"Rahasia di Antara Kita" mengisahkan tentang seorang suami yang merasa bahagia dengan pernikahannya, namun kedatangan sahabat masa kecilnya yang masih memiliki ikatan emosional kuat membuat situasi menjadi rumit. Sahabat masa kecilnya itu mulai mendekatinya dengan cara yang tidak biasa, membuat suami tersebut merasa tidak nyaman. Sementara itu, istrinya yang selalu menuntut uang dan perhatian membuatnya merasa terjebak dalam pernikahannya. Bagaimana suami tersebut akan menghadapi situasi ini? Dan apa yang akan terjadi jika rahasia sahabat masa kecilnya dan perasaannya terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Kami berdua saling menatap, mata kami bertemu dalam kebahagiaan yang tak terhingga. Lalu, aku memegang tangan Sarah dan membawanya ke taman yang indah di belakang rumah.
"Aku ingin kita bisa berjalan bersama di taman ini setiap hari," kataku dengan senyum.
Sarah tersenyum juga, "Aku suka sekali, Rendy. Aku bisa membayangkan kita berdua berjalan bersama, menikmati keindahan alam dan kebahagiaan bersama."
Kami berdua berjalan di taman, menikmati keindahan alam dan kebahagiaan yang ada di antara kami. Aku merasa bahwa aku sudah menemukan orang yang tepat untuk aku, dan aku tidak akan pernah melepaskannya.
Tiba-tiba, Sarah berhenti dan memandangku dengan mata yang penuh kasih. "Rendy, aku ingin memberitahu kamu sesuatu lagi," katanya dengan suara yang lembut.
Aku memandang Sarah dengan penuh perhatian, "Apa itu, Sarah? Kamu bisa memberitahu aku apa saja."
Sarah mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Aku... aku ingin kita bisa memiliki masa depan bersama. Aku ingin kita bisa menikah, memiliki anak, dan menjalani hidup bersama."
Aku merasa terharu dan bahagia, "Aku juga ingin itu, Sarah. Aku ingin kita bisa memiliki masa depan yang indah bersama."
Sarah tersenyum lebar dan memelukku erat, "Aku senang sekali, Rendy. Aku merasa bahwa aku sudah menemukan orang yang tepat untuk aku."
Aku memeluk Sarah kembali, "Aku juga merasa sama, Sarah. Aku cinta sama kamu, dan aku tidak akan pernah melepaskanmu."
Kami berdua berdiam sejenak dalam pelukan, menikmati kebahagiaan yang ada di antara kami. Lalu, aku menarik diri dan memandang Sarah dengan mata yang penuh kasih.
"Sarah, aku ingin memberitahu kamu sesuatu," kataku dengan suara yang lembut.
Sarah memandangku dengan penuh perhatian, "Apa itu, Rendy?"
"Aku ingin melindungimu dari lelaki itu," kataku dengan suara yang tegas. "Aku tidak ingin kamu dirugikan olehnya lagi."
Sarah memandangku dengan mata yang penuh kasih, "Rendy, aku tahu kamu peduli sama aku, tapi aku bisa menangani sendiri. Aku tidak ingin kamu terlibat dalam masalah ini."
Aku memandang Sarah dengan serius, "Sarah, aku tidak bisa diam saja melihat kamu dirugikan. Aku ingin membantu kamu, dan aku akan melakukan apa saja untuk melindungimu."
Sarah tersenyum lembut, "Terima kasih, Rendy. Aku tahu kamu selalu ada untuk aku."
Tiba-tiba, ponsel Sarah berdering. Sarah memandang layar ponselnya, dan wajahnya berubah menjadi pucat.
"Apa itu?" tanyaku dengan khawatir.
Sarah memandangku dengan mata yang penuh ketakutan, "Ini... ini pesan dari lelaki itu. Dia mengancam aku."
Aku merasa marah dan khawatir ketika melihat wajah Sarah yang pucat. "Apa yang dia katakan?" tanyaku dengan suara yang tegas.
Sarah menyerahkan ponselnya kepada aku, dan aku melihat pesan yang membuatku marah. "Aku akan menanganinya," kataku dengan suara yang dingin.
Sarah memegang tanganku, "Rendy, jangan. Aku tidak ingin kamu terlibat dalam masalah ini."
Aku memandang Sarah dengan serius, "Sarah, aku tidak bisa diam saja melihat kamu dirugikan. Aku akan melakukan apa saja untuk melindungimu."
Tiba-tiba, aku memiliki ide. "Aku akan bicara dengan Lidya tentang ini. Dia mungkin bisa membantu kita."
Sarah memandangku dengan mata yang penuh ketakutan, "Rendy, apa yang kamu akan lakukan?"
Aku tersenyum dingin, "Jangan khawatir, Sarah. Aku akan menangani ini."
Aku menghubungi Lidya dan memintanya untuk bertemu di sebuah kafe. Lidya setuju dan kami berdua bertemu di kafe tersebut.
"Aku membutuhkan bantuanmu," kataku kepada Lidya setelah kami memesan minuman.
Lidya memandangku dengan mata yang penuh perhatian, "Apa yang terjadi, Rendy?"
Aku menjelaskan situasi Sarah dan ancaman yang diterimanya dari lelaki itu. Lidya mendengarkan dengan serius dan kemudian mengangguk.
"Aku akan membantu kamu," kata Lidya dengan suara yang tegas. "Aku memiliki beberapa kenalan yang bisa membantu kita menangani masalah ini."
Aku merasa lega dan berterima kasih kepada Lidya. "Terima kasih, Lidya. Aku sangat menghargai bantuanmu."
Lidya tersenyum dan memegang tanganku, "Aku selalu ada untuk kamu, Rendy. Kita akan menangani masalah ini bersama-sama."
Tiba-tiba, aku merasa ada yang tidak beres. Lidya memandangku dengan mata yang berbeda, mata yang penuh kasih dan perhatian. Aku merasa bahwa Lidya mungkin memiliki perasaan yang lebih dari sekedar persahabatan terhadap aku.
Aku merasa sedikit tidak nyaman dengan situasi ini, tapi aku tidak ingin memperumit masalah. Aku hanya mengangguk dan berterima kasih kepada Lidya lagi.
"Kita harus berhati-hati," kata Lidya. "Lelaki itu mungkin tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan."
Aku mengangguk setuju. "Aku tahu. Aku akan selalu menjaga Sarah dan memastikan dia aman."
Lidya memandangku dengan mata yang penuh perhatian. "Aku percaya kamu, Rendy. Kamu selalu menjadi orang yang bisa diandalkan."
Kami berdua berdiam sejenak dalam keheningan, lalu Lidya berbicara lagi. "Rendy, aku ingin bertanya sesuatu kepada kamu."
Aku memandang Lidya dengan penuh perhatian. "Apa itu, Lidya?"
Lidya mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Apakah kamu benar-benar mencintai Sarah? Atau apakah kamu hanya merasa bertanggung jawab terhadapnya?"
Aku merasa sedikit terkejut dengan pertanyaan Lidya. Aku tidak tahu bagaimana menjawabnya dengan jujur.
"Aku... aku tidak tahu," kataku dengan sedikit ragu-ragu. "Aku peduli dengan Sarah, dan aku ingin membantunya. Tapi aku tidak tahu apakah itu cinta atau tidak."
Lidya memandangku dengan mata yang penuh perhatian. "Aku hanya ingin kamu berhati-hati, Rendy. Kamu memiliki hati yang baik, dan aku tidak ingin kamu terluka."
Aku tersenyum sedikit. "Terima kasih, Lidya. Aku akan berhati-hati."
Tiba-tiba, ponselku berdering. Aku melihat layar ponselku dan melihat bahwa itu panggilan dari Sarah.
"Aku harus menjawab," kataku kepada Lidya. "Halo, Sarah?"
Sarah berbicara dengan suara yang panik. "Rendy, aku ada masalah. Lelaki itu ada di depan rumah. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan."
Aku merasa jantungku berdetak cepat ketika mendengar suara Sarah yang panik. "Sarah, jangan khawatir. Aku akan segera ke sana. Jangan keluar dari rumah, dan jangan biarkan dia masuk," kataku dengan suara yang tegas.
Sarah berbicara dengan suara yang bergetar. "Rendy, aku takut. Apa yang harus aku lakukan?"
Aku mencoba menenangkan Sarah. "Sarah, aku akan segera ke sana. Kamu aman, aku janji. Jangan khawatir, aku akan menangani ini."
Aku menutup panggilan dan memandang Lidya. "Sarah ada masalah. Lelaki itu ada di depan rumahnya. Aku harus ke sana sekarang juga."
Lidya mengangguk. "Aku akan ikut dengan kamu. Kita akan menangani ini bersama-sama."
Aku berterima kasih kepada Lidya dan kami berdua segera menuju ke rumah.