Aku Bukan Simpanan, Tapi Istri Yang Disembunyikan

Berbeda dengan Agastya dan Hendry yang sibuk menyusun rencana pembalasan. Dania dan Nyonya Maura duduk dengan tubuh tegang saat menunggu di kursi antrian depan poli kandungan Rumah Sakit Ibu Anak.

Bukan Rumah Sakit yang berbeda dengan tempat Sherly membuka praktek. Tapi justru Dania ingin diperiksa oleh mantan Istri dari Suaminya.

Ingin tahu reaksinya apa saat berhadapan dengannya, apakah bersikap profesional. Atau justru membuat masalah karena yang ingin diperiksa adalah rivalnya.

"Kamu jangan bikin perkara ya, jujur Mama masih tidak enak." Ucap Nyonya Maura duduk gelisah.

"Kita lihat saja nanti Ma, jika dia ingin membuat masalah. Aku tidak akan tinggal diam."

Begitu mendengar giliran namanya dipanggil, Dania membuka ponselnya dan mengaktifkan mode rekaman yang mungkin dibutuhkan.

Pintu dibuka, kemudian Dania masuk dengan langkah pelan tapi pasti.

"Selamat Pagi, Dokter Sherly Abigail." Sapa Dania karena saat masuk Sherly nampak sibuk menulis sesuatu.

"Selamat Pa... gi... Kamu mau ngapain di ruanganku." Ucap Sherly.

"Tentu saja ingin periksa kandungan, karena Mama Mertuaku tidak sabar ingin melihat calon cucu ketiganya. Benar begitu Ma?" Ucap Dania.

"I.. Iya... Sherly, tolong periksa kandungan Dania." Gugup Nyonya Maura.

"Ini maksudnya apa, aku tidak mengerti sama sekali." Sherly syok.

"Ternyata Agastya dan Dania sudah menikah beberapa minggu yang lalu."

"Betul, jadi Dokter Sherly jangan coba mengaku-ngaku menjadi Istri dari Mas Agastya Wijaya lagi. Karena setelah ada akta cerai kalian 5 tahun yang lalu, sekarang sudah berganti menjadi dua buku berlambang garuda." Ucap Dania.

"Sekarang tujuanku ingin memeriksa kandunganku. Tolong bekerja secara profesional Dokter. Karena reputasi Anda sedang dipertaruhkan."

"Mama... Apa tidak ada penjelasan lain?" Sherly masih tidak terima.

"Maaf Sherly sebaiknya mulai sekarang jangan panggil Mama, panggil Tante saja supaya lebih enak didengar. Dan jangan lagi mengharapkan Agastya, benar kata Dania jika kalian sudah lama bercerai. Agastya pun tidak mau kembali dengan kamu. Tolong pahami perasaan Putra Tante."

"Tan... Tante tega sekali denganku. Dia pasti yang merayu Agastya, kalau dia tidak hadir di tengah-tengah hubunganku dengan Agastya. Agastya tidak mungkin melupakan aku. Dia pssti bersedia untuk rujuk." Sherly semakin melantur tidak jelas.

"Sherly, jadi kamu ini mau bekerja atau lebih baik cabut saja ijin praktekmu." Ucap Dania.

"Aku ini pasien, datang untuk memeriksakan diri di Rumah Sakit. Dan kebetulan Dokter Kandungannya kamu. Sekarang kamu malah sibuk dengan kehaluanmu yang semakin tidak terkontrol. Apa mau aku laporkan kamu ke Pimpinan Rumah Sakit ini? Atau kamu mau gunakan tubuhmu lagi supaya posisi tetap aman di sini?" Ucap sarkas Dania.

"Jaga mulut busukmu, Jalang murahan." Ucapan Sherly terputus kala Dania mengangkat ponselnya dan menunjukkan hasil rekaman suara pembicaraan mereka bertiga.

"Bagaimana jika seluruh Indonesia tahu, seorang Dokter tidak mau memeriksa pasiennya?" Ucap Dania tersenyum miring.

"Justru menghina pasien dengan sebutan yang tak pantas untuk didengar. Apa pendapat Mama kali ini."

"Sudah Sherly, kita bicarakan masalah ini lagi lain waktu saja. Sekarang tolong, periksa Istri Agastya." Ucap Nyonya Maura dengan tegas.

"Baiklah, ayo tiduran di sana." Ucap Sherly dengan wajah memerah.

Sherly mengoles gel dengan kasar, kemudian hampir saja menekan transduser di perut Dania kalau saja tidak ditahan oleh Nyonya Maura.

"Tolong bekerja lebih profesional, jangan sampai karena emosi kamu menyakiti calon cucuku." Ucap Nyonya Maura.

Huffttt...

"Baik Tante." Kesal Sherly.

Kemudian perlahan alat USG itu membaca apa yang ada di perut Dania dengan sangat detail.

"Ada dua titik hitam, artinya kamu hamil dua janin kembar. Usianya 4 minggu." Ucap Sherly.

"Loh kok sudah satu bulan? Bukankah kalian baru menikah 3 minggu yang tertulis di buku nikah kalian." Tanya Nyonya Maura.

"Aku juga bingung ini Mama." Ucap Dania menatap tajam Sherly.

"Apa lihat-lihat, tentu saja kehamilanmu lebih dulu daripada nikahnya. Namanya juga Jalang, sudah pasti menggatal adalah keahliannya." Ejek Sherly.

"Sudah Ma, kita pulang saja. Kita cari Rumah Sakit lain yang memperkerjakan Dokter kandungan profesional. Kalau mau bicara tentang perjalangan, bukankah adikmu yang artis itu jauh lebih Jalang daripada aku? Sampai terkena virus HIV, apakah dia main dengan banyak pria? Jalang teriak Jalang." Dania balas mengejek Sherly yang mengepalkan tangannya.

Setelah itu, Dania menggandeng Mama mertuanya sambil senyum-senyum sendiri. Membuat Nyonya Maura menjadi gemas.

"Kamu tidak gila kan Dania?"

"Astaga Mama mulutnya pedas sekali. Kalah pedasnya seblak level 50. Aku bahagia, akhirnya hamil juga. Mana dua sekaligus di perutku Mama benar, Mas Agas tokcer. Sekali sembur langsung jadi bayi."

Hahaha...

Dua orang wanita beda usia, yang awalnya saling bermusuhan. Kini justru malah tertawa bersama.

"Setelah dari Rumah Sakit, kamu harus langsung pulang dan Istirahat. Ngomong-ngomong kamu tinggal di mana? Maaf karena Mama memang tidak tahu apa pun tentangmu." Nyonya Maura nampak begitu menyesal karena menutup mata tentang Dania.

"Rumah yang dibelikan Mas Agastya, ada di Perumahan Bintang Kejora." Ucap Dania dengan suara bangga.

"Apa? Rumah di sana mewah-mewah, pasti Agastya sangat mencintaimu. Hingga memberikan rumah semewah itu." Ucap Nyonya Maura sedikit cemburu.

"Apa Mama cemburu, Mama tidak terima jika suamiku memberikan yang terbaik untuk istri tercintanya ini?"

"Siapa bilang, kamu terlalu pede. Meskipun kamu Istri yang dicintainya, tetap Mama adalah wanita yang lebih dicintai dan disayangi Agastya." Ucap Nyonya Maura membuat Dania mencibir tapi ada hangat yang semakin masuk memenuhi seluruh hatinya.

"Ini ceritanya Mama Mertua mau kembali mengibarkan bendera perang denganku? Ayo aku jabanin, siapa takut."

"Dasar Menantu sinting, gemblong dipelihara."

Mereka pun kembali tertawa bersama, tapi kebahagiaan itu harus terjeda karena ada yang menghadang mereka.

"Daisy?" Ternyata penglihatan mantan suami Dania tidak mudah untuk dikelabui.

"Siapa Daisy? Kenapa panggil Menantuku dengan nama orang lain Adnan?" Tanya Nyonya Maura yang memang kenal dengan mantan suami Sasha.

"Dia Daisy... Istri yang aku cintai tapi aku sia-siakan. Bolehkan aku berbicara dengannya sebentar?" Pinta Adnan dengan wajah mengiba.

"Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi Tuan Adnan Baskara. Hubungan kita telah lama usai. Dan aku tidak ingin membuat suamiku merasa tidak nyaman dengsn aku berbicara denganmu." Tegas Dania.

"Aku hanya ingin minta maaf. Maafkan aku yang telah meninggalkanmu. Aku memang pria pecundang dan sekarang aku telah menerima karmaku."

"Adnan... Ayo pergi, kamu berbicara dengan siapa?" Suara Nyonya Diana.

"Daisy... Wanita kampungan mandul ini, kok bisa dengan Nyonya Maura?"

"Siapa yang Anda sebut mandul?" Nyonya Maura menyingsingkan lengan bajunya.