"Kamu manggil dosen kamu abang?!"
"Iya, gimana dong. Gak sengaja."
"Mampus Elvia, kuliah kamu kayaknya gak bakal tenang." Emang salah curhat sama Devi, bukannya bantuin cari solusi malah diketawain.
---
"Nanti saya telat, Pak. Saya gak mau dimarahin sama dosen saya. Dosen saya galak."
"Dosen kamu itu saya, Elvia."
"Ntar boss saya marahin saya lagi. Boss saya juga galak!"
"Harus berapa kali saya bilang ke kamu?" Elvia tertawa melihat wajah kesal Arfa.
"Saya bossnya, Elvia!"
---
Kisah tentang Elvia, mahasiswi yang hobi nitip absen. Lalu Arfa, dosen mulut samyang yang karena satu dan lain hal dipanggil abang oleh Elvia.
Mampir dulu yuk, siapa tahu nyantol. Cerita tentang dosen memang banyak, tapi cerita ini dijamin mampu membuat kalian menahan kesal saking gemasnya. Happy Reading!
Update seminggu dua kali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juliahsn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Guguk (1)
Kalau mendengar kata guguk apa yang terlintas di kepala kalian?
Sejenis hewan kah? Hmm, kalau itu yang terlintas di benak kalian, maka kalian tidak sepenuhnya salah. Hehe.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, guguk itu artinya menangis tersedu-sedu.
Ya, terserah kalian aja sih mau mendefinisikan guguk itu dengan apa. Tapi, bagiku guguk itu the real definition-nya Delia.
Iya, kenapa? Ga seneng? Kasar? Bodo amat sih ya. Habis aku phobia guguk, dan dia mengingatkan aku kepada guguk.
Ga deng. Sebenarnya guguk itu lucu kok makanya aku ilustrasikan ke Delia. Baik kan aku?
"Elvia, kamu sudah siapkan ppt yang saya minta kan?" Tanya Pak Arfa sebelum memasuki kelasnya.
Iya. Aku emang rada lemot sih kalau urusan kesenian, tapi setidaknya aku sedikit menaruh minat pada design. Juga, dulu terbiasa membuat power point jadinya hasilnya ga malu-maluin. Kalau kata Pak Arfa sih, "Lumayan lah, ga sejelek yang saya kira." Ngeselin? Iya! Banget! Padahal udah dibuatin juga. Harusnya ga usah dibuat aja, kan aku lagi ngambek.
"Sudah, Pak." Jawabku sembari memberikan flashdisk.
"Mungkin sekitar 2 jam. Terserah kamu mau nunggu dimana." Ucap Pak Arfa yang hanya aku iyakan saja.
"Mas Arfa, makasih ya sudah mau jadi dosen tamu." Elah, entah sejak kapan nih guguk muncul. Ngapain coba guguk sampe ngintilin Pak Arfa kemari.
"Sama-sama, Del. Saya juga senang bisa diundang kemari" Balas Pak Arfa lengkap dengan senyuman yang jarang ia perlihatkan.
Ingat kalau Pak Arfa minta ditemani datang ke kampus lain?
Iya. Betul sekali.
Bingung kenapa daritadi aku bahas guguk? Abis ternyata ini kampusnya guguk. Kalau gitu ngapain aku diajak, kan Pak Arfa sudah bersama peliharaannya yang siap gelendotan manja. Ewh.
"Pak, hentikan basa-basi kalian dulu. Jadwal bapak ngajar tuh 5 menit lagi. Bukannya bapak itu dosen yang menjunjung tinggi disiplin waktu?" Ujarku dengan nada menyindir.
Padahal aku nyindir Pak Arfa, tapi kayaknya Delia yang merasa tersindir. Entah kata apa yang membuat dia merasa tersinggung, tapi dari raut wajahnya saja sudah nampak kalau dia tersinggung. Bodo amat lah ya.
"Kamu ga nyindir saya kan?" Tanya Pak Arfa. Yaelah, pakek nanya lagi.
"Ga kok, Pak. Telat 2 menit aja kan udah fatal banget. Iya gak Pak?" Rasanya tidak puas kalau nyindir Pak Arfa itu setengah-setengah.
"Kamu tunggu saya. Saya masuk dulu." Malas berdebat, akhirnya Pak Arfa pun memilih mengalah lalu masuk ke ruangan yang cukup besar itu. Tentu saja ditemani si guguk ya sok anggun.
"Nasib.. nasib.." Rutukku kesal.
Sekarang disinilah aku. Berdiri kayak anak hilang menunggu Pak Arfa yang sampai sekarang belum kelihatan batang hidungnya. Padahal udah 2 jam lewat 15 menit aku nunggu.
Lelah mengecek hape yang tak kunjung ada kabar mengenai Pak Arfa, akhirnya aku pun memutuskan untuk ngintip. Hehe, emang sampe? Engga. Tapi namanya usaha kan ya.
Namun niatku pun urung karena baru saja ingin berdiri, handphone ku getar-getar. Pak Arfa nih pasti.
Mas Tamvan
Dek
Dimana?
Elvia Avaretta
Knp Mas?
Mas Tamvan
Gapapa sih, nanya aja.
Mau jalan?
Elvia Avareta
Boleh, Mas.
Malam ya?
Skrg lg ad urusan
Mas Tamvan
Iya.
Nanti saya jemput.
Elvia Avaretta
Oche!
(Read)
Demi apa Mas Alvin ngajak jalan? Huhu. Seneng banget aku tuh. Kapan lagi jalan bareng cogan?
"Senyum kayak orang gila. Maaf saya lama." Tiba-tiba Pak Arfa dari belakang ngagetin. Soalnya aku ga merasa ada tanda-tanda Pak Arfa daritadi.
"Bapak sudah lama disitu?"
"Menurut kamu?" Pak Arfa ga ngintip chat aku kan ya?
"Iya. Terserah Bapak aja lah. Bapak selalu benar." Jawabku ketus.
"Malam ini kamu ada acara?" Tanya Pak Arfa.
Sebenarnya ini kami lagi jalan ke parkiran. Tumben banget Pak Arfa yang ngajak ngobrol duluan.
"Kenapa?" Tanyaku balik.
"Saya mau ajak kamu jalan." Jawab Pak Arfa.
Mau banget.
Tapi, nolak ajalah. Gengsi.
Lagian udah janjian sama Mas Alvin juga.
Tapi, masa ditolak?
Jarang-jarang kan..
Setelah mengalami pergolakan batin yang cukup menguras tenaga, aku pun memutuskan untuk menerima ajakan Pak Arfa. Jarang banget gitu Pak Arfa ngajak jalan. Kalau sama Mas Alvin kan bisa lain kali, hehe.
"Ngapain?" Sok sok bego dulu lah nanya. Kalau langsung aku iyain nanti ketahuan kalau akunya ngarep banget mau jalan bareng.
"Jalan? Temani saya. Saya lagi suntuk." Balas Pak Arfa.
"Ga ngajak guguk?" Tanyaku.
Pak Arfa diam sebentar sebelum melanjutkan ucapannya, "Guguk?"
Aku sedikit gelagapan. Alamak, terceplos pula. "Itu, Pak. Maksud saya anjing peliharaan bapak, si sweety."
Galak galak tapi nama anjingnya Pak Arfa itu lumayan cringey. Bayangin aja muka judes Pak Arfa waktu lagi main sama anjingnya nyebut sweety dengan nada khas Pak Arfa yang datar. Gak kebayang kan gimana anehnya?
"Bukannya kamu takut anjing?" Tanya Pak Arfa. Lah, bisa perhatian gitu ya.
"Iya sih, hehe." Jawabku cengengesan.
"Pak, ga ngajak Delia?" Tanyaku lagi.
"Dia sudah ada janji." Jawab Pak Arfa.
Oh..
Jadi aku itu option kedua?
"Maaf, Pak. Saya ga bisa. Saya lupa kalau saya juga ada janji." Ucapku dengan nada tinggi. Pak Arfa tampak mengernyitkan dahinya mendengar nada suaraku.
"Gojek saya sudah sampe. Saya duluan." Lanjutku yang berbohong bahwa aku sudah pesan gojek.
Sebenarnya tinggal jalan 5 langkah lagi, aku pasti sudah sampai kok di mobilnya Pak Arfa.
Tapi bodo amat. Mending pulang bareng mamang gojek, daripada lihat mukanya Pak Arfa.
perasaan dulu pertama ketemu panggil Abang fotocopy 🤔