NovelToon NovelToon
Aurora

Aurora

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: widyaas

Apa yang kita lihat, belum tentu itulah yang sebenarnya terjadi. Semua keceriaan Aurora hanya untuk menutupi lukanya. Dia dipaksa tumbuh menjadi gadis kuat. Bahkan ketika ayahnya menjual dirinya pada seorang pria untuk melunasi hutang-hutang keluarga pun, Aurora hanya bisa tersenyum.

Dia tersenyum untuk menutupi luka yang semakin menganga. Memangnya, apa yang bisa Aurora lakukan selain menerima semuanya?

"Jika kamu terluka, maka akulah yang akan menjadi obat untuk lukamu." —Skala Bramasta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

"Tunggu!"

Skala mengurungkan niatnya hendak beranjak, ia memandang Aurora yang berlari ke arah dapur. Seketika dia mengerutkan keningnya bingung.

Aurora kembali dengan wajah sumringah. "Ini, aku membuatkannya untukmu!" Dia menyodorkan sebuah rantang makanan yang sudah dibaluti tote bag kecil.

"Apa ini?" Dengan ragu Skala menerimanya.

"Bekal untukmu." Aurora tersenyum.

Alis Skala menukik tajam. "Kamu yang memasak?" tanyanya.

Aurora berdehem kecil, dia menggaruk pipi tembamnya. "I-iya ... aku hanya memasak itu saja, tidak banyak. Dibantu bibi juga, iya kan, Bibi?" Aurora menoleh pada pelayan yang sibuk mencuci piring.

"Iya, Tuan. Saya yang membantu Nona memasak," jelasnya dengan sopan.

"Dengar, kan? Kamu harus menghargai usahaku, makan bekalnya sampai habis, ya!" Aurora melebarkan senyumnya.

Melihat senyum Aurora, Skala jadi sedikit luluh. Pria itu berdehem. "Hm. Terimakasih," ujarnya, lalu dia menyambar jasnya.

"Sama-sama!"

Aurora mengantar Skala sampai teras rumah. Senyumnya sama sekali tidak luntur. Hal itu membuat Skala sadar, kalau Aurora suka memasak. Memasak bisa membuat Aurora senang, bukankah begitu? Atau ada hal lain?

Dia menghela nafas setelah masuk mobil. "Dia terlalu bisa diandalkan," gumamnya. Tiba-tiba dia membandingkan Aurora dengan Evelyn.

Dulu, waktu Skala dan Evelyn masih bersama, perempuan itu selalu bermanja pada Skala. Kalau berkunjung ke apartemen, Skala selalu menjadi pembantu untuk Evelyn, memasak, menyuapi, bahkan menemani tidur. Setelah Evelyn tidur, barulah Skala bisa pulang. Hubungan mereka memang sedekat itu. Dulu, bukan sekarang. Sekarang tentu sudah berbeda.

Hari berjalan seperti biasanya. Skala kerja dan Aurora les biola. Mereka sama-sama sibuk, tapi tidak pernah mengeluh. Aurora bisa mengerti Skala dan Skala juga berusaha untuk bersama Aurora di sela kesibukannya. Mereka saling melengkapi, tidak saling menekan. Jika malam hari, mereka akan menyempatkan waktu untuk bicara berdua, hanya bicara santai saja sambil rebahan. Itupun mampu membuat Aurora tenang. Karena meski Skala terus sibuk, dia tetap merasakan kehangatan dari pria itu.

Tidak pernah meninggikan suara ataupun berkata kasar, selalu bicara dengan santai dan penuh kelembutan. Namun, Aurora tetap tau batasan, dia selalu menurut jika Skala melarang ini itu, tanpa membantah sedikitpun. Ah, mungkin ada, tapi tidak sering, dan itu pun karena sesuatu yang baik.

Hari yang ditunggu-tunggu Aurora akhirnya tiba. Buah kelengkeng lebat itu sudah matang dan sudah bisa dimakan. Karena hari ini libur, Aurora dan Skala ikut membantu memanen buah tersebut. Yang paling antusias adalah Aurora. Sedangkan Skala hanya duduk di bangku bawah pohon sambil memakan kelengkeng nya. Matanya tak lepas mengawasi Aurora yang bergerak lincah meletakkan buah tersebut ke keranjang.

Mereka sudah dapat 3 keranjang. Tidak untuk dimakan sendiri, nanti mereka bagikan ke tetangga dan keluarga.

"Aurora."

Hanya sekali memanggil, Aurora langsung menoleh, bahkan dia menghampiri Skala.

"Kamu mau lagi?" tanya Aurora seraya melirik keranjang kecil berwarna pink yang ada di samping Skala. Keranjang itu milik Aurora, khusus berisi buah untuk Skala makan.

Skala menyodorkan susu kotak rasa stroberi yang dingin pada Aurora. Entah sejak kapan susu itu ada di sana. Tak menolak, Aurora menerimanya dan ikut duduk di samping sang suami, lalu dia meminum susu tersebut dengan tergesa karena memang sedang haus.

"Aki rasa sudah cukup," ujar Skala sembari melihat 4 keranjang yang penuh buah kelengkeng.

Aurora mengangguk. "Iya. Setelah itu sudah."

"Biar pelayan yang mengantar ke tentangga."

Aurora cemberut. "Baiklah," ucapnya. Padahal raut wajahnya jelas ingin membantah, tapi Aurora tidak berani.

"Sekarang, masuk ke rumah dan bersihkan dirimu," titah Skala. Dia beranjak lalu mengulurkan tangannya pada Aurora.

"Sebentar." Aurora meraih keranjang kecilnya lalu berlari menuju keranjang besar untuk mengambil buah kelengkeng.

"Bibi, kata Skala sudah cukup," ucapnya pada pelayan yang membantu mereka.

"Baik, Nona."

Setelah keranjang nya terisi, Aurora menghampiri Skala lalu meraih tangannya. Mereka berjalan beriringan memasuki rumah. Mata Aurora tak sengaja melihat kolam renang. Dia belum pernah menginjakkan kaki ke sana karena dia masih takut.

Melihat Aurora berhenti, Skala ikut berhenti. Dia mengikuti arah pandang istrinya.

"Ada apa? Kamu ingin berenang?"

"Boleh?" Aurora mengerjapkan matanya seraya mendongak menatap suaminya.

"Pakai baju renang mu, aku tunggu di sana." Skala menunjuk kolam renang.

Aurora tersenyum lebar. "Tunggu sebentar!" Gadis itu berlari menaiki tangga menuju kamarnya. Skala yang melihat betapa antusiasnya Aurora pun tanpa sadar tersenyum tipis.

Tak lama kemudian Aurora sudah kembali dengan memakai baju renang. Baju renang yang benar-benar mencetak lekuk tubuhnya, bahkan Skala bisa melihat kalau istrinya itu tidak nyaman.

Melihat Skala sudah berada di dalam air, binar mata Aurora semakin cerah, dengan cepat dia menuju tangga kecil untuk turun ke kolam.

"Skala, bantu aku..." Aurora menggigit bibir bawahnya ketika merasakan air kolam yang dingin.

Dengan santai Skala menghampiri Aurora dan membantu istrinya untuk turun.

"Heuh ... dingin!" Aurora tanpa sadar memeluk leher Skala saat air kolam sudah mencapai lehernya.

"Ternyata dalam juga. Aku pikir tubuhku masih bisa berdiri," lanjutnya seraya melihat ke dasar kolam tanpa tau Skala menatapnya dengan dalam.

"Aku ... tidak bisa berenang...," lirih Aurora. Dia mengalihkan pandangnya ke arah Skala.

Deg

"A-ada apa? Apakah aku berat?" tanya Aurora gugup. Dia sadar kalau berat badannya bertambah, makanya dia langsung bertanya demikian.

"Tidak. Aku suka."

Aurora mengerjapkan matanya bingung. Suka apa? Namun, ketika dia hendak bertanya, Skala lebih dahulu berjalan ke tengah kolam, membuat Aurora mengeratkan pelukannya, bahkan kakinya melingkar di pinggang Skala. Pria itu tampak gagah karena bertelanjjang dada, otot-otot perut nya tercetak jelas, bahu lebar serta otot lengan yang begitu kekar, membuat Aurora nyaman memeluknya.

"Ingin belajar berenang?" tawa Skala.

Aurora mengangguk pelan. "Mau. Tapi aku takut," lirihnya. Bahkan jantungnya berdetak kencang. Entah karena tatapan Skala atau karena takut terhadap kolam.

Skala menatap wajah cantik istrinya. Rambut Aurora digulung tinggi hingga menampilkan leher putih mulusnya dengan anak rambut yang menjuntai. Pemandangan seperti ini membuat Skala berdesis. Bagaimanapun dia pria normal. Wajah polos Aurora namun badannya terlihat begitu indah, membuat Skala kepanasan sendiri. Selama ini Aurora selalu memakai dress, baru kali ini dia melihat Aurora memakai pakaian ketat.

"Bagaimana? Ini ... apakah kakiku harus seperti katak?" tanya Aurora.

Skala menahan senyumnya mendengar pertanyaan konyol itu. "Tidak."

"Pegang bahuku dan luruskan kakimu," lanjutnya.

Dengan ragu Aurora menurunkan kakinya, sedangkan Skala tetap memeluk pinggang Aurora agar gadis itu tidak tenggelam.

"Rileks, jangan tegang. Kalau tegang, kamu akan sesak nafas."

Aurora memejamkan matanya sejenak. Lalu berusaha rileks.

"Jangan tegang, Kitten." Skala mundur hingga badan Aurora mengapung ke permukaan.

"Gerakkan kakimu," titahnya lagi.

"Bagaimana? Seperti ini?" Aurora menghentakkan kakinya hingga menciptakan bunyi serta cipratan.

Skala mengangguk. Dia tersenyum tipis. "Lakukan berulang kali. Sekarang pegang tanganku."

Aurora menurut. Dia memegang tangan Skala lalu kembali menghentakkan kakinya. Seketika Aurora tertawa karena terkena cipratan air yang dia ciptakan. Melihat itu, Skala ikut terkekeh kecil.

Ini adalah teknik untuk anak kecil, Skala sengaja mengajari Aurora seperti itu agar Aurora tidak terlalu bingung. Biarlah nanti dia mengajarinya sampai bisa, tapi bertahap.

"Astaga ... kenapa aku merasa lelah?" Nafas Aurora terengah-engah namun bibirnya masih tersenyum lebar. Dia senang sekali bisa seperti ini tanpa dilarang ataupun tertekan.

"Kalau begitu sudah cukup," ujar Skala. Dia kembali menarik Aurora ke dalam dekapannya.

"Sudah? Tapi aku masih ingin berenang," rengek Aurora. Dia memeluk Skala dengan erat.

"Terlalu lama berada di kolam tidak baik, Kitten." Skala berjalan ke pinggir.

"Baiklah. Umm ... tapi Skala, itu apa yang menusuk di sekitar pahaku? Rasanya ... aneh dan tidak nyaman. Bisakah kamu menyingkirkannya?"

bersambung...

apa tu woii👀

1
레이디핏
Happy happy yh kalian bedua sebelum ada rawr nyaaaa🤏🏻
Nabila
lanjut
minsugaa
luar biasa
neur
keren KK 😎👍❤☕👌
lanjuuuut
dyarryy: makasih kak❤‍🔥
total 1 replies
레이디핏
Aaaaaa Rora bahagia dehhh, ternyata kamu orang besar jugaaa🤏🏻
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣untung besar skala kalai ini 🤭🤭🤭🤭
레이디핏
Eaaaaa ang angggg yuk bisa yukkk keluarkan romance nyeeee😍😘
vj'z tri
yang lain antara ada dan tiada 🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
itu dayung rora dayung 🤭🤭🤭🤭🤭
erma irsyad
astaga pertanyaan rora😂🤣
vj'z tri
ayo rora kamu pasti bisa .... cih keluarga di saat butuh uang dianggap keluarga tapi di saat senang mereka lupa kalau rora masih bagian dari mereka 😏😏😏😏🥹🥹🥹
vj'z tri
aku selalu sabarrrrr menunggu lanjutan Aurora dan skala 🤩🤩🤩🤩🤩🤩
vj'z tri
ayo rora tunjukan tarung mu 🔥🔥🔥🔥🔥
vj'z tri
gemes gemes gemes banget sama pasangan ini 🤗🤗🤗🤗🤗
vj'z tri
panggilan kesayangan neng kan lucuuuuu 🤭🤭🤭🤭🤭🤗🤗🤗kucing manis
vj'z tri
Evelyn 😤😤😤😤😤😤😤😤
vj'z tri
tidak boleh tidak boleh menangis 😭😭😭😭🤧 semangat rora kamu harus bangkit bangkit jangan mau di tindas 🤩🤩🤩🤩
vj'z tri
semoga rora bisa berenang 😱😱😱🫣🫣🫣
vj'z tri
ehhh mulut mu itu mulut mu ibu mertua kelakuan pingin tak getok 😅😅😅
레이디핏
Syukur dh pindahhhh, mari buat kemajuan Skala Kitten☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!