NovelToon NovelToon
SISTEM BALAS DENDAM: MENJADI RAJA HAREM

SISTEM BALAS DENDAM: MENJADI RAJA HAREM

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Sistem / Crazy Rich/Konglomerat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Harem / Kaya Raya
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: ZHRCY

Dia tertawa bersama teman-temannya yang kaya raya… berani memperlakukanku seperti mainan.


Tapi sekarang giliran dia yang jadi bahan tertawaan.


Ketika aku dipermalukan oleh gadis yang kucintai, takdir tidak memberiku kesempatan kedua, melainkan memberiku sebuah Sistem.


[Ding! Tugas: Rayu dan Kendalikan Ibunya – Hadiah: $100.000 + Peningkatan Keterampilan]


Ibunya? Seorang CEO yang dominan. Dewasa. Memikat. Dingin hati.


Dan sekarang… dia terobsesi denganku.


Satu tugas demi satu, aku akan menerobos masuk ke mansion mereka, ruang rapat mereka, dunia elit mereka yang menyimpang, dan membuat mereka berlutut.


Mantan pacar? Penyesalan akan menjadi emosi teringan baginya.


[Ding! Tugas Baru: Hancurkan Keluarga Pacar Barunya. Target: Ibunya]


Uang. Kekuasaan. Wanita. Pengendalian.


Mereka pikir aku tak berarti apa-apa.


Kini aku adalah pria yang tak bisa mereka hindari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZHRCY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BENAR BENAR WANITA BINAL

Ruang pribadi penthouse itu terasa seperti berada di dunia yang berbeda. Musik jazz lembut mengalun melalui speaker tersembunyi dan lampu redup yang mengilap.

Jendela dari lantai ke langit-langit memperlihatkan kota.

Natasha bergerak lebih dulu, seperti yang sudah Max duga. Ia melangkah maju senyum perlahan terbentuk di bibirnya.

"Kalau begitu," katanya, sambil mengulurkan tangan. "Mari kita lihat apakah kau bergerak sebaik saat kau berbicara."

Max mengambil tangannya, ibu jarinya mengusap punggung tangannya. "Hati-hati dengan apa yang kau pinta," gumamnya, menarik wanita itu mendekat.

Natasha membawanya ke tengah ruangan, pinggulnya sudah bergoyang dengan sensualitas terlatih. Lengannya melingkari pinggangnya.

"Kau berbahaya," bisiknya di telinga Max, bibirnya menyentuh kulit, "Aku bisa merasakannya."

Tangannya meluncur ke punggung Max, jarinya menelusuri pola-pola tersembunyi. Ia menekan tubuhnya ke Max, napasnya makin dangkal dan cepat.

"Bagus," kata Max lembut. Ia memutarnya tiba-tiba, membuat Natasha terkejut, lalu menariknya kembali ke dadanya. "Berhenti berpikir. Rasakan saja."

Musik berubah menjadi ritme primal, tubuh. Saat nada terakhir menghilang, Natasha tetap dekat, dahinya menyentuh dada Max.

"Ya Tuhan," bisiknya, lalu lebih keras, "Ya Tuhan, Elena. Di mana kau menemukan dia?"

Max tersenyum, masih memegangnya. "Malam ini baru dimulai."

---

Patricia mengamati dengan seksama. Tapi ketika Natasha melangkah pergi, terengah dan luluh, sesuatu di dada Patricia ikut tersentuh…

‘Tenangkan dirimu, Monroe,’ tegurnya dalam hati sambil meluruskan punggung. ,Kau pernah menghadapi para jenderal. Kau pasti bisa menangani satu dansa.’

Mata Max menangkap miliknya, dan ia mendekat. "Senator Monroe, kini giliranmu."

"Giliranku," jawabnya, suaranya tetap stabil.

"Santai," perintah Max lembut, tangannya mantap di pinggangnya. "Kau tidak sedang memimpin pasukan di sini."

"Aku sudah berdansa sejak umur lima tahun," bisiknya saat mereka menemukan ritme. "Cotillion, makan malam kenegaraan, acara kampanye. Aku tahu semua langkahnya."

"Bagus," kata Max, "Kalau begitu kau akan tahu kapan aku melanggar semua aturan."

Tangan Max di pinggangnya kuat, memimpin, menariknya ke dalam dansa yang tak lagi ia pimpin tapi justru ingin ia ikuti. Saat Patricia mencoba mengambil alih kembali, Max hanya tersenyum dan memutarnya lagi.

"Berhenti melawanku," bisik Max di telinganya. "Untuk sekali saja dalam hidupmu, biarkan orang lain yang kuat."

"Kau bukan seperti yang kubayangkan," akuinya, suaranya menurun.

"Aku tepat seperti yang kau butuhkan," jawab Max. Ia membimbingnya dalam putaran rumit yang belum pernah ia pelajari.

‘Kapan terakhir aku merasa seperti seorang wanita, bukan seorang senator?’ pertanyaan itu menghantamnya. ‘Kapan terakhir aku membiarkan orang lain menjadi kuat?’

"Itu dia," kata Max lembut, melihat perubahan di matanya. "Aku menunggu kapan Patricia yang sebenarnya muncul."

Air mata hampir menetes saat lagu berakhir. Ia menatap Max,

"Bagaimana kau…?" ia memulai.

"Rahasiamu aman bersamaku," jawab Max dengan senyum mengetahui.

---

Diana hampir melangkah maju dengan gugup.

‘Jangan mempermalukan diri sendiri,’ pintanya dalam hati. ‘Kau istri seorang hakim. Kau tidak…’

Pelukan Max membungkam semua keraguannya, tapi suaranya yang benar-benar membuatnya luluh. "Lupakan semua orang yang menonton, ini hanya untukmu."

"Aku dulu suka berdansa," bisiknya, "Sebelum menikah. Sebelum tanggung jawab. Sebelum aku lupa siapa diriku."

"Tunjukkan padaku," dorong Max, tangannya stabil dan yakin. "Tunjukkan padaku siapa dirimu dulu."

‘Apakah ini yang selama ini hilang?’ pikirnya. ‘Apakah memang seharusnya begini rasanya?’

---

Sylvie mendekat, "Giliranku memecahkan misteri ini," katanya, mengulurkan tangan kepada Max.

Max menerimanya dengan senyum kecil. "Semoga beruntung, Duta Besar."

"Aku menegosiasikan perjanjian miliaran dolar," katanya, "Biasanya aku bisa membaca siapa pun dalam hitungan menit."

"Lalu?" tanya Max sambil memutarnya dengan mudah.

"Masih berusaha memahaminya," ia mengakui.

"Ambil waktumu," kata Max dengan percaya diri. "Aku tidak akan ke mana-mana."

---

Jessica melangkah maju.

"Baiklah, baiklah," ia tertawa, suaranya sedikit bergetar. "Mari kita lihat apa yang membuat semuanya heboh."

Max menariknya ke dalam pelukannya. "Pegangan yang kuat," ia memperingatkan sambil tersenyum.

‘Astaga,’ pikir Jessica, napasnya tercekat. Tidak heran mereka semua terlihat linglung.

"Tuhan," ia terengah saat mereka bergerak, "Apa yang kau lakukan pada kami?"

"Hanya berdansa," jawab Max polos, meski senyumnya jauh dari polos.

---

Elena menyaksikan dari samping, emosinya berputar... Ini adalah teman-teman terkuatnya, tetapi lihatlah mereka sekarang, sepenuhnya terpikat oleh pria miliknya.

‘Lihat mereka,’ pikirnya, bibirnya melengkung dalam kepuasan tajam. ‘Semuanya, seperti gadis sekolah yang luluh oleh pria ku.’

Saat para pedansa terakhir selesai, terengah dan berubah, tatapan penuh harap tertuju padanya.

"Giliranmu, Elena," kata Natasha.

"Ayo," tambah Jessica sambil menyeringai nakal. "Saatnya pertunjukan utama."

Max mendekatinya perlahan, tatapannya tidak pernah lepas dari matanya. "Elena," ucapnya lalu mengulurkan tangan. "Berdansalah bersamaku."

Ia menggenggam tangannya.

Ruangan jatuh sunyi begitu mereka bergerak bersama.

"Akhirnya," bisik Max di telinganya.

Tangannya naik ke dada Max, jari-jarinya menyelinap ke rambutnya.

"Milikku," bisiknya cukup keras untuk terdengar.

"Selalu," jawab Max. Ia memutarnya dalam pelukan, kepala Elena terlempar ke belakang, punggungnya menempel pada dadanya.

Diana menutup mulutnya, napasnya tercekat. "Ya Tuhan..."

"Tunjukkan pada mereka," bisik Max saat mengangkatnya kembali. "Tunjukkan apa yang menjadi milikku."

Patricia terengah. "Elena..."

Tapi Elena belum selesai, dan Max juga belum.

Ia bangkit perlahan, menggesekkan tubuhnya pada Max. Tangan Max mengikuti gerakan tubuhnya... dada, lengan.

"Indah," gumam Max.

Sylvie mulai berkata, "Aku belum pernah..." lalu terdiam, terengah.

Ketika elena menekan punggungnya pada dada Max, lengannya melingkari lehernya, Max menahannya di sana, momen itu begitu intim... hampir seperti menonton sesuatu yang tidak boleh dilihat.

"Biarkan mereka melihat," kata Max pelan. "Biarkan mereka melihat apa yang tidak bisa mereka miliki."

Natasha menggenggam gelasnya begitu kuat hingga buku jarinya memutih. "Ya Tuhan, Elena..."

"Sekarang," perintah Max lembut.

Ketika musik berhenti, Elena berdiri di ujung jari dan mencium Max... Max membalasnya dengan intensitas yang sama, tangannya menyelip di rambutnya.

Tangan Diana meraba lehernya. "A-aku tidak tahu dia bisa bergerak seperti itu."

Suara Patricia berbisik. "Selama bertahun-tahun persahabatan kami, aku tidak pernah melihat Elena... Berbuat seperti itu."

Kendali Slyvie retak. "Itu tadi..."

"Benar-benar gila," sela Jessica, terengah-engah.

Elena akhirnya mundur, tetapi tangannya tetap di dada Max. Lengan Max tetap melingkari pinggangnya.

"Apa yang telah kau lakukan pada teman kami, Max?" suara Natasha penuh rasa takjub nakal.

Max tersenyum, lengannya mengencang di pinggang Elena. "Aku hanya menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya."

Sebelum pertanyaan lain muncul, tepuk tangan samar terdengar dari bawah.

"Pidatonya," gumam Slyvie dengan penuh keraguan.

"Ayo turun?" tanyanya.

Saat mereka bergerak menuju lift, para wanita saling bertukar tatapan terkejut, penuh kekaguman.

1
lin yue
update
lin yue
up
lin yue
update
lin yue
up
vaukah
update Thor
vaukah
update
BoBoiBoy
mantap
BoBoiBoy
u0
july
mantap
july
update
july
up
july
keren sistem nya
july
up
july
update
july
up
Afifah Ghaliyati
update Thor
Afifah Ghaliyati
update
Afifah Ghaliyati
up
Afifah Ghaliyati
update
Afifah Ghaliyati
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!