Cewek imut dan manis ketika dia sedang manja, dan berubah 180 derajat menjadi dingin dan menakutkan ketika dia sedang dalam mode gila ....
Dia adalah Avril, gadis yang susah ditebak isi hatinya dan gampang berubah haluan, melakukan sesuatu seenak jidat dan suka merepotkan orang-orang disekitarnya..
Bahkan ketika sudah menikah pun d
tidak jauh beda.. Yaa dia menikah dengan laki-laki yang sederhana bernama Asep..
Ehh bukan Asep namanya..😅
Laki-laki itu bernama Keinan
Enaknya dipanggil Ken apa Kei ya??
Ken dan Avril menjalani kehidupan rumah tangga dengan banyak rintangan.. mampukah mereka melabuhkan kapalnya dengan baik sampai tujuan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qyurezz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiba-tiba kencan
Avril Laurent Ghana Gibraltar seorang yang paling disegani, pemimpin perusahaan, terkenal dingin dan cuek, kini tengah merajuk di hadapan orang biasa yang baru ia kenal. Memperlihatkan wajah sedihnya pada orang lain, seolah ia telah tersakiti sekali. Jika saja ada Li, dia akan mengambil langkah seribu untuk mencegah Avril melakukan ini.
Avril, Air matanya tidak menetes, hanya saja matanya merah karena membendung air mata. Ayah Kei masih menyimak dengan serius apapun yang diucapkan Avril.
"Paman, tolong izinkan Kei bekerja pada saya, saya tidak akan mengganggu sekolahnya, sumpah" Avril mengacungkan kedua jarinya bersumpah.
"Iya, iya nak, iya.." Ayah Kei manggut-manggut, tak tega melihat Avril bersedih.
"Saya akan beri dia gaji, dia bisa sekolah dan melanjutkan pendidikan sambil bekerja kan?" Avril terisak pelan. Entah kenapa itu ia lakukan. "Asal dia bersama saya paman, menjadi teman yang baik. Teman bercerita, saya tidak mempunyai teman semenjak berhenti sekolah. Temanku hanya setumpuk pekerjaan kantor sekarang" Avril cemberut dan merunduk.
"Iya, nona, saya faham sekali keadaan nona" Ayah Kei memberikan tissue untuk Avril. langsung Avril menyeka air matanya yang hampir jatuh.
Kasihan sekali kamu nak.. Pasti berat melewati ini semua.
"Paman, sebenarnya saya tidak mau memaksa Kei, semua keputusan ada di tangan Kei, hanya saja saya tidak biasa dengan penolakan, itu yang membuat saya sedih"
"Paman akan bicara dengan Kei, memastikan dia memilih keputusan yang tepat ya, paman akan membujuknya supaya dia mau bekerja denganmu"
Ya benar paman, pastikan dia mau bekerja padaku ya. Ya ampun Kei, kenapa aku sampai tergila-gila begini sama kamu. Batin Avril seolah mendapat lampu hijau. Ia mulai tersenyum sekarang
"Tapi, nanti jangan bilang-bilang Kei kalau saya datang kesini ya paman, saya malu"
"Tenang.. Rahasia aman, Kei tidak akan tau kalau nona datang kesini"
"Terimakasih ya paman"
Misi berhasil Avril.
"Sama sama nona"
Avril kembali menyeruput minuman herbal yang diberikan ayah Kei sampai habis.
"Paman, sepertinya chef pribadiku harus belajar membuat minuman ini padamu ya, ini sangat enak" Avril dengan mood yang bagus saat ini.
"Dengan senang hati nona, akan saya ajarkan jika dia datang ke sini" Ayah Kei diselingi tawa, terlihat bahagia.
Avril memesan makanan, dan menikmatinya di sana sambil mengobrol beberapa hal ringan seputar kehidupan dirinya dan kehidupan Kei yang diceritakan oleh ayahnya.
Setelah selesai makan, Avril pamit untuk segera kembali lagi ke kantor. Baru selepas kepergian Avril, kedai itu kembali dikerumuni oleh pembeli.
epilog..
Ketika Avril tengah mengobrol dengan Ayah Kei, para pengawal yang berada di luar mencegat siapapun yang akan masuk ke kedai itu, ia memberikan sejumlah uang pada pembeli agar sedia menunggu nona Avril menyelesaikan urusannya. Akhirnya dengan senang hati mereka menunggu di halaman kedai karena uang yang mereka dapat bisa membeli beberapa porsi makanan disana.
*****
Sore ini Kei baru saja pulang sekolah, ia langsung pulang ke kedai ayahnya, untuk segera membantu ayah melayani pembeli. Ia mengganti pakaiannya di ruang istirahat tempat itu. Setelah itu, ia mengambil sendiri makanan untuk mengganjal perutnya yang keroncongan sedari sekolah tadi, tidak lupa minum banyak air supaya makin bertenaga.
Perawakan tubuh Kei yang tinggi semampai. Kulit putih terawat, wajah yang tampan dan murah senyum, menjadi poin plus untuk Kei, itu menjadi salah satu alasan kenapa pelanggan senang sekali makan di kedainya, mereka ingin sekali Kei yang menghidangkan makanan supaya bisa lebih dekat melihat ketamvanannya. Ciaa..
Ayah Kei tumben sekali tidak banyak bicara dengan Kei sepanjang menghidangkan makanan, biasanya dia berceloteh terus kalau ada Kei, nampaknya Ayah menunggu waktu yang tepat untuk berbicara dengan Kei. menunggu pembeli pulang dari kedainya.
Akhirnya setelah 20 menit, kedai mulai sepi, hanya ada sekitar empat orang tengah makan dengan tenang disana. Dan ada waktu untuk ayah berbicara dengan Kei.
Mereka duduk disebuah bangku yang ada di sana.
"Kei, pergilah temui nona Avril, ajak dia jalan-jalan, minta maaf sama dia takutnya kamu membuat dia kecewa kemarin"
"Kenapa ayah tiba-tiba bicara seperti itu?"
"Ayah hanya kepikiran saja Kei, kamu kan sudah berteman dengannya bukan?"
"Aku tidak mau ayah, malu"
"Kenapa harus malu Kei? Dia sudah baik lho sama kamu"
"Iya si, ayah.. Tapi bagaimana mengajaknya? Memangnya dia bakal mau?"
"Tentu saja dia mau Kei!" tiba-tiba ayah semangat mengucapkannya. membuat Kei terkejut.
"Biasa aja ayah" tegur Kei diselingi tertawa.
"Hehe, maaf ya.. Nih ambil uang dari ATM" ayah memberikan kartu "Belikan nona Avril sesuatu, pasti dia senang"
"jangan ayah.. Itu kan uang ayah, lagian nona Avril kan orang kaya, apa yang dia tidak punya?"
"Jangan begitu Kei, lakukan ini sebagai seorang yang berbuat baik pada temannya. Nih ambil " Ayah menyodorkan kartu ATMnya.
"Aku juga punya uang tabungan ayah, aku rasa juga cukup, nanti aku akan menelpon ayah jika kurang "
"Jadi kamu bersedia Kei?"
Kei mengangguk dan tersenyum.
"Akan aku coba hubungi dulu nona Avril nya"
"Aaa ayah senang Kei" Ayah menepuk bahu Kei. Sumringah sekali ayah.
Beda sekali sikap ayah, jangan sampai ayah mau aku lebih dekat lagi dengan nona Avril, karena ayah ada maunya. Tapi tidak mungkin ayah begitu. Kei menepis pikiran negatifnya.
"Ngomong-ngomong soal nona Avril yang memintamu bekerja dengannya, kau terima saja nak, siapa tau kamu akan jauh lebih baik jika bekerja disana"
Tuh kan benar ayah mencurigakan.
"Aku sudah bilang tidak mau ayah"
"Nak jangan buat dia bersedih, ayah tidak tega"
"memangnya ayah lihat dia bersedih? Apa nona datang kesini?"
"Aaa tidak, tidak. Ayah hanya khawatir saja. Dan lagi, ayah akan senang jika kamu mandiri"
"Lalu siapa yang akan membantu ayah dikedai?"
"Ayah masih bisa melakukannya sendiri, atau ayah cari pelayan untuk membantu ayah "
"Cihh.. Sama aja bohong, kalau ada pelayan nanti harus digaji kan?"
"Ayah tidak masalah, lagian kedai ini ramai kan?"
"Tapi ayah...bagaimana dengan sekolahku?"
"Haisss sudahlah. Lebih baik kamu tanya kembali nona Avril, apa sebenarnya pekerjaan yang ia tawarkan itu, ayah yakin kamu bisa bekerja juga bersekolah ya, sudah sana siap-siap, telpon dulu dia"
Ayah kembali ke belakang meninggalkan Kei.
"Iya ayah"
****
Kei telah berada di rumahnya, ia duduk di sofa menggoyang goyangkan ponselnya, ia ragu untuk menelpon Avril.
Dengan penuh keyakinan, Kei menekan nomor Avril yang telah ia simpan sebelumnya.
Kei menempelkan ponsel miliknya pada telinga, agak grogi juga dia menelpon Avril.
Sementara itu Avril tengah bersama sekretaris Li di ruang kerja di rumahnya, mereka tengah mendiskusikan sesuatu tentang proyek yang tengah direncanakan. Avril duduk dikursi kerjanya menghadap laptop yang menyala, sementara Li berada di samping Avril memberikan opininya mengenai proyek tersebut. Ditengah-tengah obrolan mereka, ponsel Avril berbunyi, segera di cek oleh Li.
"Dari Kei nona" Li menyodorkan ponsel Avril. Nampak tersenyum dibibir Avril.
"Berikan" Avril segera mengambil ponselnya dari tangan Li.
"Halo Kei" Avril mengangkat panggilan dengan semangat.
"Halo nona, maaf mengganggu, apa nona sedang sibuk?" Kei grogi.
"Tidak Kei, Aku hanya sedang mengobrol bersama Li, ada apa?"
"Oh.. anu.. nanti malam, apa nona ada waktu?"
"Mmm... Sepertinya aku senggang nanti Kei" Masih dengan senyum-senyum.
"Benarkah?" Kei merasa senang "Saya mau mengajak nona ke suatu tempat, sebagai teman, saya mau mengajak main anda nona"
"Sungguh Kei? Kau mau mengajakku kencan ya?" Avril dengan pedenya. Ia merasa berbunga-bunga hatinya.
Li hanya menyimak saja disamping Avril sambil matanya fokus pada laptop.
"Hehe.. mau nona?"
"Aku mau Kei"
"Kalau begitu kita ketemuan di taman kota ya"
"Kamu tidak menjemputku Kei?"
Avril cemberut.
"Jemput? Memangnya tidak apa-apa?"
"Kamu harus menjemputku Kei"
"Saya tidak punya mobil nona" adapun mobil juga biasa digunakan untuk mengangkut barang, mobil bak terbuka.
"Pakai motor saja, saya suka naik motor"
"Baik nona" Kei merasa ragu "Apa sekretaris Li tidak akan marah?"
"Tidak, dia tidak akan marah, benarkan paman?" Liriknya pada Li yang berada disampingnya.
"Nona, untuk keselamatan anda, pakai saja mobil"
"Ishh" Avril mendelik. Mencubit pinggang Li "Aku bosan pakai mobil!"
Li tidak merasa sakit karena di cubit, hanya tergelak sedikit.
"Baiklah nona, pakai motor. Asal memenuhi standar keselamatan berkendara"
"Tentu saja Li. Kei juga tidak akan membiarkan saya kenapa-kenapa, benar kan Kei?" Ucapnya kembali pada Kei.
"Benar Nona, saya pastikan anda akan baik-baik saja nanti"
Avril senang sekali mendengarnya.
"Jam berapa kamu menjemputku Kei?"
"Jam delapan ya nona"
"Baiklah Kei, sampai ketemu nanti malam ya"
"Iya nona, sampai ketemu ya"
Avril menutup panggilannya. Hatinya meloncat-loncat kegirangan. Akhirnya usahanya merajuk pada ayah Kei, membuahkan hasil.
Li hanya tersenyum tipis dan menggeleng, melihat Avril yang sangat bahagia itu. Avril segera menyelesaikan pekerjaannya, ingin segera bersiap-siap untuk kencan dengan Kei.
****
Malam hari tiba, Kei sudah berdandan rapih memakai kaos putih dan kemeja biru lengan pendek yang kancingnya sengaja dibiarkan terbuka, memakai celana putih dan sepatu juga putih, dia sudah terlihat tampan dan juga wangi. Ia sedang bercermin menata rambutnya sambil memikirkan apa saja yang akan ia lakukan bersama Avril nanti. Ia senyum-senyum sendiri memandangi dirinya didepan cermin.
Ya Tuhan.. aku berdebar-debar terus ya. Kei menghela nafas dan menghembuskannya pelan.
****
Kei kini sudah berada dihalaman rumah Avril, ia disambut oleh Li. Mengobrol beberapa hal mengenai Avril. Li menitip pesan pada Kei agar menjaga Avril dengan sepenuh hatinya.
"Ingat Kei! Saya mengawasimu" tegas Li.
"Tenang saja sekretaris Li, saya akan melakukan sesuai dengan yang anda katakan" ucap Kei.
Tidak lama kemudian Avril juga muncul ditemani pak Alex. Tidak kalah menawannya Avril dengan pakaian santainya namun terkesan mewah, riasan yang tidak terlalu mencolok, dia pandai memadu padankan pakaiannya, memakai jaket modis yang tidak dikancingkan, celana panjang hitam dan sepatu yang warnanya senada dengan pakaiannya. Cantik, sudah jelas. Sangat berbeda dengan dandannya saat bekerja.
"Hai Kei" Avril melambaikan tangan dan terus tersenyum.
"Hai nona" Kei menelan salivanya dan tidak mengedipkan mata saat melihat Avril yang begitu memikat hatinya. Tak lepas pandangannya dari Avril.
Li mengambil helm yang ditenteng oleh Kei, untuk dipakaikan pada Avril, sebelumnya ia memeriksa helm tersebut apakah aman untuk Avril.
"Nona, pastikan anda baik-baik saja, jaga dirimu baik-baik ya" Li memasangkan helm pada kepala Avril.
"Iya paman.. jangan khawatir " ucapnya tersenyum manis.
Kei tersadar dari tertegunnya, ia juga memakai helm sendiri.
"Ayo Kei" menarik tangan Kei, yang langsung diberi reaksi terkejut oleh Kei. Ia membarengi langkah Avril.
"Kami berangkat dulu sekretaris Li, pak Alex" Kei merunduk hormat dan dibalas anggukan oleh Li dengan raut wajah datar seperti biasa. Berbeda dengan pak Alex, tersenyum ramah dan membalas merunduk hormat.
"Hati-hati tuan, nona" ucap pak Alex.
"Iya" ucap keduanya barengan dan tersenyum lebar dibuatnya. Kei sudah menaiki motor dan menyalakannya, Avril sudah dibonceng. Mereka melambaikan tangan pada Li dan pak Alex.
Motor melaju meninggalkan halaman rumah Avril, segera Li menghampiri para petugas yang bersiaga di dekat sana, Li menjentikkan jarinya meminta petugas itu mendekat padanya.
Mereka berempat segera mendekat pada Li.
"Kalian awasi nona dari kejauhan, jangan membuatnya tidak nyaman" perintah Li pada mereka.
"Siap tuan" mereka dengan wajah serius, mengikuti Avril dan Kei dari belakang dengan menggunakan mobil.
Di tengah perjalanan, Avril memeluk Kei dengan erat, dagunya bersandar di bahu Kei, itu membuat jantung Kei berdegup kencang. Sementara Avril tersenyum dibelakangnya.
Ya Tuhan.. haruskah sedekat ini?. Fokus Kei, kau sedang mengendarai motor. Jujur Kei lama-lama merasa nyaman dipeluk avril.
"Kamu mau membawaku ke mana Kei?"
"Ke taman hiburan nona"
"Oh..Kei tolong panggil aku Avril saja, biar enak" Avril mengusap perut Kei dengan lembut. Aah apa gak bangun tuh yang dibawah?
"Iya baik, Avril"
"Makasih Kei"
Aduhh tolong kondisikan tanganmu nona, aku tidak bisa menahannya. Kei menggigit bibirnya sendiri. Sentuhan Avril diperut Kei membuatnya terlena. Tapi Kei membiarkannya, entahlah begitu nyaman.
Senyaman ini memelukmu Kei.. aku ingin melakukannya setiap hari, apakah aku terlalu serakah Kei?. Avril memejamkan matanya menikmati hangatnya tubuh Keiden, membayangkan Kei menjadi miliknya seutuhnya.
Tidak terasa sudah sampai juga ditempat tujuan. Kei menghentikan motornya ditempat parkir, terlihat sudah ramai muda mudi, anak-anak bahkan orang tua juga berada di sana menikmati suasana taman hiburan yang kemilau dengan lampu lampu menghiasi sepanjang jalan dan tempat penjualan yang ada di sana.
"Nona, kita sudah sampai". Kei mengguncangkan badannya karena Avril masih saja dalam posisi memeluknya.
Apa dia tidur?.
"Kamu nyaman Kei?" Nyaut juga Avril.
"Nyaman apa?" Kei belaga tak paham.
"Dipeluk"
Kei diam sejenak
"Jujur ini pertama kalinya, Avril "
"Lalu bagaimana perasaanmu?"
Kenapa kamu menanyakan itu? Jelas adik kecilku jadi bangun, nona.
"Perasaanku? Mmm Rasanya... Nyaman"
"Hahaha..."
Kenapa dia tertawa?. Batin Kei
Avril melepaskan pelukannya dan turun dari motor, melepas helmnya sendiri. Begitu juga Kei turun dari motor dan melepas helmnya, menyimpan helm mereka di atas motor.
Kei menatap Avril dan tersenyum, ia merapihkan rambut Avril yang sedikit berantakan, sontak membuat Avril tersentuh.
"Sudah.. cantik" ucap Kei.
Aaa betapa meronanya Avril.
"Makasih Kei"
kayaknya avriel lg jatuh cinta pemuda di kedai itu sll membuat avriel semangat skl mendekatinya...