar meskipun bayi merek sudah tidak ada. Aisha tidak tahu kenapa ASI-nya sulit berhenti padahal tidak ada bayi yang meminumnya. Setiap hari, Aisha memompa ASI nya sampai habis dan membuangnya begitu saja. Sampai Rey memiliki ide untuk membiarkan Aisha menyusui bayi Rena karena Rena tidak memiliki Asi yang bisa keluar.
"Aisha, aku dan Rena sudah sepakat. Bagaimana jika Rafka minum asi kamu, Rena tidak memiliki Asi yang lancar jadi, bolehkan Rafka mendapatkan Asi darimu?" Tanya Rey mendekati Aisha dengan Bayi Rafka di gendongan Rey. Aisha mendongak.
"Kamu serius? Aku boleh menyusui Rafka?" Tanya Aisha. Rey menganggukkan kepalanya.
"Tentu saja. Rafka butuh Asi untuk tumbuh sehat." Jawab Rey. Aisha menganggukkan kepalanya dengan cepat. Rey juga memberikan Rafka kepada Aisha untuk disusui.
"Rafka sayang, minum yang banyak ya!" Ucap Aisha sambil menyusui Rafka.
"Tidak disangka, Rafka menerimanya dengan baik. Dengan begini tidak perlu khawatir dengan perkembangan Rafka." Ucap Rey.
"Iya, Rey. Rafka sepertinya juga sangat menyukainya." Kata Aisha.
"Kamu lanjutkan dulu ya! Aku akan ke kamar Rafka untuk pindahin barang-barangnya ke sini." Ucap Rey.
"Maksud kamu, Rafka tidur sama aku?" Tanya Aisha.
"Apa kamu keberatan? Jika keberatan, aku bisa mengantar Rafka hanya saat Rafka ingin minum." Kata Rey.
"Tidak. Tidak keberatan sama sekali. Justru aku senang bisa merawat Rafka seperti anak kandungku." Jawab Aisha.
"Ya sudah, aku pindahin barang dulu." Ucap Rey. Aisha menganggukkan kepalanya.
Rey pergi meninggalkan Aisha dan Rafka di kamar Aisha. Rey senang melihat Aisha begitu mudah menerima Rafka meskipun Rafka adalah anak dari madunya.
.......
"Barang-barang Rafka mau kamu bawa kemana, Rey?" Tanya Rena melihat suaminya memindahkan box bayi dan beberapa perlengkapan Rafka.
"Ke kamar Aisha. Sepertinya Rafka menyukai Aisha. Jadi, biarkan Rafka tinggal di kamar Aisha." Jawab Rey.
"Tapi, Rafka anak aku,Rey." Ujar Rena. "Lagipula, bukankah kamu bilang akan ceraikan dia?" Lanjut Rena. Rey terdiam sejenak dan meletakkan keranjang popok Rafka di atas ranjang.
"Dia baru saja mengalami hal buruk. Biarkan dia merawat Rafka untuk sementara waktu sampai dia bisa melupakan kesedihannya. Lagipula, kita masih bisa memiliki anak lagi." Kata Rey.
"Apa itu artinya kamu tidak akan menyentuh Aisha?" Tanya Rena.
"Ya, aku tidak akan menyentuhnya." Jawab Rey.
"Berjanji?" Tanya Rena.
"Ya, aku berjanji." Jawab Rey.
"Baiklah. Tidak masalah. Biar Rafka diasuh oleh Aisha, yang penting dia tetap anak aku." Jawab Rena.
"Aku bereskan ini dulu." Ujar Rey mengambil kembali keranjang popok milik Rafka dan membawanya ke kamar Aisha.
Dengan Aisha sibuk merawat Rafka, pasti tidak akan ada waktu lagi untuk memperebutkan Rey dengannya. Rena bahkan bisa memanfaatkan kesempatan itu untuk membuat Aisha jauh lebih sibuk dari yang ia bayangkan.
"Kenapa membiarkan anakmu diasuh oleh wanita itu?" Ibu Rena tiba-tiba mendekati Rena setelah mendengar percakapan antara Rena dan Rey.
"Ma, dengan begitu, Aisha akan lebih sibuk memperhatikan Rafka daripada memperhatikan Rey, cepat atau lambat Rey pasti akan mengusirnya juga." Jawab Rena.
"Kamu tidak takut anakmu akan lebih memilih dia?" Tanya Ibu Rena menghawatirkan hal itu.
"Anak, aku bisa melahirkannya lagi." Jawab Rena. Ibu Rena hanya menghela nafas kemudian meninggalkan Rena sendiri di kamar. Tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran Rena. Yang pasti ibu Rena sama sekali tidak pernah berfikir seperti apa yang dipikirkan oleh Rena saat ini.
......
Aisha, mulai bisa melupakan kesedihannya setelah beberapa hari merawat Rafka dengan baik. Baginya, baik baginya yang sudah meninggal maupun Rafka sama saja. Sama-sama anak yang harus ia jaga dan rawat dengan baik.
"Tidur yang nyenyak ya! Ibu akan menjagamu." Ucap Aisha setelah memberikan ASI-nya pada Rafka dan menidurkan bayi yang belum genap satu bulan itu di atas box bayinya.
Rafka bahkan belum sampai tertidur, tiba-tiba pintu kamar Aisha diketuk dengan keras dari luar. Aisha heran, kok ada orang yang tidak punya otak mengetuk pintu seperti itu. Aisha pun berjalan dan membuka pintunya, mendapati ibu Rena sedang berdiri di depannya.
"Ada apa?" Tanya Aisha.
"Ada apa kepalamu. Makanan untuk kami mana? Kenapa kamu jadi pemalas sih?" Ujar ibu Rena.
"Saya masih sibuk menjaga Rafka, Anda atau Rena bisa masak kan?" Ucap Aisha.
"Heh, Rena itu butuh istirahat setelah operasi, dan saya yang menjaganya. Cepat pergi ke dapur dan masak!" Ucap Ibu Rena.
"Tapi, saya masih sibuk. Rafka masih akan tidur." Jawab Aisha.
"Rafka masih bayi, dia tidak akan kemana-mana. Cepat pergi masak! Atau aku laporkan ke Rena biar dia ambil kembali Rafka." Ujar Ibu Rena. Aisha menghela nafas pelan, daripada ia harus kehilangan kesempatan merawat Rafka, lebih baik ia mengalah dulu.
"Baiklah." Jawab Aisha.
"Bagus, cepatlah!" Ucap Ibu Rena sebelum pergi. Aisha mendekati Rafka dan mengusap pelan kaki Rafka.
"Cepat tidur ya! Ibu akan segera kembali." Ucap Aisha kemudian pergi ke dapur untuk memuaskan ibu mertua suaminya yang halal dan tidak punya hati itu.
Selama memasak di dapur, Aisha tidak sepenuhnya bisa berkonsentrasi pada masakannya, ia terus kepikiran dengan Rafka. Apakah bayi itu baik-baik saja di dalam box bayinya? Apakah dia sudah tertidur? Aisha masih saja menghawatirkan anak itu.
"Bisa masak tidak sih? Lama sekali. Kami lapar." Ujar Ibu Rena.
"Iya, sebentar lagi, nyonya." Jawab Aisha.
"Kalau tidak bisa masak, bilang! Biar Rey cari pembantu buat gantiin kamu, kamu bisa pergi dari sini." Ujar Ibu Rena. Untuk sementara ini, Aisha hanya bisa mengalah dan mendengar apapun yang mereka ucapkan. Aisha hanya ingin bertahan sedikit lama bersama Rey dan Rafka.
"Bisa. Saya bisa." Jawab Aisha.
Sepuluh menit kemudian, Aisha selesai masak dan menyiapkan makanan untuk ibu dan anak kejam itu. Ia lega, akhirnya ia bisa kembali ke kamar untuk menemani Rafka.
Namun, baru beberapa langkah sebelum sampai di depan kamarnya, Aisha harus dihentikan oleh ibu Rena yang melempar makanan ke tubuhnya.
"Sudah kubilang kan, kalau tidak bisa masak, bilang ke Rey! Yang kau masak ini bukan makanan manusia. Makanan itu lebih pantas untuk anjing." Ucap Ibu Rena setelah melempar semangkuk sayur ke tubuh Aisha. Aisha merasa kepanasan di beberapa bagian tubuhnya termasuk lengan dan juga kaki dan perutnya.
"Nyonya, kalau tidak suka jangan buang makanannya, ini sangat panas." Ucap Aisha.
"Terus saya harus masak atau beli di luar begitu?" Ujar ibu Rena. "Lalu apa gunanya kamu disini?" Lanjut Ibu Rena sambil pergi meninggalkan Aisha. Aisha cepat-cepat pergi ke kamar mandi dan menyiram tubuhnya agar tidak meninggalkan bekas melepuh di tangan, perut dan kakinya.
"Panas sekali. Dasar tidak punya hati." Gumam Aisha sambil menahan panasnya.
Setelah merasa cukup, dan rasa panasnya sedikit berkurang, Aisha pergi ke kamar dan mengganti pakaiannya barulah kemudian menengok Rafka.
Bayi itu rupanya sudah tidur dan sangat pulas. Selama dalam pengawasan Aisha, Rafka tidak pernah rewel dan tidak pernah sekalipun menyulitkan Aisha. Berbeda dengan saat bersama Rena beberapa hari setelah dilahirkan.
.........
Bersambung....