Sebuah kisah tentang seorang yang telah dikutuk menjadi Tua sejak lahir. Dimana segala yang melekat dalam dirinya mengandung misteri di balik apa yang membuatnya berbeda.....
Novel Doris Hart 2 ini merupakan kelanjutan kisah dari Doris Hart yang pertama.
Kutukan, Sihir dan Cinta selalu berkecimpung di dalam kehidupannya.....
Dapatkah Doris hidup dengan Uzda Masson seorang yang telah membuatnya berubah menjadi sosok manusia yang sesuai dengan usianya seperti sekarang ini?
Uzda yang di cintai nya belum pernah dapat bersama dengan Doris karena banyak hal yang menghalangi keduanya. Apakah itu? dan bagaimana kah Doris menghadapi nya?
Baca kisahnya sampai tamat! tinggalkan jejak kalian yang membaca kisah ini dengan cara dukung author melalui vote, nilai, like, subscribe, follow dan komentar.
Disarankan untuk membaca Doris Hart yang pertama dulu ya 😊
happy reading 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Sadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Kembali
Kedua kakinya berjalan mengelilingi ruangan tempatnya di kurung, kesana kemari kebingungan dan di penuhi kegelisahan. Tak jarang kedua matanya menatap keluar ventilasi udara yang tak begitu besar di ruangan dimana dia di kurung itu. Yang hanya berbentuk lingkaran, bila di ukur lubang ventilasi udara itu hanya selebar kepalan tangannya.
Hingga terlihatlah olehnya bagaimana keadaan di luar, gelap, bergemuruh, dan seolah hanya daerah itulah yang mengalami cuaca buruk. Dia tak memekik, tak pula heran dengan semua perubahan cuaca, karena dia tahu semua itu hanya lah sihir belaka.
Brak!!!
Seorang yang tak asing baginya menendang gerbang dimana dia di kurung, seorang yang telah lama memperalatnya, seorang yang hidup kembali dari musnahnya, seorang yang baginya seolah tak terkalahkan, seorang dari keturunan kelima Dolken, seorang yang telah mengurungnya di tempat yang begitu pengap itu, karena seorang itu takut bila dia tidak di bungkam akan membocorkan rahasianya, dan memang hanya dia yang tahu.
"Hai, Josef! Bagaimana dengan tempat barumu?!!" ucapnya, dengan menatap tajam. Sambil berjalan mendekati Josef.
Sedangkan Josef melihatnya, dia lebih memilih diam. Tak peduli kini dengan segala yang di ucapkan nya.
"Mengapa kau tak menjawab?... Apa karena kau terlalu terkejut?!! Ah, iya! Aku belum memperkenalkan diriku yang baru, hai Josef!"
Lalu dia berjalan perlahan mengelilingi Josef, sambil berkata, "Perkenalkan namaku Circle Dolken, nama yang tetap, tak perlu berganti, tapi ingat! Kini tampilan ku berbeda! Tidak lagi bermata kuning! Tidak lagi yang dulu mudah di kenali oleh musuh bebuyutan ku," dan kini dengan meninggikan dan menekan suara, "Doris Hart!!!" sampai seolah membuat sudut-sudut ruangan bergetar.
Sambil menengok kan pandangan Josef padanya, secara paksa. "Lihatlah diriku, Josef! kini aku lebih cantik! Dan yang paling ku banggakan adalah... Kini aku lebih kuat!!!" ucapnya dengan suara membentak.
"Dan lihatlah!" dengan sedikit menjauh dari Josef. Tiba-tiba dia membaca mantera, hingga membuat Josef seketika itu membungkuk kesakitan.
Josef mengadu, meski dia berusaha bertahan agar hatinya tidak terbakar amarah. Dia tahu apa yang terjadi bila dia terbakar amarah. Circle akan semakin menyakitinya, sedangkan dia tidak akan bisa melawan, dia tidak memiliki kekuatan tertentu sebagaimana Circle.
Melihatnya, Circle pun terbahak. Lalu dia melepaskan sihirnya, "Kau kesakitan, Josef?!" tanyanya.
Namun Josef tetap diam, dia biarkan Circle berbicara.
"Itu bagus! bagus! karena hal itu menandakan diriku kini benar-benar kuat!!!"
"Circle!!" tiba-tiba dari luar ruangan itu terdengar suara menggelegar memanggil Circle.
"Cepatlah!" ucap suara itu lagi. Dan mendengarnya, Circle tanpa mempedulikan apapun, dia pun berlari dengan begitu cepat bagaikan angin, meninggalkan ruangan dimana Josef di kurung.
Namun saat itu juga Josef tersenyum, "Circle... Kau memang kuat." lalu berjalan mendekati gerbang yang lupa tidak Circle kunci lagi.
"Tapi kekuatanmu sebentar lagi hilang... Dan juga dirimu!" ucap Josef, seolah bersumpah, karena setelah Josef keluar dari ruangan itu, seketika sudut-sudut ruangan bergerak-gerak, dan saat itu juga seolah ruangan itu memegang sumpah Josef.
Saat sampai dimana tempat Circle berada, Josef langsung menghentikan langkah, dia memilih berdiri di luar, mendengarkan apa yang Circle bicarakan dengan orang yang bersuara menggelegar yang tadinya memanggil Circle.
"Apa kau masih ingat dengan satu tahun yang lalu saat dimana kau berusaha menyatukan kembali susunan tubuhmu yang berserakan?" pertanyaan terdengar menggelegar oleh Josef yang ditujukan pada Circle.
Dan di ruangan dimana tempat itulah yang kubu menjadi tempat persinggahannya, Circle mengangguk mengiyakan pertanyaan yang menjadi guru baru nya itu.
"Bagus!! Dan itu berarti telah waktunya kau menguji kekuatanmu di luar tempat menara ini!!" ucapnya, dengan suara menggelegar.
Sedangkan Circle mendengar ucapan gurunya, kedua matanya langsung berbinar, tak percaya bahwa keinginan lamanya akan terkabul.
"Tapi ingat!!" ucapnya lagi, berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Kau juga haru tahu dimana titik lemah mu dalam menggunakan kekuatan barumu yang lebih dahsyat dari sebelumnya itu! Dan apabila sampai ada yang tahu tentang itu, kau bisa hancur lebih dari sebelumnya, bahkan kau tak akan lagi hidup di dunia ini!!!"
Seketika itu Circle langsung mengerutkan kening dan dia semakin menatap tajam pada gurunya, "Apalah itu guru?!!"
Lama sekali guru Circle hanya diam. Hingga membuat Circle ingin sekali melawan gurunya bila pertanyaannya tak kunjung dijawab.
Dan sambil menggerakkan tangan meraba udara, guru Circle pun menjawab. "Jantungmu!! jantungmu Circle!!"
Mendengar ucapan guru Circle, Josef yang ada di luar ruangan pun langsung membelalakkan kedua matanya. Dan saat mendengar ucapan guru Circle lagi. "Lihatlah!!" yang disertai dengan ucapan yang terdengar seperti percikan api, Josef pun langsung mencari lubang kecil yang membuatnya bisa melihat apa yang ditunjukkan oleh guru Circle itu.
Dan saat Josef telah menemukan satu lubang kecil, dia pun langsung melihat lubang itu, sampai terlihatlah apa yang kini ada di dalam ruangan itu.
Guru Circle meraba udara sambil melafalkan mantera mantera khususnya, hingga membentuk bundaran yang memperlihatkan apa yang telah terjadi. Circle yang melihatnya pun terdiam, mendengarkan segala yang dijelaskan oleh gurunya.
"Aku melihat semua saat peperangan itu! Dia....." bundaran itu memperlihatkan saat peperangan terjadi di hutan Montrose, sambil menunjuk pada Doris.
"Aku tahu dia siapa ... Dan aku juga tahu apa maksudmu memerangi Doris...." sambil menyunggingkan senyum.
"Kau memerangi Doris untuk membalaskan dendam mu! Dan saat itu kau merasa besar! karena kau berhasil menepis rasa yang mulai kau rasakan... Rasa cinta pada Doris, yang segera kau singkirkan, karena kau mendekati Doris bukan untuk hal itu, tapi untuk membalaskan dendam nenek moyang mu!" lalu sambil memperlihatkan peristiwa lain, dimana saat Circle telah hancur lebur di tusuki oleh pedang Doris dan semua penduduk telah pergi, hanya ada jasad Circle disana.
"Saat itu aku hanya tersenyum melihatmu yang terbaring penuh darah tak berdaya seperti itu, karena aku tahu titik kelemahan mu masih baik-baik saja. Jantungmu masih utuh! dan apa yang ku perkirakan benar!"
Circle benar-benar membelalakkan kedua matanya, karena saat itu dia tidak menyadari bahwa ternyata dia berusaha hidup lagi.
"Kau! jantungmu! Berusahalah menyatukan seluruh serpihan serpihan yang berceceran. Darahmu yang berceceran kemana-mana. Bergerak mendekati jantung mu, untuk menyatu kembali. Sampai perlahan seluruh tubuhmu kembali utuh meski tak sempurna! Dan ini....." sambil menunjuk pada orang yang bersembunyi di salah satu pohon yang ada di hutan Montrose.
"Dia adalah pengikut mu yang telah mengkhianati mu! dialah saksi kembalinya kau lagi. Dia lah yang kini.." sambil mengeraskan suara.
"Sedang melihat kita disini dari balik lubang kecil itu!!!" sambil menunjuk ke arah Josef, sampai pecah dan terbelah berkeping-keping lah tembok ruangan itu.
Dan Josef kini benar-benar terkejut, jantungnya berdetak tak menentu. Nafasnya seketika naik turun. Kedua matanya pun seolah tak lagi dapat mengedip, hanya membelalak lebar, melihat ke depan, dimana Circle dan guru Circle menatap tajam ke arahnya, tatapan mata keduanya merah, yang seolah siap menyemburkan sinar merah darah seperti saat di perang itu.
...****************...